Liputan6.com, Jakarta Perpanjangan gencatan senjata di Gaza memberi sedikit harapan. Tapi, saat ini krisis di Gaza terjadi dalam berbagai aspek mulai dari kekurangan makanan, obat-obatan, air bersih, dan akses terhadap kebutuhan dasar lainnya.
Guna membantu Gaza, Palang Merah Indonesia (PMI) bekerja sama dengan Bulan Sabit Merah Mesir (ERC) kembali menyalurkan bantuan kemanusiaan bagi masyarakat di sana,
Advertisement
Baca Juga
Ketua Umum PMI, Jusuf Kalla, menyampaikan bahwa PMI menggandeng mitra dalam menyalurkan donasi senilai total Rp2 miliar. Bantuan ini akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan mendasar masyarakat di kamp-kamp pengungsian, termasuk penyediaan makanan, layanan kesehatan keliling, air bersih, dan obat-obatan.
Advertisement
“PMI kembali menggandeng mitrakami, yaitu Lifebuoy dan Pepsodent untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan berupa donasi senilai total Rp2 miliar yang akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan mendasar yaitu makanan, layanan kesehatan keliling, penyediaan air bersih hingga obat-obatan bagi masyarakat di kamp-kamp pengungsian,” kata Jusuf Kalla dalam pesan tertulis yang diterima Health Liputan6.com.
Kalla pun berharap donasi tersebut bisa mengalir lebih lancar karena dihentikannya serangan udara dan artileri. Mengenai fokus wilayah bantuan, Kalla menyebut berfokus di beberapa titik
"Kami akan tetap berfokus di wilayah-wilayah pengungsian yaitu Khan Younis, Gaza City, dan Deir Al-Balah guna memastikan bahwa para pengungsi dapat memulai babak barukehidupan mereka dalam kondisi yang sehat dan layak,” tambah Kalla.
Gencatan Senjata di Gaza Diperpanjang
Pemerintah Israel pada awal Maret 2025 menyetujui perpanjangan sementara gencatan senjata di Gaza untuk beberapa minggu ke depan. Termasukperiode Ramadan bagi umat Muslim dan Paskah bagi umat Yahudi.
Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu membuat pengumuman tersebut tak lama setelah fase pertama gencatan senjata yang disepakati sebelumnya berakhir pada tengah malam pada hari Sabtu, 1 Maret 2025.
Gencatan senjata tersebut menghentikan pertempuran selama 15 bulan antara Hamas dan militer Israel, yang memungkinkan pembebasan 33 sandera Israel dan lima sandera Thailand untuk sekitar 1.900 tahanan dan tahanan Palestina seperti mengutip Global Liputan6.com.
Namun, negosiasi tahap kedua, termasuk pembebasan semua sandera yang masih hidup dan penarikan pasukan Israel dari Gaza, baru saja dimulai.
Advertisement
Kondisi Kesehatan Masyarakat Gaza
Berdasarkan laporan WHO, pada 1 Februari 2025, hanya setengah dari 36 rumah sakit dan 11 rumah sakit lapangan di Gaza yang masih digunakan. Lalu, kurang dari 40% pusat kesehatan utamanya berfungsi.
Lalu, WHO telah mencatat 670 serangan terhadap pasien, petugas kesehatan, fasilitas kesehatan, ambulans, dan aspek layanan kesehatan lainnya.
Serangan yang terjadi membuat juga membuat kondisi sanitasi yang buruk. Belum lagi tempat penampungan yang padat membuat penghuninya rentan tertular penyakit menular seperti demam tifoid, kudis, cacar air, hepatitis A, infeksi pernapasan, infeksi kulit, penyakit diare, polio. Seperti diketahui pada tahun 2024, polio muncul kembali di Gaza untuk pertama kalinya dalam 25 tahun karena cakupan vaksinasi telah menurun di bawah 90%.
Lalu, stres, gizi buruk, kekerasan, pembatasan pergerakan, kurungan, dan meningkatnya pengangguran memicu masalah kesehatan mental yang buruk di Gaza.
