Pertama Kalinya, Ilmuwan Berhasil Ciptakan Hati Manusia

Ilmuwan untuk pertama kali berhasil membuat hati manusia dari sel induk, yang diambil dari hati dan darah.

oleh Gabriel Abdi Susanto diperbarui 09 Jul 2013, 11:00 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2013, 11:00 WIB
hati-ciptaan130708d.jpg
Ilmuwan untuk pertama kali berhasil membuat hati manusia dari sel induk, yang diambil dari hati dan darah. Mereka mengatakan, keberhasilan tersebut menjadi dasar bagi masa depan pembuatan organ tubuh lain di laboratorium.

Meski masih membutuhkan waktu 10 tahun lagi sebelum hati buatan dapat digunakan penderita, ilmuwan Jepang ini mengatakan punya bukti penting konsep yang membuka jalan bagi percobaan pembuatan organ tubuh.
    
"Janji untuk menyediakan hati siap pakai sepertinya semakin dekat, lebih dekat dari harapan orang setahun lalu," kata Dusko Illic, pakar sel induk dari King’s College London yang tidak terlibat langsung dalam riset namun memuji keberhasilannya.

Ia mengatakan, meski teknik tersebut tampak sangat menjanjikan dan merupakan lompatan besar ke depan, masih banyak hal yang tidak diketahui dan dibutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum bisa diaplikasikan dalam pengobatan regeneratif.

Peneliti di seluruh dunia sudah mempelajari sel induk selama lebih dari satu dasawarsa, dengan harapan bisa memanfaatkan kemampuannya berkembang menjadi bentuk sel lain untuk mengobati berbagai masalah kesehatan.
    
Ada dua bentuk utama sel induk yaitu sel induk embriotik yang diambil dari embrio dan mengonversi "induced pluripotent stem cells" (sel iPS), seringkali diambil dari kulit atau darah.
    
Negara-negara di seluruh dunia saat ini menghadapi kelangkaan donor organ tubuh untuk membantu pasien yang mengalami kegagalan fungsi hati, ginjal, jantung dan organ tubuh lain.
    
Para ilmuwan sangat memahami pentingnya menemukan jalan lain untuk mendapatkan organ cangkokan.

Tim peneliti Jepang yang bermarkas di Fakultas Kedokteran Universitas Yokohama City di Jepang menggunakan sel iPS untuk membuat tiga tipe sel berbeda yang bisa dengan normal menyatu dalam formasi alami hati manusia dalam embrio yang berkembang.
    
Ketiga tipe sel tersebut adalah sel hepatic endoderm, sel induk mesenchymal, dan sel endothelial, yang dicampur untuk melihat apakah mereka bisa berkembang.
    
Peneliti menemukan sel tersebut berkembang dan mulai membentuk struktur tiga dimensi yang disebut "liver buds" atau tunas hati, sekumpulan sel hati dengan potensi berkembang menjadi organ utuh.

Saat ditransplantasikan ke tikus percobaan, para peneliti menemukan bahwa tunas hati manusia tersebut tumbuh, pembuluh darah manusia terhubung dengan pembuluh darah tikus inang, dan mulai berfungsi layaknya sel hati manusia dewasa.
    
"Dalam pengetahuan kami, ini adalah laporan pertama mengenai generasi organ fungsional manusia dari sel induk pluripotent," kata peneliti dalam jurnal Nature.
    
Dari kulit
Malcolm Allison, pakar sel induk dari Universitas Queen Mary London mengatakan hasil studi tersebut memberikan peluang langka untuk menciptakan hati mini dari kulit pasien yang mengalami gagal hati dan mentransplantasikannya untuk mendorong fungsi organ tersebut.
    
Takanori Takebe yang memimpin tim riset tersebut dalam sebuah telekonferensi mengatakan sangat terdorong oleh hasil studi dan berencana melakukan riset serupa untuk membuat organ tubuh lain seperti pankreas dan paru-paru.
    
Pada April, tim peneliti Amerika mengatakan mereka berhasil menciptakan ginjal tikus dalam laboratorium yang bisa berfungsi seperti ginjal asli, namun metode mereka menggunakan struktur perancah dari ginjal untuk membuat organ baru.

Pada Mei tahun lalu, para peneliti dari Inggris berhasil mengubah sel kulit menjadi jaringan jantung yang satu saat nanti bisa digunakan untuk mengobati pasien gagal jantung.
   
Keberhasilan untuk membuat organ tubuh manusia dari sel iPS merupakan prospek yang menggembirakan, kata Matthew Smalley dari Institut Riset Sel Induk Kanker Eropa, Universitas Cardiff.
    
"Riset ini memberikan janji nyata untuk pendekatan alternatif transplantasi organ tubuh manusia," katanya.
    
Chris Mason, pakar pengobatan regeneratif dari University College London mengatakan, pengaruh terbesar dari penemuan sel tunas hati dari iPS mungkin adalah untuk penggunaannya dalam pengembangan obat.
    
"Saat ini untuk mempelajari metabolisme dan toksikologi obat baru, digunakan sel hati mayat," katanya. "Sayangnya itu hanya tersedia dalam jumlah terbatas."
    
Saran dari studi baru ini adalah bahwa tikus yang ditransplantasi dengan sel tunas hati iPS bisa digunakan untuk menguji obat baru untuk melihat bagaimana hati manusia merespon obat tersebut dan apakah mereka mempunyai efek sampingan seperti keracunan hati.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya