Pemerintah melalui Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) mengirim 156 orang perawat untuk bekerja di rumah sakit dan rumah peristirahatan lanjut usia di Jepang.
"Pengiriman perawat ini merupakan kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Jepang melalui Perjanjian Kemitraan Ekonomi yang telah dimulai sejak 2008," kata Kepala BNP2TKI Moh Jumhur Hidayat di Jakarta, sepeti dikutip dari Antara, Rabu (26/6/2013).
Para kandidat yang akan dikirim ke Jepang tersebut adalah 48 perawat dan 108 perawat lanjut usia yang telah mengikuti pelatihan bahasa Jepang selama enam bulan di Jakarta, dan akan berlanjut selama enam bulan di Jepang.
   Â
Jumhur mengatakan rumah sakit dan rumah peristirahatan lanjut usia di Jepang akan langsung menerima kandidat perawat tersebut, jika mereka lulus ujian nasional keperawatan yang diselenggarakan menggunakan bahasa Jepang.
   Â
Karena itu, BNP2TKI dan Kedutaan Besar Jepang di Indonesia menggandeng Japan Foundation sebagai mitra untuk melatih kemampuan bahasa Jepang para kandidat perawat yang akan dikirim ke Jepang.
   Â
"Ujian nasional ini adalah hal tersulit dalam program ini karena bahasa Jepang itu tidak mudah. Meskipun demikian, bukan tak mungkin untuk dipelajari," kata dia.
Kendala bahasa tersebut juga diakui oleh Duta Besar Jepang untuk Indonesia Yoshinori Katori yang mengatakan Pemerintah Jepang telah berusaha untuk mempermudah ujian nasional tanpa mengurangi bobotnya.
Salah satunya dengan mencantumkan cara baca huruf Jepang ("yomikata") pada pertanyaan yang ditulis dalam huruf Kanji yang ada di lembar soal, selain memberikan pelatihan bahasa selama enam bulan di Jakarta dan enam bulan di Jepang.
   Â
"Terlebih lagi, perawat dari Indonesia relatif lebih diminati yang dibuktikan dengan kesan-kesan yang menunjukkan kepuasan perusahaan terhadap cara kerja mereka," kata dia lagi.
   Â
Dubes Katori menambahkan, para peserta dalam Perjanjian Kemitraan Ekonomi (EPA) ini juga merupakan salah satu jembatan yang menghubungkan Jepang dan Indonesia, khususnya komunitas kedua negara (people-to-people contact), sehingga dia berharap semua kandidat bisa lulus ujian nasional.
   Â
"Saya berharap mereka dapat berteman dengan orang Jepang, belajar bahasa Jepang dan lulus ujian nasional," ujar dia.
   Â
Berdasarkan data Kedutaan Besar Jepang di Jakarta, peserta program EPA yang lulus ujian nasional telah meningkat secara bertahap dari tahun ke tahun, yakni 106 lulusan (Maret 2013), 69 lulusan (2012), 15 lulusan (2011), dan hanya dua perawat yang lulus pada tahun 2010. (Abd/*)
"Pengiriman perawat ini merupakan kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Jepang melalui Perjanjian Kemitraan Ekonomi yang telah dimulai sejak 2008," kata Kepala BNP2TKI Moh Jumhur Hidayat di Jakarta, sepeti dikutip dari Antara, Rabu (26/6/2013).
Para kandidat yang akan dikirim ke Jepang tersebut adalah 48 perawat dan 108 perawat lanjut usia yang telah mengikuti pelatihan bahasa Jepang selama enam bulan di Jakarta, dan akan berlanjut selama enam bulan di Jepang.
   Â
Jumhur mengatakan rumah sakit dan rumah peristirahatan lanjut usia di Jepang akan langsung menerima kandidat perawat tersebut, jika mereka lulus ujian nasional keperawatan yang diselenggarakan menggunakan bahasa Jepang.
   Â
Karena itu, BNP2TKI dan Kedutaan Besar Jepang di Indonesia menggandeng Japan Foundation sebagai mitra untuk melatih kemampuan bahasa Jepang para kandidat perawat yang akan dikirim ke Jepang.
   Â
"Ujian nasional ini adalah hal tersulit dalam program ini karena bahasa Jepang itu tidak mudah. Meskipun demikian, bukan tak mungkin untuk dipelajari," kata dia.
Kendala bahasa tersebut juga diakui oleh Duta Besar Jepang untuk Indonesia Yoshinori Katori yang mengatakan Pemerintah Jepang telah berusaha untuk mempermudah ujian nasional tanpa mengurangi bobotnya.
Salah satunya dengan mencantumkan cara baca huruf Jepang ("yomikata") pada pertanyaan yang ditulis dalam huruf Kanji yang ada di lembar soal, selain memberikan pelatihan bahasa selama enam bulan di Jakarta dan enam bulan di Jepang.
   Â
"Terlebih lagi, perawat dari Indonesia relatif lebih diminati yang dibuktikan dengan kesan-kesan yang menunjukkan kepuasan perusahaan terhadap cara kerja mereka," kata dia lagi.
   Â
Dubes Katori menambahkan, para peserta dalam Perjanjian Kemitraan Ekonomi (EPA) ini juga merupakan salah satu jembatan yang menghubungkan Jepang dan Indonesia, khususnya komunitas kedua negara (people-to-people contact), sehingga dia berharap semua kandidat bisa lulus ujian nasional.
   Â
"Saya berharap mereka dapat berteman dengan orang Jepang, belajar bahasa Jepang dan lulus ujian nasional," ujar dia.
   Â
Berdasarkan data Kedutaan Besar Jepang di Jakarta, peserta program EPA yang lulus ujian nasional telah meningkat secara bertahap dari tahun ke tahun, yakni 106 lulusan (Maret 2013), 69 lulusan (2012), 15 lulusan (2011), dan hanya dua perawat yang lulus pada tahun 2010. (Abd/*)