30 Bocil Cuci Darah di RSCM, Gembrot Serta Mager Bikin Anak Rentan Terkena Masalah Ginjal

Kenapa Banyak Bocil Cuci Darah di RSCM? Dokter Ungkap Penyebabnya! Berikut Tips Menjaga Ginjal Anak Tetap Sehat Sehingga Terhindar dari Cuci Darah.

oleh Aditya Eka PrawiraBenedikta Desideria diperbarui 26 Jul 2024, 08:35 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2024, 07:13 WIB
Mengejutkan! 60 Anak Rutin Dialisis di RSCM, 30 Jalani Cuci Darah (Foto: Freepik)
Mengejutkan! 60 Anak Rutin Dialisis di RSCM, 30 Jalani Cuci Darah (Foto: Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Dokter spesialis anak konsultan nefrologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusuo (RSCM), dr Eka Laksmi Hidayati, mengungkapkan keterkejutannya mendengar berita tentang 'banyaknya bocil cuci darah di RSCM'.

"Kami cukup kaget karena ada berita mengenai hal ini. Kami banyak ditanya, padahal sebenarnya di rumah sakit tidak ada lonjakan signifikan. Namun, setelah dilihat, jumlah pasien anak yang menjalani dialisis memang cukup banyak," kata Eka saat siaran langsung (live) di akun Instagram RSCM Official.

Saat ini, sekitar 60 anak menjalani dialisis secara rutin di RSCM, dengan 30 di antaranya menjalani hemodialisis atau cuci darah. Eka menjelaskan bahwa banyaknya anak yang menjalani dialisis di RSCM disebabkan karena rumah sakit ini menjadi rujukan untuk pasien dari luar Pulau Jawa.

Dialisis dan hemodialisis merupakan dua jenis terapi pengganti ginjal yang bertujuan untuk membuang limbah dan kelebihan cairan dari darah ketika ginjal tidak lagi mampu melakukannya.

Dialisis adalah istilah umum yang mencakup semua jenis terapi pengganti ginjal, termasuk hemodialisis dan peritoneal dialisis. Dialisis bertujuan untuk mengeluarkan limbah dan kelebihan cairan dari darah serta menyeimbangkan kadar elektrolit dan asam-basa dalam tubuh.

Sementara itu, hemodialisis adalah salah satu jenis dialisis yang menggunakan mesin dan filter khusus, yang disebut dialyzer atau ginjal buatan, untuk membersihkan darah.

"Pasien-pasien ini dikirim ke RSCM karena sudah ada rujukan yang bisa mereka ikuti. Hal ini menyebabkan banyak pasien berkumpul di sini. Kementerian Kesehatan sedang mengupayakan penyebaran pelayanan ginjal anak agar tersedia di lebih banyak rumah sakit," kata Eka seperti dikutip dari Antara.

 

Dialami Anak, Apa Penyebab Utama Cuci Darah?

Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Piprim Basarah Yanuarso SpA(K) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan anak memerlukan cuci darah. Salah satu penyebab utamanya adalah adanya kelainan bawaan kongenital.

"Pada kasus ini, anak tersebut sudah sejak lahir memiliki kelainan pada ginjal atau ada kista," kata Piprim dalam video yang diterima Health Liputan6com terkait banyak bocil cuci darah di RSCM pada Kamis, 25 Juli 2024.

Piprim juga mengungkapkan bahwa anak dengan lupus bisa mengalami gangguan pada organ ginjal yang akhirnya membutuhkan cuci darah.

Selain faktor kelainan bawaan, gaya hidup tidak sehat juga dapat menyebabkan anak perlu menjalani cuci darah, terutama pada anak dengan obesitas. Menurut Piprim, obesitas pada anak dapat memicu inflamasi derajat rendah yang berlangsung secara kronis.

"Ditambah dengan faktor lain seperti hipertensi, kondisi ini dapat merusak ginjal dan lama-kelamaan menyebabkan ginjal rusak sehingga memerlukan cuci darah," katanya.

Senada dengan Piprim, Eka juga menjelaskan bahwa gangguan ginjal yang sering ditemukan pada anak adalah kelainan bawaan. Kelainan bawaan bisa berupa bentuk ginjal yang tidak normal sejak lahir atau fungsinya yang tidak normal.

"Kelainan fungsi yang sering terjadi adalah sindrom nefrotik kongenital," katanya.

 

Bagaimana Cara Mencegah Penyakit Gagal Ginjal pada Anak?

Pentingnya menjaga kesehatan ginjal anak tidak dapat diabaikan, terutama mengingat gaya hidup yang dapat memengaruhi kesehatan ginjal. Berikut adalah beberapa tips dari Piprim untuk menjaga ginjal anak tetap sehat sehingga tidak perlu sampai menjalani cuci darah:

1. Biasakan Minum Air Putih

Pastikan anak selalu mendapatkan asupan cairan yang cukup dengan memberikan air putih sebagai minuman sehari-hari. Untuk anak dengan berat badan 20 kg, disarankan mengonsumsi sekitar 1,5 liter air per hari.

 

2. Hindari Minuman Manis

Jangan beri anak minuman manis yang tinggi gula yang sering ditemukan di warung atau minimarket. Minuman manis, baik yang mengandung gula maupun pemanis seperti sirup jagung dalam softdrink, dapat berdampak buruk pada kesehatan ginjal.

"Hindari minuman manis, baik yang manis karena gula maupun pemanis seperti sirup jagung yang banyak terdapat pada softdrink di minimarket yang ratusan jenisnya baik dalam bentuk gelas atau botol," katanya.

 

3. Batasi Asupan Garam

Batasi konsumsi garam pada anak untuk menjaga kesehatan ginjalnya. Menurut dr. Piprim, anak-anak di bawah usia 1 tahun sebaiknya diberikan garam sesedikit mungkin.

Seiring bertambahnya usia, anak boleh diberi garam dalam jumlah terbatas. "Ini juga bijak jangan terlalu berlebihan," ujarnya.

 

4. Segera Atasi Obesitas

Pada anak yang sudah mengalami obesitas, segera tangani berat badan berlebih agar tidak menjadi penyebab penyakit degeneratif di kemudian hari.

"Penelitian di Jogja menunjukkan bahwa 90 persen anak remaja yang obesitas mengalami resistensi insulin, yang artinya dalam beberapa tahun ke depan bisa berubah menjadi diabetes dan penyakit metabolik lainnya," katanya.

5. Biasakan Berolahraga

Upayakan anak berolahraga sejak dini. Tidak perlu overtraining, tapi pastikan anak tetap aktif. Saat berolahraga, aliran darah beredar dengan cepat, yang baik untuk organ-organ tubuh seperti jantung dan ginjal.

Piprim juga mengingatkan agar orangtua memberikan contoh sehingga anak pun semangat berolahraga.

 

6. Konsumsi Obat Harus dengan Anjuran Dokter

"Obat-obatan tertentu bisa berpotensi membahayakan ginjal, maka jangan sembarang mengonsumsi obat. Harus ada anjuran dari dokter," kata dr. Piprim.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya