Liputan6.com, Jakarta Tabiat adalah istilah yang mungkin belum dipahami oleh sebagian orang. Istilah ini memang tidak begitu sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Namun, penggunaannya masih kerap ditemukan dalam berbagai bacaan, seperti pada koran maupun buku.
Tabiat adalah perbuatan atau perangai yang selalu dilakukan. Makna tabiat ini cukup dekat dengan kata kebiasaan yang lebih sering dipakai dalam percapakan sehari-hari. Namun, tabiat secara tepat fokus pada perilaku yang menjadi kebiasaan seseorang.
Tabiat adalah perilaku manusia yang secara alami sudah ada di dalam diri manusia. Dalam Islam, malaikat memiliki sifat yang selalu taat dan patuh kepada Allah, dan sifat tersebut tidak akan berubah. Sementara manusia memiliki tabiat buruk dan juga tabiat baik.
Advertisement
Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (30/3/2023) tentang tabiat adalah.
Tabiat adalah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tabiat adalah perangai; watak; budi pekerti. Tabiat adalah perbuatan yang selalu dilakukan; kelakuan; tingkah laku. Tabiat adalah perbuatan atau perangai yang selalu dilakukan oleh seseorang.
Makna tabiat adalah dengan demikian dekat dengan kata “kebiasaan”, namun secara tepat fokus pada perilaku yang menjadi kebiasaan seseorang. Agar lebih mengerti lagi makna dari kata tabiat ini, kamu bisa mengenali contoh-contoh penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh penggunaan kata tabiat adalah sebagai berikut:
- Tabiat baik perlu kita pelihara baik-baik.
- Tabiat buruk oknum anggota DPR yang tidur saat sidang seakan mencoreng nama baik lembaga perwakilan rakyat tersebut.
- Tak mudah untuk mengubah tabiat seseorang jika tidak disertai tekad yang kuat.
- Tabiat buruk dan merugikan harus kita hilangkan.
- Tabiatnya tak pernah berubah, selalu mudah naik pitam untuk hal-hal yang bahkan belum jelas.
- Menurut Islam, tabiat manusia adalah suatu perilaku yang melekat alamiah dalam diri manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT.
Advertisement
Tabiat Manusia dalam Islam
Tabiat adalah perilaku manusia yang secara alami sudah ada di dalam diri manusia, seperti malaikat yang memiliki sifat seperti dicetak maka sifat malaikat itu tidak bisa berubah melainkan selalu taat dan patuh kepada Allah. Malaikat diciptakan dari taqwa sedangkan manusia dari taqwa dan fujur atau nafsu, maka sejatinya manusia memiliki tabiat buruk dan juga tabiat baik.
Tabiat adalah istilah yang erat kaitannya dengan kejiwaan seseorang. Dalam ilmu umum orang-orang yang membunyai tabiat buruk seperti temperamental atau sedih yang berlarut-larut akan berobat ke psikiater atau ahli jiwa. Hal ini karena pengobatan jiwa secara tidak lansung dapat mengubah tabiat seseorang menjadi lebih baik.
Al-Quran mengisyaratkan pergulatan psikologis yang dialami oleh manusia, yakni antara kecenderungan pada kesenangan-kesenangan jasmani dan kecenderungan pada godaan-godaan kehidupan duniawi. Jadi, sangat alamiah bahwa pembawaan manusia tersebut terkandung adanya pergulatan antara kebaikan dan keburukan, antara keutamaan dan kehinaan, dan lain sebagainya.
Untuk mengatasi pergulatan antara aspek material dan aspek spiritual pada manusia tersebut dibutuhkan solusi yang baik, yakni dengan menciptakan keselarasan di antara keduanya. Di samping itu, Al-Quran juga mengisyaratkan bahwa manusia berpotensi positif dan negatif. Pada hakikatnya potensi positif manusia lebih kuat daripada potensi negatifnya. Hanya saja daya tarik keburukan lebih kuat dibanding daya tarik kebaikan.
Tabiat Manusia dalam Al-Quran
Tabiat adalah perbuatan yang selalu dilakukan oleh manusia. Melansir laman NU Jabar, dalam Al-Quran surah Ali Imran ayat 14, disebutkan beberapa tabiat yang dimiliki manusia pada umumnya. Tabiat manusia tersebut yaitu kecintaan terhadap syahwat, mencintai anak dan keturunan, mencintai kekayaan, menyukai berbagai jenis kendaraan, cinta terhadap hewan dan ternak, serta cinta terhadap sawah dan ladang.
Hal ini seperti dijelaskan dalam firman Allah SWT, yang artinya:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu, wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”. (QS. Ali Imran, 03:14).
Tabiat Dasar Manusia dalam Surah Al-Fajr
Surah Al-Fajr merupakan surah ke-89 dalam kitab suci Al-Quran. Surah ini tergolong dalam kategori surah Makkiyah, atau surah yang diturunkan di Kota Mekkah. Surah yang terdiri dari 30 ayat ini disebut Al-Fajr, yang berarti ‘waktu fajar.
Surah Al-Fajr adalah surah dalam Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW berkaitan dengan kisah terbunuhnya sahabat nabi Hamzah yang gugur dalam medan perang. Surah Al Fajr mengandung tiga pokok pembahasan besar.
Pada bagian pembahasan pertama, Allah SWT mengisahkan kisah umat terdahulu yang tidak percaya dengan utusan-Nya. Allah juga menjelaskan bagaimana kondisi umat yang tidak taat kepada utusan-Nya itu. Mereka akan ditimpa kondisi yang tidak mengenakan akibat dari sikap sombong dan pembangkangan.
Pembahasan kedua dalam surah Al-Fajr, Allah menjelaskan kehidupan manusia di dunia, yaitu setiap manusia akan menerima kesenangan dan kesulitan. Manusia juga ada yang tertimpa kesempitan hidup. Pada kesempatan lain, manusia juga ada yang menerima kelapangan. Namun, Allah juga menjelaskan tabiat manusia yang selalu tergoda dengan harta dan kenikmatan dunia.
Pada pembahasan ketiga surah Al Fajr, atau pada pembahasan akhir dalam surah ini, Allah menjelaskan mengenai ketetapan hari kiamat. Bagi umat yang tidak mengakui Allah, maka akan mendapat siksa. Sementara yang menerima ketetapan Allah beserta ajaran yang dibawa oleh Rasulullah, maka mereka akan mendapat tempat istimewa di sisi Tuhannya di akhirat kelak.
Seperti yang tercantum dalam ayat 29 dan 30 surah ini, yang artinya:
“Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. Al Fajr: 29-30)
Advertisement