Liputan6.com, Jakarta Indonesia memiliki fasilitas kesehatan dan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni untuk menangani gangguan pendengaran. Mulai dari kasus ringan hingga kasus yang perlu intervensi lebih kompleks seperti operasi implan koklea.
Menurut Direktur RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Ronald Reagan fasilitas yang dimiliki Jakarta Ear and Hearing Center (JEHC) tak kalah dari Singapura, sebuah negara yang kerap jadi rujukan berobat warga Indonesia.
Baca Juga
Ronald mengungkapkan JEHC dilengkapi dengan fasilitas dan teknologi modern untuk mendukung deteksi dini, diagnosis, dan perawatan gangguan pendengaran, hingga pusat rehabilitatif. Kehadiran pusat ini menjadi langkah penting dalam menciptakan layanan kesehatan yang lebih setara di Indonesia, khususnya dalam bidang pendengaran.
Advertisement
"Fasilitas yang dipakai tidak berbeda dengan Singapura. Bahkan lebih canggih. Mikroskop paling cangguh di kelasnya ada, segala fasilitas dilengkapi," kata Ronald di sela-sela seminar medis “The Last Trends in Ear Health: Diagnostic and Technological Innovation for Hearing Care” di Sheraton Hotel Gandaria City, Jakarta pada 12 Januari 2025.
Skill Dokter THT Indonesia Mumpuni
Selain soal fasilitas yang tak kalah dari luar negeri, dokter yang menangani gangguan pendengaran di Indonesia juga mumpuni di bidangnya. Kemampuan dokter di Indonesia dalam menangani implan koklea bisa lebih cepat dibandingkan dokter di luar negeri.
"Skill dokter kami seperti dokter Harim Priyono dalam mengerjakan implan koklea itu hanya butuh waktu 45 menit saja sementara di luar negeri bisa sampai dua jam. Bahkan, beliau juga salah satu instruktur untuk dokter-dokter di luar negeri," katanya Ronald menjawab pertanyaan Health Liputan6.com.
Tindakan Auditory Brainstem Implant (ABI)
Bahkan, tindakan penanganan gangguan pendengaran yang lebih advance seperti auditory brainstem implant (ABI) juga bisa dilakukan di JEHC.
ABI ini adalah perangkat yang memberikan sensasi suara kepada orang dengan gangguan pendengaran berat akibat tidak berfungsinya koklea (telinga bagian dalam) atau saraf pendengaran.
"Auditory brainstem implant berarti implan ke otak untuk membantu pendengaran, yang penanganannya dilakukan antara dokter spesialis THT dengan dokter bedah saraf," lanjut Ronald.
Advertisement
Live Surgery, Anggota Keluarga Bisa Melihat Langsung Operasi
Ronald juga mengatakan bahwa hal lain yang tidak ada di Singapura atau negara lain adalah keluarga bisa melihat langsung tindakan operasi.
"Sehingga keluarga bisa melihat dari sebuah ruangan saat operasi termasuk implan koklean, saat alat yang harganya ratusan juta itu dimasukkan ke dalam telinga pasien, itu keluarga bisa melihat," kata Ronald.
Kolaborasi dengan Luar Negeri
Demi bisa memberikan pelayanan yang terbaik, JEHC dari RS Mitra Keluarga Kelapa Gading juga berkolaborasi dengan pihak luar negeri. Salah satunya dengan mengundang dokter THT yang mendalami permasalahan telinga dan pendengaran (otologi) dalam seminar medis “The Last Trends in Ear Health: Diagnostic and Technological Innovation for Hearing Care.
Dua spesialis THT otologi dari Singapore General Hospital yakni dokter Ng Jia Hui dan dokter Tang Zhi En, Joyce.
Kedua pakar tersebut berbagi pengetahuan tentang perkembangan terkini dalam teknologi dan prosedur medis untuk membantu pasien dengan gangguan pendengaran. Salah satu topiknya adalah tentang implan koklea, sebuah prosedur medis inovatif yang memberikan harapan baru bagi individu dengan gangguan pendengaran berat untuk mendengar kembali.
Kedutaan Besar Australia pun memberikan dukungan dalam kehadiran JHEC. Menurut Acting Deputy Head of Mission, Australian Embassy, Tim Stapleton, berharap dukungan ini menunjukkan komitmen Australia dalam meningkatkan kesehatan pendengaran di Indonesia dan memastikan akses yang lebih baik terhadap layanan diagnostik dan perawatan.
"Harapannya dengan kolaborasi dengan banyak pihak bisa selangkah lebih maju dengan sebelumnya," kata Ronald.
Advertisement