Liputan6.com, Jakarta Fungsi hadits terhadap Al Quran sebagai dasar dari pengetahuan Islam tentunya harus dipahami. Sunnah rasul sendiri diinformasikan melalui hadits ditulis oleh para ulama zaman dulu. Sebagai penyampai risalah dari Allah, sudah pasti apa yang disampaikan oleh Rasul adalah benar.
Penafsiran dan fungsi hadits ini tidak boleh dilakukan dengan sembarangan. Hal ini harus dilakukan oleh orang yang benar-benar ahli dan memiliki ilmu pengetahuan terkait tentangnya. Hadits adalah Sunnah Rasul yang dituliskan kembali. Karena itulah hadits tentunya memiliki fungsi terhadap pemahaman Al Quran.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Fungsi hadits terhadap Al Quran akan dipengaruhi oleh seberapa sahihnya hadits tersebut. Jika dipahami dengan benar maka akan berfungsi bagi manusia dalam mengamal Al Quran secara lebih lengkap. Jadi sebelum itu, kamu harus mengetahui apakah sebuah hadits sudah diuji kebenarannya atau belum.
Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (10/12/2010) penjabaran fungsi hadits terhadap Al Quran.
Pengertian Hadits
Sebelum memahami fungsi hadits terhadap Al Quran, kamu tentunya harus mengetahui terlebih dahulu pengertian hadits itu sendiri. Hadits secara harfiah dapat diartikan sebagai perkataan (sabda), percakapan, atau perbuatan. Sedangkan secara terminologi, hadits didefinisikan sebagai catatan yang bersumber dari pernyataan dan tingkah laku Nabi Muhammad SAW yang dijadikan landasan syariat islam.
Ada beberapa pendapat tentang pengertian hadits ini, sebagai berikut:
Menurut para ahli hadits, hadits merupakan segala perkataan (sabda), perbuatan, hal ihwal (kejadian, peristiwa, masalah), dan ketetapan lainnya yang disandarkan kepada Nabi Muhahmmad SAW.
Menurut ahli ushul fiqh (ushuliyyun), hadits adalah segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW yang hanya berhubungan dengan hukum-hukum islam.
Menurut jumhur ulama, beberapa ulama berpendapat bahwa hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan, dan ketetapan lainnya (taqrir) yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat, dan para tabiin.
Secara garis besar, dari fungsi hadits terhadap Al Quran ini, hadist mempunyai makna segala perkataan (sabda), perbuatan, dan ketetapan lainnya dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan hukum syariat islam selain Al-Qur’an.
Ada banyak sekali ulama-ulama ahlul hadits. Namun yang paling terkemuka ada 7 orang, diantaranya adalah Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Turmudzi, Imam Ahmad, Imam Abu Daud, Imam Ibnu Majah, dan Imam Nasa’i.
Advertisement
Fungsi Hadist Terhadap Al Quran
Setelah mengetahui pengertian hadits, barulah kamu bisa mengkaji tentang fungsi hadits terhadap Al Quran. Berikut beberapa fungsi hadits terhadap Al Quran yang perlu kamu pahami:
Bayan At-Taqrir (Memperjelas isi Al Quran)
Fungsi hadits terhadap Al Quran yang pertama adalah sebagai Bayan At-Taqrir yang berarti memperkuat isi dari Al-Quran. Sebagai contoh hadits yang diriwayatkan oleh H.R Bukhari dan Muslim terkait perintah berwudhu, yakni:
“Rasulullah SAW bersabda, tidak diterima shalat seseorang yang berhadats sampai ia berwudhu” (HR.Bukhori dan Abu Hurairah)
Hadits diatas mentaqrir dari surat Al-Maidah ayat 6 yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah muka dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki” - (QS.Al-Maidah:6)
Bayan At-Tafsir (Menafsirkan isi Al Quran)
Fungsi hadist terhadap Al Quran selanjutnya adalah sebagai Bayan At-Tafsir yang berarti memberikan tafsiran (perincian) terhadap isi Al Quran yang masih bersifat umum (mujmal) serta memberikan batasan-batasan (persyaratan) pada ayat-ayat yang bersifat mutlak (taqyid).
Contoh hadits sebagai bayan At-tafsir adalah penjelasan nabi Muhammad SAW mengenai hukum pencurian.
“Rasulullah SAW didatangi seseorang yang membawa pencuri, maka beliau memotong tangan pencuri tersebut dari pergelangan tangan”
Hadist diatas menafsirkan surat Al-maidah ayat 38:
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah” - (QS.Al-Maidah: 38)
Dalam Al Quran, Allah memerintahkan hukuman bagi seorang pencuri dengan memotong tangannya. Ayat ini masih bersifat umum, kemudian Nabi Muhammad SAW memberikan batasan bahwa yang dipotong dari pergelangan tangan.
Fungsi Hadist Terhadap Al Quran Selanjutnya
Bayan At-Tasyri’ (Memberi kepastian hukum Islam yang tidak ada di Al Quran)
Sedangkan fungsi hadits terhadap Al Quran sebagai Bayan At-tasyri’ ialah sebagai pemberi kepastian hukum atau ajaran-ajaran islam yang tidak dijelaskan dalam Al-Quran. Biasanya Al Quran hanya menerangkan pokok-pokoknya saja.
Contohnya hadits mengenai zakat fitrah, dibawah ini:
“Rasulullah telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat Islam pada bulan Ramadhan satu sha’ kurma atau gandum untuk setiap orang, beik merdeka atau hamba, laki-laki atau perempuan” - (HR. Muslim).
Bayan Nasakh (Mengganti ketentuan terdahulu)
Fungsi hadits terhadap Al Quran selanjutnya adalah Baya Nasakh. Para ulama mendefinisikan Bayan Nasakh berarti ketentuan yang datang kemudian dapat menghapuskan ketentuan yang terdahulu, sebab ketentuan yang baru dianggap lebih cocok dengan lingkungannya dan lebih luas.
Contohnya:
“Tidak ada wasiat bagi ahli waris”
Hadits ini menasakh surat QS.Al-Baqarah ayat 180:
“Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang diantara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabat secara ma’ruf. (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa” - (QS.Al-Baqarah:180)
Untuk fungsi hadits sebagai Bayan Nasakh ini ada perdebatan di kalangan ulama. Ada juga yang berpendapat Bayan Nasakh bukanlah fungsi hadits.
Advertisement