Liputan6.com, Jakarta Jenis makanan junk food dapat ditemui di mana saja. Junk food dijual di supermarket, pinggir jalan, tempat kerja, sekolah, bahkan di mesin penjual otomatis. Ketersediaan dan kemudahan mendapatkan junk food membuatnya sulit untuk dibatasi atau dihindari.Â
Baca Juga
Keinginan untuk makan junk food bahkan bisa terbawa saat Anda hamil. Selama kehamilan, mungkin sulit untuk tidak menyerah pada hasrat untuk makanan yang tidak sehat seperti junk food.
Advertisement
Padahal, kehamilan adalah saat di mana Anda harus ekstra hati-hati dalam mengonsumsi makanan yang tidak diinginkan, dan junk food menjadi yang teratas dalam daftar makanan yang perlu dihindari.
Ibu dan bayi membutuhkan sejumlah nutrisi yang baik selama kehamilan. Ini bertujuan untuk mendapatkan berat badan yang sehat serta perkembangan otak, tulang, organ, dan sistem kekebalan tubuh yang tepat pada bayi. Junk food tentunya bukanlah pilihan sehat.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa junk food dapat berdampak buruk bagi kesehatan ibu dan bayi. Berikut dampak negatif junk food yang berhasil Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin(12/8/2019).
Junk food dikaitkan dengan gangguan mental pada bayi
Dilansir dari Medical News Today, para peneliti dari Deakin University di Australia, bersama para peneliti dari Norwegia, menganalisis lebih dari 23.000 ibu yang merupakan bagian dari Norwegian Mother and Child Cohort study.
Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry mengumpulkan informasi mengenai makanan para ibu selama kehamilan dan makanan anak-anak mereka pada usia 18 bulan dan 3 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang makan lebih banyak makanan tidak sehat selama kehamilan, seperti minuman manis, sereal olahan dan makanan asin seperti junk food, memiliki anak dengan masalah perilaku yang meningkat, seperti agresi dan amukan.
The UK National Health Service mencatat bahwa meskipun tidak perlu melakukan diet khusus selama kehamilan, penting untuk makan berbagai makanan yang berbeda setiap hari untuk memastikan ibu dan bayi mendapatkan keseimbangan nutrisi yang tepat.
Advertisement
Peningkatan risiko alergi dan stres
Kandungan gula yang tinggi dalam makanan dapat menyebabkan alergi dan asma. Sesuai penelitian yang diterbitkan dalam European Respiratory Journal, anak-anak dari ibu yang mengonsumsi gula tambahan dalam bentuk sukrosa, sirup jagung fruktosa tinggi, jus buah atau madu dalam makanan mereka selama kehamilan, memiliki peningkatan risiko alergi dan asma antara usia 7 dan 9.
Sebuah studi yang diterbitkan pada bulan Maret 2012 di "Public Health Nutrition" diikuti hampir 9.000 orang yang belum pernah didiagnosis dengan depresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang makan makanan cepat saji memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak. Semakin banyak peserta makan cepat saji, semakin besar kemungkinan mereka mengalami depresi.
Menurut Healthline, makanan cepat saji bisa memuaskan rasa lapar dalam jangka pendek, tetapi hasil jangka panjangnya kurang positif. Orang-orang yang makan makanan cepat saji dan kue-kue olahan memiliki kemungkinan 51 persen lebih besar untuk mengalami depresi.
Tingkat acrylamide yang tinggi pada bayi
Makanan seperti kentang goreng, roti, keripik kentang, dan lainnya memiliki kandungan pati yang tinggi. Makanan ini dipanggang / digoreng pada suhu tinggi.
Ini mengubah pati menjadi zat kimia yang disebut akrilamida. Studi telah menemukan bahwa tingkat akrilamida yang lebih tinggi dapat menyebabkan lingkar kepala lebih kecil dan berat lahir rendah pada bayi.
Advertisement
Kenakikan berat badan pada ibu dan bayi
Terlalu banyak junk food selama kehamilan menyebabkan kenaikan berat badan yang berlebihan pada ibu dan bayi. Ini akan menempatkan wanita hamil dan bayinya pada risiko berbagai komplikasi, termasuk preeklampsia, melahirkan bayi besar, persalinan prematur, diabetes gestasional, sleep apnea, peningkatan risiko cacat lahir, keguguran, dan kematian bayi.
Ulasan lain telah mencatat hasil serupa yang menunjukkan bahwa junk food, terutama minuman yang dimaniskan dengan gula secara signifikan terkait dengan kenaikan berat badan pada anak-anak dan orang dewasa.
Masalah pencernaan pada ibu
Junk food penuh dengan gula, garam, lemak, dan kolesterol, yang perlu dihindari selama kehamilan. Sebagian besar makanan cepat saji, termasuk minuman dan makanan sampingan, sarat dengan karbohidrat dengan sedikit atau tanpa serat.
Menikmati makanan cepat saji yang digoreng bisa membuat perut bermasalah. Ini mungkin menyebabkan gas, kembung, dan gangguan pencernaan. Juga, junk food tidak mengandung serat, yang sangat penting untuk pergerakan usus halus.
Advertisement
Risiko diabetes gestasional
Makanan cepat saji tinggi gula dan kalori. Studi telah mengungkapkan bahwa konsumsi junk food meningkatkan risiko diabetes gestasional pada bayi. Ketika sistem pencernaan memecah junk food, karbohidrat dilepaskan sebagai glukosa (gula) ke dalam aliran darah. Akibatnya, gula darah akan meningkat.
Diabetes gestasional adalah bentuk sementara dari diabetes yang terjadi selama kehamilan ketika tubuh berhenti memproduksi atau merespons insulin.
Â