Liputan6.com, Jakarta Sejak beberapa waktu lalu, masyarakat diresahkan dengan kemunculan banyak ular kobra di sejumlah daerah di Indonesia. Fenomena yang disebut sebagai teror ular ini tak hanya menemukan satu atau dua ular saja, namun hingga belasan.
Baca Juga
Advertisement
Kemunculan teror ular kobra ini pun membuat geger masyarakat lantaran, beberapa ular ditemukan hingga di dalam rumah. Ada yang ditemukan di tumpukan barang, di saluran pembuangan air pendingin ruangan ataupun plafon.
Bahkan anakan ular kobra ditemukan sebanyak 15 ekor di perumahan Citayam dan dievakuasi pada Jumat (13/12/2019) lalu. Selain itu, ditemukan pula 18 ekor anak dan induk ular kobra di belakang rumah seorang warga di Karawang pada Sabtu (13/12/2019).
Terus berlanjut, membuat peneliti mencari penyebab kemunculan ular kobra yang meneror warga ini. Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber 5 fakta teror ular kobra di sejumlah daerah, Minggu (15/12/2019).
1. Ular Kobra Muncul di Sejumlah Daerah
Pada Kamis (11/12/2019) sore, seorang pedagang sayuran dipatuk anak ular kobra saat berdagang di Pasar Kemirimuka, Beji Kota Depok. Seekor anak kobra hitam tiba-tiba mematuk kaki kanannya. Korban pun langsung dibawa ke RSUD Kota Depok. Setelah mematuk, ular kobra itu lalu langsung menghilang.
"Kejadiannya sekitar pukul 15.00 WIB. Cuacanya baru saja turun hujan," ucap Agus saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (14/12/2019).
Petugas Pemadam Kebakaran (Damkar) Bogor juga mengevakuasi anak ular kobra di Komplek Perumahan Citayam Village pada Jumat (13/12/2019) lalu. Total sudah sekitar 15 ular yang ditangkap petugas. Penangkapan ini dilakukan setelah mendapatkan laporan dari warga setempat.Â
Selain di perumahan Citayam, warga Dusun Telar, Waringin Karya, Lemah Abang Wadas, Karawang, menemukan sekitar 18 ekor anak dan induk ular kobra yang berkeliaran di belakang rumah pada Sabtu (14/12/2019) lalu. Setelah menemukan satu ekor, keesokan harinya Rumi, pemilik rumah, dan warga lainnya membongkar tembok bagian belakang dan ditemukan sarang ular. Di sarang tersebut ada 18 anak ular kobra dan induknya.
Di hari yang sama, Sabtu (14/12/2019) pagi, warga Kampung Kayumanis, Kelurahan Cibadak, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor menemukan ular kobra. Setelah disisir, warga menemukan 10 butir telor ular di dalam lubang yang diyakini menjadi sarang ular kobra tersebut. Sisa telur dan anak ular kobra itu oleh warga dimasukkan ke dalam botol bekas air mineral secara terpisah.
Di Klaten pun ada 11 ekor anak kobra yang berhasil ditangkap. Namun dua ekor lainnya berhasil lolos. Sementara, sang induk ular kobra sendiri belum tertangkap.Â
Advertisement
2. Dampak Musim Hujan
Kemunculan teror ular yang banyak ditemukan di sejumlah daerah ini pun membuat peneliti dan petugas mencari tahu alasannya.
"Ular itu bukan teroris. Jadi dia tidak meneror. Tidak sengaja, tidak berniat. Memang awalnya mereka yang tinggal di situ," ujar Peneliti Herpetologi dari LIPI, Amir Hamidy, ketika berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Jumat 13 Desember 2019.
Amir Hamidy juga menambahkan jika musim hujan adalah waktu di mana telur-telur ular menetas termasuk telur ular kobra. Satu ekor kobra bisa menghasilkan 10-2- butir dalam sekali waktu.
"Musim kawin ular itu pada musim kemarau. Jika ada anak ular, itu hasil netasan 3-4 bulan lalu. Musim hujan memang waktunya mereka menetas," tutur Amir.
Selain itu, habitat mereka yang di hutan kini sudah berubah jadi pemukiman. Jadi tak heran jika anakan ular berkeliaran di kawasan pemukiman warga untuk berburu.
3. Ditangkap Hidup-hidup
Peneliti Herpetologi dari LIPI, Amir Hamidy juga menambahkan jika masyarkaat diharapkan mampu hidup berdampingan dengan ular dengan tidak membunuhnya. Ia meminta masyarakat mengusahakan merelokasi ular ketika memang sudah menimbulkan konflik di kehidupan sehari-hari.Â
Alasan lain banyak ular ditemukan belakangan ini adalah punahnya predator alami ular. Contohnya, elang. Sementara itu, makanan ular betebaran seperti tikus.Â
Advertisement
4. Tips Cegah Ular Masuk Rumah
Ular sangat sensitif dengan bebauan dan lingkungan sekitarnya. Reptil ini memiliki sensor Jacobson dan lidah yang dapat mendeteksi partikel-partikel di lingkungan sekitar, termasuk bebauan.
Tak heran jika ular tertarik untuk masuk ke rumah karena adanya pengharum baju, kapur barus dan sebuah tumbuhan yang berbau menyengat.
"Reaksi ular paling tinggi itu dengan kapur barus," ujar Amir.
Namun menurutnya dari penelitian selama ini, ular sangat tidak suka dengan minyak tanah, bensin dan pembersih lantai yang tidak alami.
"Oleh karena itu, ketika rajin mengepel pakai pembersih lantai yang menyengat, ular tidak suka ke rumah kita," kata Amir.
Selain itu, ular suka dengan tempat lembp seperti tumpukan barang.
"Jadi, hindari ada tumpukan barang di luar dan dalam rumah. Di bawah rontokan daun juga dia suka. Tapi bukan yang tergenang air ya, yang lembab," tutur Amir.