Tanda-Tanda Usus Buntu, Penyebab, Pengobatan, dan Perawatan Pascaoperasi

Tanda-tanda usus buntu biasanya ditunjukkan dengan rasa tidak nyaman pada perut.

oleh Husnul Abdi diperbarui 12 Mei 2023, 14:01 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2023, 14:01 WIB
Tanda-Tanda Usus Buntu
Ilustrasi Usus Buntu Credit: pexels.com/Aline

Liputan6.com, Jakarta Tanda-tanda usus buntu biasanya ditunjukkan dengan rasa tidak nyaman pada perut. Awalnya rasa tidak nyaman dan nyeri ini akan terasa pada bagian tengan perut dan bersifat hilang timbul. Rasa nyeri akan berpindah ke bagian kanan bawah perut, tepatnya di bawah usus buntu, setelah 12 hingga 24 jam. 

Penyakit usus buntu merupakan peradangan yang terjadi di apendiks atau usus buntu. Usus buntu ini merupakan penonjolan dari sisi kanan usus besar yang menyerupai umbai cacing. Penyakit usus buntu ini biasanya terjadi pada orang-orang yang berusia 18-35 tahun.

Tanda-tanda usus buntu harus dikenali agar bisa ditangani sesegera mungkin. Jika tidak segera ditangani, usus buntu yang tak bisa diobati bisa menjadi pecah dan membuat infeksinya menyebar. Jadi, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter jika kamu mengalami gejala usus buntu.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (31/12/2021) tentang tanda-tanda usus buntu.

Penyebab Usus Buntu

Cara Mengatasi Penyakit Usus Buntu
Ilustrasi Penyakit Usus Buntu Credit: pexels.com/Mei

Sebelum mengenali tanda-tanda usus buntu, kamu tentunya harus mengetahui penyebabya terlebih dahulu. Penyakit usus buntu terjadi karena rongga usus buntu mengalami infeksi. Secara normal usus buntu akan membengkak sebagai respons dari adanya infeksi dalam tubuh. Hal ini terjadi karena bakteri berkembang biak dengan cepat, mengakibatkan usus buntu meradang, bengkak, hingga bernanah.

Penyakit usus buntu ini terjadi ketika usus buntu tersumbat oleh tinja, benda asing, atau tumor. Selain itu, jika kamu mengalami cedera pada perut, hal ini juga dapat menyebabkan usus buntu. Namun, penyebab penyakit usus buntu ini masih belum bisa dipastikan hingga sekarang.

Faktor Risiko Penyebab Usus Buntu

Penyebab usus buntu memang belum bisa dipastikan sampai sekarang, namun ada beberapa faktor risiko yang perlu kamu waspadai, yaitu:

- Penyumbatan. Penyebab dari gejala radang usus buntu yang paling umum adalah adanya sumbatan pada usus buntu. Penyumbatan ini biasanya disebabkan oleh feses, benda asing, atau bahkan sel kanker. Penyumbatan ini kemudian dapat menjadi rumah baru bagi bakteri untuk berkembang biak. Hal ini lama kelamaan dapat mengakibatkan usus buntu jadi meradang, bengkak, dan dipenuhi dengan nanah.

- Genetik. Faktor genetik ternyata ikut ambil bagian sebagai penyebab usus buntu akut. Sebanyak 56 persen penyebab usus buntu merujuk pada faktor genetik. Penyebab usus buntu akut diturunkan oleh keluarga dilaporkan terkait dengan sistem HLA (antigen leukosit manusia) dan golongan darah. Mereka juga menemukan bahwa golongan darah A memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami usus buntu daripada golongan O.

- Infeksi Virus. Dr. Edward Livingston, kepala Operasi GI endokrin di UT Southwestern, menyatakan bahwa penyebab usus buntu mungkin saja disebabkan oleh infeksi virus. Hasil ini tertuang dalam sebuah makalah yang terbit di Archives of Surgery edisi Januari tahun 2010. Para peneliti juga menemukan kecenderungan peningkatan kasus usus buntu selama musim panas. Meski begitu, belum ditemukan hubungan sebab-akibat pasti antara kedua faktor ini

Tanda-Tanda Usus Buntu

Penyebab Usus Buntu
Ilustrasi Usus Buntu Credit: pexels.com/Hui

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, tanda-tanda usus buntu yang utama tentunya adalah rasa nyeri atau tidak nyaman pada perut. Tanda-tanda usus buntu ini awalnya terasa pada perut bagian tengah, kemudian pindah ke perut bagian kanan setelah 12 hingga 24 jam, tepatnya di usus buntu. Rasa nyeri pada perut ini bahkan bisa memburuk jika kamu batuk, berjalan, atau adanya penekanan pada area tersebut.

Berikut tanda-tanda usus buntu yang perlu kamu kenali:

- Nyeri pada perut sebagai gejala usus buntu yang pertama kali muncul (seperti yang telah dijelaskan sebelumnya)

- Muntah sebelum nyeri perut muncul

- Mual dan muntah setelah nyeri perut mulai terasa

- Demam ringan hingga sedang (37.2-38.9 oC)

- Nafsu makan hilang

- Sulit buang angin dan nyeri saat buang air kecil

- Diare atau konstipasi

- Kram perut yang hebat

- Nyeri tumpul atau tajam di area perut atas atau bawah, punggung, atau rektum

Itulah tanda-tanda usus buntu yang bisa kamu amati. Segera periksakan diri ke dokter jika mengalami berbagai tanda-tanda usus buntu tersebut, sehingga penyakit yang kamu derita bisa segera ditangani dengan tepat.

Pengobatan Usus Buntu

Tanda-tanda usus buntu sering kali mirip dengan keluhan penyakit lainnya yang melibatkan organ pencernaan, saluran kemih, maupun organ reproduksi. Beratnya gejala juga tergantung dari posisi usus buntu yang dapat berbeda-beda pada setiap orang.

Untuk itu, kamu perlu melakukan beberapa pemeriksaan untuk mendiagnosis usus buntu. Pemeriksaan fisik perut, pemeriksaan urine untuk menyingkirkan infeksi saluran kemih, pemeriksaan colok dubur, pemeriksaan darah untuk melihat adanya infeksi, USG dan/atau CT scan untuk melihat apakah usus buntu membengkak, hingga tes kehamilan untuk wanita perlu dilakukan.

Apabila diagnosis masih meragukan, ada kemungkinan dokter akan menganjurkan untuk menunggu dan melihat perubahan gejala dalam 24 jam.

Penanganan utama untuk mengatasi penyakit usus buntu ini sendiri adalah dengan prosedur operasi pengangkatan usus buntu atau apendektomi. Hal ini dilakukan untuk menghindari risiko pecahnya usus buntu.

Perawatan Pascaoperasi di Rumah

Usus Buntu
Usus Buntu

Setelah melakukan operasi, kamu bisa melakukan beberapa tindakan yang dapat membuat proses penyembuhan luka pascaoperasi semakin cepat, yaitu:

- Membatasi aktivitas. Selalu konsultasikan pada dokter yang merawat, mengenai aktivitas apa saja yang perlu dibatasi dan kapan dapat beraktivitas normal pascaoperasi. Batasi aktivitas selama 3- 5 hari pasca laparoskopi atau 10- 14 hari pasca laparatomi. Selain itu, aktivitas yang berat seperti olahraga yang intens atau fitness baru dapat dilakukan setelah 2- 4 minggu pascaoperasi.

- Bila batuk, tertawa, atau bergerak, berikan penekanan pada perut (misalnya dengan menaruh bantal) agar rasa sakit berkurang.

- Mulai aktivitas fisik yang ringan, misalnya dengan berjalan kaki. Kemudian tingkatkan secara bertahap ketika tubuh dirasa siap dan mampu.

- Segera beristirahat ketika merasa lelah.

- Segera hubungi dokter yang merawat bila obat-obat antinyeri tidak membantu. Rasa nyeri yang mengganggu akan membuat tubuh semakin ‘stres’ dan memperlambat proses penyembuhan.

Selain itu, jika selama proses penyembuhan tersebut terjadi infeksi pada luka operasi, kamu harus segera menghubungi dokter. Rasa nyeri dan bengkak yang semakin bertambah pada luka operasi, muntah berulang, demam tinggi, terdapat cairan atau nanah yang keluar dari luka operasi, luka operasi terasa hangat atau panas saat diraba merupakan tanda-tanda terjadinya infeksi pada luka operasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya