Liputan6.com, Jakarta - Para ilmuwan terus melakukan eksplorasi luar angkasa untuk mempelajari benda-benda langit seperti bintang, planet, galaksi, dan fenomena kosmik lainnya. Eksplorasi luar angkasa juga memungkinkan kita untuk mencari tanda-tanda kehidupan di planet lain, bulan, dan bahkan asteroid.
Dengan kemajuan teknologi, berbagai teleskop luar angkasa dan wahana antariksa telah membantu mengungkap misteri alam semesta yang selama ini belum terpecahkan. Dalam eksplorasi luar angkasa, para astronom juga menemukan objek-objek luar angkasa yang masih menjadi misteri hingga saat ini.
Baru-baru ini, para astronom menemukan sebuah planet yang suhunya hampir mencapai 2.000°C. Bahkan, satu sisi planet super panas ini terus-menerus terbakar karena selalu menghadap bintang yang diorbitnya, sementara sisi lainnya tetap dalam kegelapan.
Advertisement
Baca Juga
Fenomena ini disebut sebagai "tidally locked", di mana satu sisi planet selalu menghadap bintang induknya. Sementara itu, sisi lainnya tidak pernah menerima cahaya.
Melansir laman Sci Tech Daily pada Selasa (04/03/2025), planet yang diberi nama LTT 9779 b ini masuk dalam kategori langka, yaitu "Neptunus ultra-panas". Seharusnya, planet seperti ini sulit ditemukan di orbit yang sangat dekat dengan bintang induknya.
Dengan mengorbit dalam waktu kurang dari satu hari, planet ini seharusnya sudah kehilangan atmosfernya akibat radiasi ekstrem. Namun, penelitian menggunakan Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) justru mengungkap fakta mengejutkan, atmosfer LTT 9779 b masih bertahan, dan bahkan memiliki awan reflektif.
Menariknya, planet LTT 9779 b juga memiliki awan di permukaannya. Keberadaan awan di LTT 9779 b menjadi salah satu misteri terbesar yang menarik perhatian ilmuwan.
Biasanya, dalam kondisi ekstrem seperti ini, atmosfer planet akan terkelupas dan menghilang akibat radiasi kuat dari bintang induknya. Namun, di sisi barat bagian siang planet ini, justru ditemukan awan reflektif yang membantu memantulkan sebagian besar cahaya bintang.
Suhu Lebih Rendah
Fenomena ini berkontribusi pada suhu yang lebih rendah dibandingkan sisi timurnya, yang cenderung lebih panas dan hampir tidak memiliki awan. Para astronom menjadikan LTT 9779 b sebagai laboratorium unik untuk memahami interaksi antara awan dan panas di atmosfer planet ekstrem.
Selain itu, angin kencang yang bertiup dari timur ke barat turut berperan dalam mendistribusikan energi panas di seluruh atmosfernya. Para ilmuwan menggunakan alat Near Infrared Imager and Slitless Spectrograph (NIRISS) milik JWST untuk melakukan observasi selama hampir 22 jam.
Mereka mengamati bagaimana suhu dan kecerahan planet ini berubah dalam berbagai fase orbitnya, termasuk saat LTT 9779 b melewati depan dan belakang bintangnya. Hasilnya menunjukkan bahwa atmosfer planet ini mengandung uap air.
Kemungkinan besar, planet ini memiliki awan berbahan mineral silikat, yang bersifat reflektif dan berkontribusi pada kecerahan planet. Tim ilmuwan berhasil membangun model atmosfer yang lebih rinci dibandingkan sebelumnya dengan memisahkan sinyal cahaya yang dipantulkan oleh awan dari panas inframerah yang dipancarkan oleh planet.
LTT 9779 b merupakan salah satu dari sedikit planet yang ditemukan di wilayah yang disebut "gurun Neptunus panas". Zona ini hampir tidak memiliki planet seukuran Neptunus yang bisa bertahan di orbit dekat bintang induknya.
Biasanya, planet yang mengorbit sedekat ini berukuran lebih besar, seperti "Jupiter panas" yang sudah banyak ditemukan. Penemuan LTT 9779 b menjadi tonggak penting dalam studi tentang planet di luar Tata Surya.
Dengan atmosfer reflektif, kandungan logam tinggi, dan pola cuaca ekstrem yang belum sepenuhnya dipahami, planet ini membuka jendela baru untuk memahami bagaimana planet asing bertahan dalam kondisi yang tidak biasa. Lebih lanjut, penelitian mengenai atmosfer LTT 9779 b dapat memberikan wawasan lebih luas mengenai evolusi planet dan potensi kelangsungan hidup atmosfer di lingkungan ekstrem.
Selain itu, temuan ini juga menambah pemahaman kita tentang keberadaan eksoplanet yang berbeda dari model yang selama ini dipahami. Ilmuwan berharap bahwa dengan terus mengamati dan mempelajari planet seperti LTT 9779 b, kita bisa memahami lebih jauh tentang bagaimana atmosfer planet bereaksi terhadap kondisi ekstrim, serta kemungkinan adanya planet lain yang memiliki karakteristik serupa namun lebih layak huni.
(Tifani)
Advertisement
