Liputan6.com, Jakarta - Zaman kebodohan disebut juga zaman Jahiliyah. Institute Agama Islam Negeri Madura, atau IAIN Madura, mendefinisikan zaman Jahiliyah adalah masa ketidaktahuan atau kebodohan yang dialami oleh penduduk Mekkah sebelum datangnya agama Islam.
Namun, gambaran zaman kebodohan disebut juga zaman Jahiliyah ini bukanlah sekadar ketidaktahuan dalam ilmu pengetahuan, melainkan ketidaktahuan akan petunjuk ilahi yang datang dari Allah SWT. Masyarakat Jahiliyah pada masa itu menyembah berhala dan tidak mengikuti pimpinan Nabi Allah yang pernah datang kepada mereka.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas‘ud bahwa ia bertanya:
"Wahai Rasulullah, dosa manakah yang paling besar?" Rasulullah menjawab, "Bila engkau menjadikan sekutu bagi Allah, padahal Allah itulah yang menciptakanmu." Saya bertanya lagi, "Kemudian dosa yang mana lagi?" Rasulullah menjawabnya, "Bila engkau membunuh anakmu karena takut anak itu makan bersamamu." Saya bertanya lagi, “Kemudian dosa yang mana lagi?” Rasulullah menjawabnya, "Engkau berzina dengan istri tetanggamu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang zaman kebodohan disebut juga zaman Jahiliyah, Jumat (5/5/2023).
Zaman Jahiliyah
Golongan manusia yang dimaksud dengan bangsa Jahiliyah atau hidup di zaman Jahiliyah adalah penyembah berhala atau patung yang ada di wilayah Arab sebelum Islam datang. Mereka tidak mengikuti agama Islam dan tidak mengenal Nabi Muhammad sebagai pimpinan mereka.
Dalam buku berjudul Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad oleh Moenawar Khalil, istilah Jahiliyah dalam bahasa Arab berarti kebodohan.
Pada zaman tersebut, kebiasaan merampok, berzina, minum khamr, dan berjudi telah menjadi hal yang umum dan sulit untuk diubah. Di samping itu, melahirkan anak perempuan dianggap sebagai suatu aib yang membuat banyak orang enggan untuk membesarkan mereka. Akibatnya, banyak bayi perempuan yang dibuang dan dikubur hidup-hidup.
Zaman kebodohan disebut juga zaman Jahiliyah, bangsa Arab pada masa itu terkenal dengan kekejaman, peperangan, minum-minuman, foya-foya, dan merendahkan derajat wanita. Maka dari itu, istilah zaman Jahiliyah sebelum datangnya Nabi, disebutkan identik dengan sifat manusianya yang tidak manusiawi.
“Janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan (juga) kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka itu adalah suatu dosa yang besar.” (QS Al-Isra': 31)
Dalam buku berjudul Jahiliyah Jilid II (2015) oleh Muhammad Hendra, zaman kebodohan disebut juga zaman Jahiliyah yang artinya kebodohan yang keluar dari nilai-nilai keislaman dan meliputi seluruh makna penyelewengan. Selain itu, zaman Jahiliyah juga digunakan untuk mengungkapkan semua pelanggaran, kezaliman, dan penolakan terhadap kebenaran agama Islam yang dilakukan oleh kaum musyrik.
Agama Islam melihat zaman kebodohan disebut juga zaman Jahiliyah sebagai sebuah zaman yang gelap dan penuh kebodohan, yang tidak memiliki petunjuk hidup yang benar. Oleh karena itu, datangnya agama Islam dan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah SWT dianggap sebagai sebuah anugerah besar yang membawa petunjuk hidup yang sejati dan benar kepada manusia.
Dalam Islam, zaman kebodohan disebut juga zaman Jahiliyah merupakan masa kelam yang menggambarkan kebodohan manusia dalam hal iman dan ketaatan terhadap Allah. Namun, dengan datangnya agama Islam dan kedatangan Nabi Muhammad, manusia diberi petunjuk yang jelas dan akhirnya dapat keluar dari Jahiliyah dan hidup dengan penuh kesadaran akan kebenaran agama Islam.
Advertisement
Akan Datang Lagi
Pada suatu kesempatan, salah seorang sahabat nabi bernama Hudzaifah pernah bertanya tentang apakah akan datang kembali zaman Jahiliyah (perilaku Jahiliyah) setelah kedatangan Islam. Rasulullah menjawab bahwa zaman kebodohan disebut juga zaman Jahiliyah itu akan datang kembali. Hal ini menunjukkan bahwa bahaya perilaku Jahiliyah masih dapat terjadi di masa yang akan datang.
Menurut Prof. Suyuthi Pulungan dalam bukunya berjudul Sejarah Peradaban Islam, masyarakat Arab Jahiliyah bisa diartikan sebagai masyarakat yang tidak harmonis. Ketidakharmonisan ini berdampak luas pada perbuatan negatif yang muncul dan membuat mereka hidup dalam kesesatan dan kezaliman.
Mereka bangsa yang hidup di zaman kebodohan disebut juga zaman Jahiliyah pun dikatakan tidak tertarik pada agama yang diajarkan oleh Nabi dan Rasul terdahulu, sehingga kezaliman dan kesesatan semakin merajalela.
Muhammad Hendra juga menyebut bahwa pada zaman Jahiliyah, perang dan kekerasan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini menunjukkan bahwa kebodohan dan kesesatan pada zaman kebodohan disebut juga zaman Jahiliyah sangat merugikan masyarakat Arab dan menjadikan mereka tidak manusiawi.
Meskipun bangsa Arab pada masa Jahiliyah memiliki sistem politik, pengetahuan, pemerintahan, dan kebudayaan yang baik, namun perilaku mereka yang tidak manusiawi membuat mereka hidup dalam kesesatan dan kezaliman.
Dalam bukunya berjudul Cahaya Abadi Muhammad SAW Kebanggaan Umat Manusia, cendekiawan Muslim Turki Muhammad Fethullah Gulen menjelaskan tentang kondisi pada zaman Jahiliyah. Saat itu, kelahiran seorang anak perempuan dianggap sebagai aib yang memalukan bagi keluarga.
Setiap kali seorang ayah mendapat kabar tentang kelahiran bayi perempuan, wajahnya akan langsung menjadi merah padam dan memberengut dengan marah yang tak terkira.
Aib yang ditimbulkan dari kelahiran bayi perempuan sangat besar sehingga ada beberapa ayah yang memilih untuk membunuh anak perempuannya atau bahkan bunuh diri daripada harus memikul aib tersebut. Namun, ada juga ayah yang memilih untuk membiarkan anak perempuannya hidup, namun harus menerima stigma buruk yang melekat pada dirinya dan keluarganya.