Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar mengusulkan agar kisah hidup Een Sukaesih (32), seorang guru yang menderita penyakit Rheumatoid arthritis (RA), asal Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, akan diabadikan dalam sebuah buku.
"Dan saya katakan lebih bagus kalau dibuat dulu bukunya jangan dulu film," kata Deddy Mizwar di Gedung Sate Bandung, seperti dikutip dari Antara, Selasa (17/9/2013).
Een Sukaesih yang menderita lumpuh selama 26 tahun, kata Wagub, dinilai memiliki kisah inspiratif yang bisa menggugah banyak orang karena walaupun menderita lumpuh namun perempuan kelahiran 10 Agustus 1963 itu tetap aktif mengajar meski harus melakukannya di atas tempat tidur.
Kisah hidup Een Sukesih inilah yang pada mulanya menginspirasi Wakil Bupati Sumedang Ade Irawan untuk membuat film tentang Een Sukaesih.
Alasan pihaknya menyarankan kisah Een dibuat buku lebih dulu dibandingkan film karena mencontohkan pada kesuksesan film Laskar Pelangi yang ditonton banyak orang.
"Film Laskar Pelangi itu enggak akan meledak kalau bukunya enggak dibaca banyak orang," kata dia.
Sebagai contoh, kata dia, saat Film Gending Sriwijaya dibuat ternyata jumlah penontonnya tidak membludak seperti Laskar Pelangi yang sebelumnya sukses merebut jutaan pembaca Indonesia melalui ke-4 novelnya .
"Mengapa Film Gending Sriwijaya penontonnya sedikit atau tidak sebanyak Film Laskar Pelangi karena Gending Sriwijaya tidak dibuatkan buku," kata dia
Dikatakannya, dunia sastra dengan film itu sangat berkaitan, buktinya sebagian besar film-film yang box office di Amerika adalah berangkat dari karya sastra novel.
Oleh karena itu, menurut dia, jika kisah Een Sukaesih dibukukan dan bukunya banyak dibaca orang maka akan jadi modal untuk dibuatkan film.
"Mengapa karena orang akan penasaran menonton film Een setelah membaca kisah hidupnya melalui buku. Sementara jika kisah Een langsung difilmkan, penontonnya khawatir tidak akan membludak," katanya.
Pihaknya menyerahkan pembuatan buku Een Sukaesih pada Pemerintah Kabupaten Sumedang.
"Dan yang pasti buku itu juga harus dirancang secara matang mulai dari cara penulisan hingga siapa yang dinilai mampu untuk menulis bukunya. Kalau soal penerbitan enggak repot lah," ujar dia.
Sementara itu, Wakil Bupati Sumedang Ade Irawan menyambut baik usulan Wakil Gubernur Jawa Barat yang memilih untuk membuat buku Een Sukaesih tersebut.
"Sekarang lagi digarap cetak buku. bikin buku dulu. Saran dari Pak Wagub buku dulu diperbanyak, nanti setelah buku itu tercetak itu akan diedarkan," kata Ade Irawan.
Menurut dia, pembuatan buku Een Sukaesih saat ini sudah mencapai 70 persen ada.
"Itu yang membuat ada tim khusus. 70 persen buku sudah (siap) dicetak, bagus itu, sudah banyak yang minta," kata Ade.
(Abd)
"Dan saya katakan lebih bagus kalau dibuat dulu bukunya jangan dulu film," kata Deddy Mizwar di Gedung Sate Bandung, seperti dikutip dari Antara, Selasa (17/9/2013).
Een Sukaesih yang menderita lumpuh selama 26 tahun, kata Wagub, dinilai memiliki kisah inspiratif yang bisa menggugah banyak orang karena walaupun menderita lumpuh namun perempuan kelahiran 10 Agustus 1963 itu tetap aktif mengajar meski harus melakukannya di atas tempat tidur.
Kisah hidup Een Sukesih inilah yang pada mulanya menginspirasi Wakil Bupati Sumedang Ade Irawan untuk membuat film tentang Een Sukaesih.
Alasan pihaknya menyarankan kisah Een dibuat buku lebih dulu dibandingkan film karena mencontohkan pada kesuksesan film Laskar Pelangi yang ditonton banyak orang.
"Film Laskar Pelangi itu enggak akan meledak kalau bukunya enggak dibaca banyak orang," kata dia.
Sebagai contoh, kata dia, saat Film Gending Sriwijaya dibuat ternyata jumlah penontonnya tidak membludak seperti Laskar Pelangi yang sebelumnya sukses merebut jutaan pembaca Indonesia melalui ke-4 novelnya .
"Mengapa Film Gending Sriwijaya penontonnya sedikit atau tidak sebanyak Film Laskar Pelangi karena Gending Sriwijaya tidak dibuatkan buku," kata dia
Dikatakannya, dunia sastra dengan film itu sangat berkaitan, buktinya sebagian besar film-film yang box office di Amerika adalah berangkat dari karya sastra novel.
Oleh karena itu, menurut dia, jika kisah Een Sukaesih dibukukan dan bukunya banyak dibaca orang maka akan jadi modal untuk dibuatkan film.
"Mengapa karena orang akan penasaran menonton film Een setelah membaca kisah hidupnya melalui buku. Sementara jika kisah Een langsung difilmkan, penontonnya khawatir tidak akan membludak," katanya.
Pihaknya menyerahkan pembuatan buku Een Sukaesih pada Pemerintah Kabupaten Sumedang.
"Dan yang pasti buku itu juga harus dirancang secara matang mulai dari cara penulisan hingga siapa yang dinilai mampu untuk menulis bukunya. Kalau soal penerbitan enggak repot lah," ujar dia.
Sementara itu, Wakil Bupati Sumedang Ade Irawan menyambut baik usulan Wakil Gubernur Jawa Barat yang memilih untuk membuat buku Een Sukaesih tersebut.
"Sekarang lagi digarap cetak buku. bikin buku dulu. Saran dari Pak Wagub buku dulu diperbanyak, nanti setelah buku itu tercetak itu akan diedarkan," kata Ade Irawan.
Menurut dia, pembuatan buku Een Sukaesih saat ini sudah mencapai 70 persen ada.
"Itu yang membuat ada tim khusus. 70 persen buku sudah (siap) dicetak, bagus itu, sudah banyak yang minta," kata Ade.
(Abd)