6 Penyebab Rahang Kaku dan Berbunyi, Patut Diwaspadai

Ketika merasakan rahang kaku dan berbunyi sebaiknya jangan disepelekan.

oleh Mardella Savitri Murtisari diperbarui 29 Okt 2020, 15:00 WIB
Diterbitkan 29 Okt 2020, 15:00 WIB
Ilustrasi rahang kaku
Ilustrasi rahang kaku. Credit: unsplash.com/EnginA

Liputan6.com, Jakarta Suatu ketika pernahkah Anda merasakan rahang terasa kaku dan berbunyi? Situasi ini biasanya menimbulkan rasa tidak nyaman dan membuat aktivitas sehari-hari jadi terganggu, terlebih ketika sedang mengunyah makanan. Salah satu penyebab rahang kaku dan berbunyi ini bisa terjadi akibat gangguan pada sendi rahang.

Ketika merasakan rahang kaku dan berbunyi, ada baiknya jangan disepelekan. Sehingga Anda bisa mendapatkan penanganan dari dokter dengan segera. Hal ini dikarenakan rahang yang kaku dan berbunyi bisa menjadi pertanda adanya gangguan cukup serius pada rahang Anda. 

Kondisi ini terjadi pada bagian area depan telinga pada kedua sisi kepala dimana rahang atas dan rahang bawah bertemu. Kondisi ini cukup kompleks dikarenakan sendi kanan dan kiri rahang tidak bergerak secara sinkron ketika berfungsi. Akibatnya pergerakan aktivitas mengunyah jadi terganggu. 

Untuk menangani rahang yang terasa kaku dan berbunyi, harus diketahui terlebih dahulu penyebabnya. Sehingga bisa mendapatkan perawatan yang tepat. Penyebab dari kondisi ini bisa beragam, mulai dari stress, gangguan pada sendi rahang, tetanus, dan lain sebagainya.

Berikut ini merupakan penyebab rahang kaku dan berbunyi serta cara mengatasinya yang dirangkum dari berbagai sumber oleh Liputan6.com, Kamis (29/10/2020). 

 

 

Penyebab rahang kaku dan berbunyi

Ilustrasi rahang kaku (Serhii Zavalnyi/Shutterstock)
Ilustrasi rahang kaku (Serhii Zavalnyi/Shutterstock)

1. Stres dan gangguan cemas

Salah satu penyebab rahang terasa kaku dan berbunyi adalah kesehatan mental yang tidak stabil. Memiliki tekanan pekerjaan yang tinggi sehingga dapat menimbulkan gangguan cemas dan stres bisa menjadi salah satu pemicu kondisi ini. Hal ini dikarenakan ketika seseorang sedang mengalami stres, mereka secara tidak sadar akan cenderung menggertakan gigi mereka. Namun, jika aktivitas ini terus dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu yang panjang, dapat mengakibatkan otot menjadi tegang dan rahang terasa kaku.

Selain itu, bagi seseorang yang mengalami gangguan cemas, sering kali mengepalkan bagian tangannya secara berlebihan sehingga membuat otot bagian leher dan kaku menjadi tegang terus-menerus.

 

2. Gangguan sendi rahang

Kemudian, rahang yang kaku dan berbunyi juga dapat diakibatkan oleh gangguan sendi rahang atau yang disebut dengan temporomandibular joint disorder. Hal ini menyebabkan munculnya rasa nyeri dan tidak nyaman di bagian rahang dan otot sekitarnya. 

Gangguan sendi rahang ini juga memunculkan rasa nyeri di bagian telinga, wajah, hingga leher. Rasa nyeri juga akan muncul terutama ketika sedang mengunyah makanan dan kondisi terparahnya yakni gerakan rahang akan berbunyi sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.

Gangguan sendi rahang ini biasanya diakibatkan oleh cedera, infeksi, hingga kebiasaan untuk menggertakkan gigi.

 

 

Penyebab rahang kaku dan berbunyi

[Bintang] Penyebab rahang kaku dan berbunyi
Penyebab rahang kaku dan berbunyi. (Sumber Foto: sleepsugar)

3. Tetanus

Penyakit tetanus disebabkan oleh infeksi bakteri Clostridium tetani. Penyakit ini juga dapat menimbulkan racun sehingga membuat rahang menjadi kaku dan berbunyi, juga menimbulkan rasa nyeri yang berkelanjutan. 

Rasa nyeri yang dirasakan berdasarkan tingkat keparahan infeksinya. Para penderita tetanus yang cukup parah akan kesulitan untuk menelan makanan bahkan membuka mulut. Untungnya, kini ilmu kesehatan sudah berkembang dan penyakit ini dapat dicegah dengan vaksin. Berikut ini merupakan vaksin tetanus berdasarkan golongan usia:

- Vaksin DTaP untuk anak berusia 2 bulan hingga 6 tahun

- Vaksin Tdap untuk anak berusia 11-12 tahun

- Vaksin Td untuk orang dewasa (dilakukan setiap 10 tahun sekali). 

Di jaman dahulu, penyakit tetanus ini banyak merenggut nyawa. Maka dari itu, sempatkan diri Anda dan keluarga Anda untuk datang ke dokter dan mendapatkan vaksin di atas. Hal ini berguna agar dapat mencegah terjadinya infeksi bakteri Clostridium tetani yang dapat menyebabkan tetanus.

4. Bruxism

Bruxism merupakan kondisi medis yang digunakan untuk menyebut kondisi dimana seseorang memiliki kebiasaan untuk menggesekkan atau menggertakan gigi. Kondisi ini dapat terjadi ketika terbangun maupun tertidur, bahkan dapat terjadi secara tidak disadari. Jika kebiasaan ini terus dilanjutkan dan tidak segera mendapatkan penanganan, dapat membuat rahang terasa kaku, berbunyi, dan terasa nyeri. 

 

 

Penyebab rahang kaku dan berbunyi

Penyebab rahang kaku dan berbunyi
Penyebab rahang kaku dan berbunyi (foto: Pixabay)

5. Mengunyah berlebihan

Ketika sedang mengunyah makanan, sebaiknya jangan melakukannya secara berlebihan karena hal ini dapat memicu rahang menjadi kaku dan berbunyi. Terlebih lagi ketika Anda mengonsumsi makanan bertekstur keras dan sulit dihancurkan oleh gigi. Hal ini biasanya membuat bagian rahang bawah menjadi kaku dan terasa nyeri.

6. Radang sendi

Salah satu penyakit pemicu rahang kaku dan berbunyi adalah radang sendi atau rheumatoid arthritis. Penyakit tersebut adalah penyakit autoimun yang menyerang otot dan persendian. Berdasarkan sebuah studi, hampir 80 persen penderita rheumatoid arthritis juga mengidap gangguan sendi rahang. Itu artinya, radang sendi juga bisa menyebabkan rahang kaku.

 

 

Cara mengatasi rahang kaku dan berbunyi

[Bintang] Punya Mata Panda? Atasi dengan Cara Ini
Ilustrasi mengompres mata. : via : gosipedia.com

Setelah mengetahui penyebab rahang kaku dan berbunyi, sebaiknya Anda menghindari hal-hal tersebut. Namun, jika sudah terjadi, sebaiknya Anda mendapatkan penanganan dari dokter. Selain itu, Anda bisa melakukan beberapa hal berikut ini:

1. Kompres dingin atau hangat dan ditempelkan pada bagian rahang

2. Lakukan perenggangan untuk kepala dan leher setelah bekerja

3. Temukan coping untuk stress supaya menghindari menggertakan gigi

4. Gunakan obat-obatan pereda nyeri

5. Akupuntur

Namun, sebelum melakukan hal-hal di atas ini, hal yang harus digarisbawahi adalah Anda harus mendapatkan saran dan arahan dari dokter terlebih dahulu. Sehingga Anda tidak salah dalam memberikan penanganan terhadap kondisi kesehatan Anda.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya