Jantung Berdebar padahal Sedang Istirahat? Waspada Aritmia

Aritmia adalah gangguan irama jantung yang menyebabkan jantung berdetak tidak beraturan. Bisa terlalu cepat (takikardia) ataupun terlalu lambat (bradikardia).

oleh Ade Nasihudin Al Ansori Diperbarui 19 Feb 2025, 21:00 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2025, 21:00 WIB
Jantung Berdebar padahal Sedang Istirahat, Waspada Aritmia
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah konsultan intervensi jantung dan aritmia Eka Hospital BSD, Ignatius Yansen, Jakarta (19/2/2025). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Jantung berdebar atau deg-degan setelah olahraga adalah hal biasa. Namun, jika detak jantung kencang padahal sedang istirahat, ini bisa jadi gejala aritmia.

Kecurigaan menjadi lebih kuat jika deg-degan berlangsung terus-menerus hingga menyebabkan sakit dada.

Menurut dokter spesialis jantung dan pembuluh darah konsultan intervensi jantung dan aritmia Eka Hospital BSD, Ignatius Yansen, aritmia adalah gangguan irama jantung yang menyebabkan jantung berdetak tidak beraturan. Bisa terlalu cepat (takikardia) ataupun terlalu lambat (bradikardia).

“Dengan memahami gejalanya dapat membantu Anda berkonsultasi dengan dokter sedini mungkin dan mendapatkan penanganan yang tepat,” kata Ignatius dalam temu media di Jakarta, Rabu (19/2/2025).

Dia menjelaskan, deg-degan sebenarnya adalah suatu istilah yang menggambarkan situasi di mana seseorang bisa merasakan denyut jantungnya sendiri dengan cukup jelas. Walau terkesan mengkhawatirkan, kondisi deg-degan tidak selalu menandakan seseorang memiliki aritmia.

“Irama normal jantung manusia dewasa saat beristirahat adalah 60-100 detak per menit. Anda dapat menghitungnya secara manual dengan menggunakan stopwatch dan merasakan denyut nadi ataupun menggunakan smartwatch/oksimeter/tensimeter digital,” papar Ignatius.

Artinya, jika merasa deg-degan tapi jumlah detak jantung masih ada di kisaran angka 60-100, kondisi ini dikatakan normal. Biasanya, orang bisa merasa jantung berdebar di malam hari, saat menjelang tidur karena suasana yang lebih sepi dan lebih tenang.

Seseorang disebut mengalami aritmia jika denyut jantung berada di bawah 60 detak dalam satu menit (bradikardia) atau di atas 100 per menit (takikardia).

 

Apa Saja Gejala Aritmia Jantung?

Ada berbagai jenis aritmia, lanjut Ignatius. Namun, secara garis besar, aritmia terbagi jadi dua, yaitu detak jantung lambat dan cepat. Perbedaan mencolok dari gejala keduanya adalah di kecepatan detak jantung.

Berikut ini beberapa gejala aritmia yang mungkin terjadi:

  • Jantung berdebar;
  • detak jantung lambat atau cepat;
  • pusing;
  • pernah mengalami pingsan tanpa sebab;
  • sesak napas;
  • rasa tidak nyaman atau nyeri pada dada;
  • lemah atau kelelahan ekstrem.

 

Apa Saja Penyebab Aritmia?

Aritmia disebabkan oleh gangguan sinyal listrik yang menuju jantung. Agar dapat memompa, jantung mendapatkan impuls listrik untuk berkontraksi dan relaksasi.

Saat impuls listrik terganggu, perintah untuk memompa jadi tidak optimal. Akibatnya, daya pompa jantung juga berkurang. Ini bisa menyebabkan darah yang dialirkan jantung ke seluruh tubuh tidak maksimal.

Saat organ-organ tidak mendapatkan asupan darah yang berisi nutrisi dan oksigen dengan baik, saat itulah gejala aritmia muncul. Misalnya saja, pompa darah yang tidak maksimal ke otak menyebabkan pusing bahkan pingsan.

Ada beberapa hal yang menyebabkan sinyal listrik ke jantung terganggu, seperti:

  • Ketidakseimbangan elektrolit.
  • Serangan jantung atau jaringan parut yang terbentuk ketika mengalami serangan jantung.
  • Sumbatan pada pembuluh darah jantung (penyakit arteri koroner).
  • Perubahan struktur jantung, seperti kardiomiopati.
  • Penyakit katup jantung.
  • Diabetes.
  • Tekanan darah tinggi.
  • Infeksi COVID-19.
  • Gangguan kelenjar tiroid.
  • Sleep apnea.
  • Obat-obatan tertentu.
  • Stres atau kecemasan.
  • Merokok.
  • Terlalu banyak alkohol atau kafein.

 

Skrining untuk Diagnosis Aritmia

Untuk memastikan apakah yang dialami pasien adalah aritmia atau bukan, ada serangkaian tes yang dapat dokter lakukan untuk memastikannya.

Beberapa pemeriksaan tersebut, yaitu:

  • Tanya jawab (anamnesis) dan pemeriksaan fisik;
  • EKG;
  • tes treadmill;
  • holter monitoring (serupa dengan EKG tapi dapat memantau detak jantung selama 24 jam atau lebih).

Untuk penentuan diagnosis aritmia, dokter juga dapat merekomendasikan beberapa pemeriksaan lainnya, salah satunya studi elektrofisiologi.

 

Bagaimana Pengobatan Aritmia?

Tidak semua jenis aritmia perlu pengobatan. Sebab, beberapa di antaranya cukup ringan dan tidak memengaruhi kualitas hidup secara signifikan.

Bahkan, beberapa di antaranya bisa membaik dengan perubahan pola hidup menjadi lebih baik.

Secara umum, terdapat 5 pilar pengobatan aritmia, yaitu:

  • Konsumsi obat-obatan.
  • Perubahan gaya hidup, seperti berhenti merokok dan alkohol, makan makanan bergizi.
  • Terapi, seperti ablasi jantung, pemasangan ring jantung, kardioversi.
  • Pemasangan alat pacu jantung, leadless pacemaker, dual chamber pacemaker, implantable cardioverter defibrillator (ICD).
Infografis Serangan Jantung
Infografis serangan jantung (Source: Kementerian Kesehatan RI)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya