Coaching adalah Hubungan untuk Memaksimalkan Potensi dan Profesionalitas, Simak Contohnya

Proses coaching adalah dilakukan dengan mengutamakan adanya komunikasi dua arah yang mampu menggali ide dan memperkuat keyakinan.

oleh Laudia Tysara diperbarui 13 Des 2021, 17:45 WIB
Diterbitkan 13 Des 2021, 17:45 WIB
Ilustrasi diskusi | Moose Photos dari Pexels
Ilustrasi diskusi | Moose Photos dari Pexels

Liputan6.com, Jakarta Istilah coaching adalah wujud kemitraan atau hubungan untuk memaksimalkan potensi dan profesionalitas. Organisasi coaching dunia yang didirikan pada tahun 1995, International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching adalah hubungan kemitraan antara coach dan individu.

“Hubungan kemitraan antara coach dan individu yang dijalin melalui proses kreatif untuk memaksimalkan potensi personal dan profesional dirinya,” dijelaskan.

Proses coaching adalah dilakukan dengan mengutamakan adanya komunikasi dua arah yang mampu menggali ide dan memperkuat keyakinan. Coach dalam coaching adalah pembimbing dan coachee dalam coaching adalah pihak yang dibimbing atau klien. Dalam proses coaching adalah ada hal-hal yang harus disepakati.

Dibicarakan oleh kedua belah pihak, mulai dari tujuan yang ingin dicapai dalam coaching, penetuan jangka waktu bermitra, area yang digunakan untuk mengembangkan dan mencapai tujuan, serta hal-hal atau faktor yang memengaruhi proses pencapaian dalam proses coaching.

ICF pada tahun 2012 melakukan studi global dan menemukan hasil bahwa perusahaan yang menerapkan adanya coaching untuk keperluan bisnis, mampu memeroleh ROI (Return On Investment) sebanyak 7 kali lipat dari nilai investasi yang ditanamkan. Ini wujud keberhasilan coaching.

Berikut Liputan6.com ulas tentang coaching adalah hubungan untuk memaksimalkan potensi dan profesionalitas lebih dalam, Senin (13/12/2021).

Contoh Penerapan Coaching bagi Pelatihan Pejabat

Ilustrasi diskusi | fauxels dari Pexels
Ilustrasi diskusi | fauxels dari Pexels

Dalam sebuah acara Pelatihan Coaching bagi Pejabat Eselon III pada tahun 2014, Direktur Jenderal Kekayaan Negara Hadiyanto mengungkap ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam penguasaan non teknis yaitu, coaching, counselling, dan mentoring.

Dalam melakukan coaching adalah atasan harus banyak mendengar dari bawahan sehingga apa yang dilakukan dapat meningkatkan kinerja. Hadiyanto mengibaratkan hal ini dalam pertandingan sepak bola. Counselling diibaratkan setengah permainan pertama. Tahap ini, pelatih dan pemain melakukan evaluasi bersama terhadap permainan yang telah dilakukan.

Wujud coaching adalah setengah permainan ke depan. “Dalam coaching, pelatih dan pemain harus memikirkan strategi apa yang bisa kita lakukan untuk mencetak gol di gawang lawan,” tuturnya dalam sebuah artikel yang diterbitkan djkn.kemenkeu.go.id.

Contoh Penerapan Coaching di Bidang Olahraga

Ilustrasi diskusi | fauxels dari Pexels
Ilustrasi diskusi | fauxels dari Pexels

Pernah dengar istilah coaching clinic, kan? Agaknya istilah tersebut tak terlalu asing, lebih-lebih bagi yang sudah sering menonton tayangan olahraga. Biasanya coaching clinic ini disematkan kepada para atlet, agar kesehatan dan staminanya terkontrol baik untuk bisa berlaga di berbagai event olahraga secara optimal.

Dicontohkan, saat Kemenpora mengadakan pelatihan intensif dalam sebuah coaching clinic pada tahun 2018 yang dimaksudkan. Pelatihan tersebut diberikan sebagai dukungan pelatihan peningkatan kebugaran jasmani bagi pemuda, Kemenpora melalui Pusat Pemberdayaan Pemuda dan Olahraga Nasional (PP-PON).

Saat itu coaching clinic dilakukan oleh para pakar bidang kedokteran olahraga, di Wisma Soegondo Djojopuspito PP-PON, Cibubur, Jakarta Timur. Coaching clinic dalam kegiatan itu dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan yang benar kepada para calon pelatih, maupun yang sudah aktif melatih, agar kegiatan olahraga yang dilakukan oleh para atlet maupun masyarakat dapat berdampak positif dan terukur.

Dalam kesempatan tersebut, coaching adalah diselenggarakan selama satu hari penuh, dan diikuti 200 pemuda yang menjadi pelatih pada cabor bela diri. Adapun yang menjadi narasumber, yaitu Direktur RSON Erni Yustisiani dan Dokter Olahraga Zulhansyah Lubis Kepala PP-PON Suryati.

Contoh Penerapan Coaching di Tingkat Internasional

Ilustrasi diskusi | fauxels dari Pexels
Ilustrasi diskusi | fauxels dari Pexels

World Game Coaching Conference 2016 lalu di Pulau Dewata Bali menjadi wadah bagi berkumpulnya para pemimpin, coaches, dan HRD specialist dari seluruh dunia untuk bersama-sama menciptakan gerakan yang berfokus pada pendidikan, kesehatan, pengobatan, organization development, dan community development.

World Game merupakan rangkaian gerakan untuk menciptakan dunia yang lebih baik melalui coaching yang diinisiasi oleh Erickson Coaching International. Erickson Coaching telah memiliki lebih dari 40.000 coaches yang tersebar di 50 negara.

Setiap negara yang sudah bergabung dengan Erickson Coaching selalu mengadakan regional coaching conference setiap satu atau dua tahun sekali. Semua negara bergabung dalam World Game akan mempresentasikan sejauh mana perubahan yang sudah dilakukan di setiap Negara dengan menggunakan coaching.

World Game sendiri bertujuan untuk membangun kemampuan coaching sehingga bisa menjadi agent of change bagi perubahan di daerahnya masing-masing. Baik dalam hal mendorong perekonomian, pendidikan dan kegiatan sosial.

Beberapa perubahan yang dirasakan melalui coaching. Misalnya di bidang bidang kesehatan para coach memberikan coaching bagi penyandang kanker sehingga menjadi jauh lebih berdaya dan bersemangat dalam menjalani kehidupannya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya