Liputan6.com, Jakarta Di zaman seperti sekarang ini, media sosial sudah tidak asing lagi apalagi Instagram. Siapa yang tidak punya Instagram? Hampir semua orang di berbagai belahan dunia ini memiliki akun Instagram. Bahkan tak sedikit orang yang sudah kecanduan dengan media sosial ini.
Instagram adalah aplikasi semacam album foto yang bisa dibagikan pada pengikut. Foto-foto yang dibagikan bisa dilihat dan disukai oleh orang-orang yang mengikuti ataupun tidak (jika tidak di-private). Fitur yang paling menarik di Instagram ini adalah ‘Like’.
Advertisement
Baca Juga
Kamu bisa mengetahui seberapa banyak orang-orang menyukai fotomu. Di sini lah jumlah Like yang sering diagung-agungkan orang sebagai standar kepopuleran selain jumlah pengikut atau Follower. Banyak orang kecanduan ingin mendapatkan Like dan melakukan segala hal agar fotonya dapat mendapatkan Like.
Ternyata hal tersebut ada kaitannya dengan otak. Keterkaitan Like pada Instagram dengan otak ini dijelaskan pada jurnal Irresistible: The Rise of Addictive Technology dan Business Keeping Us Hooked yang ditulis oleh Profesor Adam Alter dari New York University, seperti yang Liputan6.com lansir dari Business Insider, Jumat (18/10/2019).
Kondisi Otak Saat Postingan di-Like
Saat kamu mendapatkan apresiasi berupa Like atau komentar di Instagram, secara tidak langsung akan memicu sistem penghargaan (reward system) pada otak. Reward system ini akan membuat otak melepaskan dopamin.
Dopamin sendiri merupakan hormon yang membuatmu merasa puas dan senang meski dalam beberapa kasus, perasaan tersebut juga dapat menjadi adiktif. Ketika seseorang mendapat Like di media sosial atas unggahannya, bagian sistem penghargaan pada otak yangaktif.
Maksud sistem penghargaan di sini adalah bagian dari otak yang secara penting menaksir nilai dari suatu hal dan membantu seseorang untuk mengambil keputusan-keputusan berdasarkan nilai tersebut. Tak hanya itu tombol Like juga mendorong orang untuk bolak-balik mengecek media sosialnya.
Advertisement
Berkaitan dengan Kepercayaan Diri
Dari sisi psikologis, kebiasaan ini kerap dideskripsikan sebagai cara untuk memenuhi dahaga terhadap validasi. Terus menghitung jumlah Like yang diperolah akan semakin berbahaya saat hal tersebut mulai memengaruhi kepercayaan diri seseorang.
Saat seseorang mulai meyakini pendapat orang lain merupakan sebuah kebenaran, maka kepercayaan terhadap diri sendiri pun akan menururn drastis. Salah satu tandanya adalah ketika seseorang menghapus unggahannya karena jumlah Like yang diperoleh tidak memuaskannya.
Kesimpulannya, jumlah Like yang dapat dilihat oleh publik pada sebuah unggahan akan mengaktifkan sistem penghargaan pada otak. Semakin banyak kuantitas Like yang diperoleh, semakin aktif pula area otak tersebut yang dapat membuatmu jadi ketagihan.