10 Contoh Teks Anekdot Singkat, Begini Struktur dan Ciri-cirinya

Biasanya, contoh teks anekdot singkat menggunakan tokoh-tokoh penting atau terkenal dan berdasarkan peristiwa nyata.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 02 Jun 2023, 08:05 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2023, 08:05 WIB
Ilustrasi tertawa, lucu
Ilustrasi tertawa, lucu. (Image by Here and now, unfortunately, ends my journey on Pixabay from Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena sifatnya yang lucu dan mengesankan. Biasanya, contoh teks anekdot singkat menggunakan tokoh-tokoh penting atau terkenal dan berdasarkan peristiwa nyata.

Dalam contoh teks anekdot singkat, cerita tentang tokoh-tokoh penting diangkat dengan tujuan untuk menyindir namun disampaikan dengan gaya komedi. Sindiran yang disampaikan dengan gaya komedi bertujuan agar sindiran menjadi lebih halus dan menyakiti orang lain.

Meskipun contoh teks anekdot singkat seringkali mengundang tawa ketika diceritakan, namun terdapat banyak pelajaran yang dapat dipetik darinya. Hal ini disebabkan karena teks anekdot dibuat secara jelas berdasarkan cerita faktual.

Biasanya, cerita yang disampaikan juga sesuai dengan pengalaman pribadi. Berikut contoh teks anekdot singkat Beserta struktur dan cirinya yang Liputan6.com kumpulkan dari berbagai sumber, Jumat (2/6/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


1. Sejarah

Ilustrasi lucu, tertawa
Ilustrasi lucu, tertawa. (Photo by javi_indy on Freepik)

Pak Randi, guru sejarah, sedang mengadakan tanya jawab dengan murid-muridnya.

Pak Randi : Deni, tanggal berapa teks proklamasi dibacakan?

Deni : 17 Agustus 1945 Pak

Pak Randi : Pandai kamu. Satya, siapa yang mengetikkan teks proklamasi?

Sayta : Sayuti Melik Pak

Pak Randi : Pintar semua kalian. Nah, Juan, di mana teks proklamasi ditandatangani?

Juan : Emmm…nganu Pak. (masih belum cukup sadar). Di sebelah bawah agak ke kanan dikit sepertinya Pak

Pak Randi : Halah kamu ini. Kamu tidur terus dari tahun 45 ya?

2. Pencuri Pohon Pisang

Danu dan Wira duduk menonton televisi di pos ronda. Tiba-tiba, mereka melihat sebuah berita tentang pencurian sebatang pohon pisang, dan pelakunya dijatuhi hukuman penjara selama 5 tahun.

Rafa, dengan wajah bingung, berkomentar, "Aneh ya, para koruptor di negara ini malah cuma dihukum 1 tahun dan masih bisa bebas berjalan-jalan."

Yuda menanggapi dengan bijak, "Nampaknya pemerintah lebih memprioritaskan perlindungan terhadap satu pohon pisang. Hukumannya jadi lebih lama dibandingkan dengan pelaku korupsi yang menggunakan dasi." Mendengar itu, Rafa mengangguk setuju, menyadari akan logika di balik pernyataan Yuda.

3. Maling Sendal

“Pak, sandal yang saya curi harganya hanya Rp 25.000, kenapa saya divonis sepuluh tahun penjara? Sementara koruptor mendapat hukuman yang lebih ringan, padahal uang rakyat yang mereka curi  jauh lebih banyak!” protes seorang pemuda yang tertangkap mencuri sendal di masjid.

Hakim kemudian menanggapi, “Anda merugikan satu orang Rp. 25.000. Sementara koruptor merugikan 200 juta orang dengan korupsi sebanyak dua miliar. Jika dihitung-hitung, kerugian per orang hanya Rp. 10.”

Hakim melanjutkan, “Setelah perhitungan, tindakan Anda jauh lebih merugikan. Jadi, saya akan menghukum Anda lebih berat daripada koruptor!”

4. Roti

Penjual roti sedang menjajakan dagangannya saat pagi hari.

“Pak, mau beli rotinya!” teriak anak SD lengkap dengan seragamnya.

“Mau yang mana, coklat atau keju?” tanya si penjual.

Anak kecil itu berdiri termenung cukup lama.

“Nggak jadi, deh. Tadi katanya jual roti, kenapa jadi coklat sama keju?”

5. Pelajaran Kososng

Guru : Anak-anak, apa pelajaran favoritmu?

Mirza : Saya sangat suka matematika, Bu.

Adin : Saya suka bahasa Inggris, Bu.

Doni : Saya suka pelajaran sejarah, Bu.

Guru : Wah, bagus sekali! Hei Riki, apa pelajaran favorit kamu?

Riki : Ha? ada apa bu? saya suka… pelajaran kosong, bu!

Guru : Tahun depan ketemu pelajaran ibu lagi ya kamu!


5. Sedekah

Ilustrasi tertawa, lucu
Ilustrasi tertawa, lucu. (Foto oleh Arina Krasnikova: https://www.pexels.com/id-id/foto/teman-teman-perempuan-senang-tersenyum-6299359/)

Alkisah, terdapat seorang pengemis tua yang sedang meminta-minta kepada anak muda.

"Nak, minta sedekahnya, Nak," pinta si pengemis tersebut.

Si anak muda lantas mengambil uang sepuluh ribuan di sakunya. Diberikannya uang tersebut kepada sang pengemis tua sambil berkata,

"Kembali lima ribu ya, Pak!" pinta pemuda tersebut.Bapak pengemis tua tersebut kemudian menyodorkan mangkuk yang berisi uang kembalian,

"Ini, Nak, kembaliannya silahkan diambil."

"Tunggu Pak, kembaliannya kok tujuh ribu, ini kelebihan Pak," ucap pemuda tersebut keheranan.

"Oh, tidak apa-apa, Nak. Ambil uang itu, anggap saja saya bersedekah."       

6. PR

Pada suatu pagi yang cerah, di sebuah ruangan kelas sedang berlangsung proses pembelajaran. Dikarenakan kondisinya begitu santai, sang guru pun terlibat percakapan dengan satu di antara muridnya.

Andi: Bu, ibu guru tanya, Bu!

Ibu Guru: Ya silakan, apa yang ingin kamu tanyakan, Andi?

Andi: Bu guru, sebenarnya boleh tidak seseorang dihukum karena perbuatan yang belum dilakukannya?

Ibu Guru: Ya jelas tidak boleh dong. Seseorang itu baru boleh dihukum apabila dia terbukti bersalah.

Murid: Alhamdulillah Bu, jadi saya bebas hukuman ya, Bu? Soalnya saya belum mengerjakan PR.

Ibu Guru: Ooohhh…. dasar bocah!

7. Pesan Paket

Pembeli           : Pagi Mbak, saya mau pesan, boleh?

Penjual Online : Oh iya tentu boleh dong Mas, silahkan mau pesan apa? Dan berapa jumlahnya?

Pembeli           : Maksud saya bukan mau pesen barang Mbak.

Penjual Online : Kok gitu? Terus mau pesan apa Mas?

Pembeli            : Jadi saya cuma mau pesan sama Mbak, jangan lupa makan, jaga kesehatan, dan ingat sholat lima waktu ya.

8. Telinga

Pada suatu pagi yang cerah, datanglah seorang lelaki dengan langkah bergegas sambil memegangi kedua telinganya karena luka bakar.

Dokter: Lho telinga Anda kenapa lagi, Pak?

Pasien: Begini, Dok, ceritanya, waktu itu saya sedang menyetrika pakaian tiba-tiba telepon mendadak berbunyi dan berdering. Kemudian, dikarenakan refleks, akhirnya saya melekatkan setrika pada telinga kiri saya, Dok.

Dokter: Oh begitu toh ceritanya, saya tentu tahu apa yang Bapak rasakan. Lalu, untuk telinga yang sebelah kanan itu kenapa, Pak?

Pasien: Nah, inilah masalahnya, Dok, si orang nggak jelas itu kembali menelepon saya…

9. Orang Pintar

Dalam sebuah kelas sedang terjadi kegiatan belajar mengajar, di mana sang guru melakukan tanya jawab dengan para muridnya.

Ibu Guru : Anak-anak, apa tandanya seseorang dikatakan pintar?

Udin : Orang dikatakan pintar kalau dia rajin membaca Bu.”

Ibu Guru : Bagus! Ada lagi?

Bono : Rajin menulis juga Bu tentunya.

Ibu Guru : Ya Bono, kamu betul.

Udin : Tapi Udin rajin menyontek juga Bu.

Bono : Iya Bu, kalau tidak menyontek kita tak akan bisa apa-apa. Misalnya, dalam membuat pesawat terbang dari kertas, kalau tidak menyontek caranya tentu tidak kan bisa. Betul kan Bu guru?

Ibu Guru : Oh iya ya betul juga kamu Bon.

Bono : Yes! Berarti hari ini kita boleh menyontek teman-teman agar jadi orang pintar.

Ibu Guru bingung.

10. Negara Lucu

Ada dua orang sahabat lintas negara bernama Sari dan Sandra. Mereka berdua sedang asyik memperbincangkan mengenai kelucuan sebuah negara.

Sari : Swiss itu negara yang lucu.

Sandra: Mengapa?

Sari : Sebab negara Swiss mempunyai kementerian angkatan laut. Padahal mereka tidak memiliki wilayah laut.

Mendengar ucapan Sari, Sandra pun tertawa terbahak-bahak. Namun, Sandra segera berhenti tertawa.

Sandra: Tapi Sar, negaramu sepertinya lebih lucu.

Sari : Lho, mengapa?

Sandra : Sebab negaramu punya kementerian urusan uang. Padahal, kalian tak punya uang.

Sari : (Menutup mukanya karena malu).


Struktur Anekdot

Ilustrasi lucu, tertawa, kumpul, nongkrong
Ilustrasi lucu, tertawa, kumpul, nongkrong. (Photo by Diva Plavalaguna on Pexels)

Contoh teks anekdot singkat memiliki struktur teks yang dapat membedakan dengan teks lainnya. Berikut struktur teks anekdot yang perlu diperhatikan.

1. Abstrak 

agian abstrak terletak di awal teks dan berfungsi untuk memberikan gambaran singkat tentang isi cerita. Biasanya, bagian ini menyoroti hal-hal unik yang akan disampaikan dalam teks anekdot.

2. Orientasi

Orientasi adalah bagian di mana pembaca diperkenalkan pada awal cerita atau diberikan latar belakang mengenai peristiwa yang terjadi. Pada bagian ini, penulis memberikan detail yang mendalam untuk memperjelas konteks cerita.

3. Krisis 

Bagian krisis atau komplikasi menggambarkan situasi atau masalah yang unik atau tidak biasa yang terjadi pada penulis atau orang yang menjadi fokus cerita. Bagian ini menimbulkan ketegangan atau kejutan dalam cerita.

4. Reaksi

Reaksi adalah bagian di mana penulis atau tokoh dalam cerita menyelesaikan masalah atau menghadapi komplikasi yang telah muncul pada bagian krisis sebelumnya. Bagian ini menggambarkan upaya penyelesaian yang dilakukan dan bagaimana mereka merespons situasi tersebut.

5. Koda

Koda adalah bagian akhir dari cerita anekdot. Bagian ini dapat berupa kesimpulan atau ringkasan dari kejadian yang dialami oleh penulis atau orang yang menjadi subjek cerita. Koda juga dapat memberikan pesan moral atau refleksi dari pengalaman yang diceritakan.


Ciri-ciri Anekdot

Ilustrasi lucu, tertawa
Ilustrasi lucu, tertawa. (Photo created by rawpixel.com on www.freepik.com)

Contoh teks anekdot singkat memiliki ciri-ciri penulisan yang khas, terutama dalam penggunaan kalimat langsung. Berikut adalah beberapa ciri teks anekdot lainnya.

1. Kalimat Langsung

Teks anekdot menggunakan kalimat langsung yang merupakan kutipan langsung dari dialog para tokohnya. Kalimat langsung ini menghadirkan suara dan ucapan langsung dari tokoh-tokohnya, sementara kalimat tidak langsung adalah bentuk penceritaan ulang dari dialog seorang tokoh.

2. Penggunaan Nama Tokoh Utama atau Orang Ketiga Tunggal

Teks anekdot menggunakan nama tokoh utama atau orang ketiga tunggal secara langsung. Nama tokoh faktual, seperti hakim, presiden, jaksa, atau tokoh masyarakat lainnya, disebutkan secara spesifik.

3. Keterangan Waktu 

Teks anekdot seringkali menggunakan keterangan waktu untuk memberikan konteks kronologis dalam cerita. Contohnya adalah penggunaan kata-kata seperti kemarin, sore ini, suatu hari, atau ketika itu.

4. Kata Kiasan

Kata kiasan atau konotasi digunakan dalam teks anekdot. Kata-kata ini memiliki makna kiasan atau tidak secara harfiah. Mereka dapat berupa ungkapan atau peribahasa yang mengandung makna tersembunyi.

5. Kalimat Sindiran

Teks anekdot sering mengandung kalimat sindiran yang disampaikan melalui pengandaian, perbandingan, atau lawan kata (antonim). Kalimat ini digunakan untuk menyampaikan pesan secara halus atau mengkritik dengan cara yang lucu.

6. Konjungsi Penjelas

Konjungsi penjelas atau penerang, seperti bahwa, digunakan dalam teks anekdot terkait dengan perubahan dari kalimat langsung ke kalimat tidak langsung. Konjungsi ini membantu menjelaskan dialog yang diubah dalam bentuk penceritaan.

7. Kata Kerja Material dan Mental

Teks anekdot menggunakan kata kerja material yang menunjukkan aktivitas yang dapat dilihat oleh panca indera, serta kata kerja mental yang menyatakan pemikiran atau perasaan seorang tokoh.

8. Konjungsi Sebab Akibat

Konjungsi sebab akibat, seperti demikian, oleh karena itu, maka, dan sehingga, digunakan untuk menghubungkan peristiwa atau tindakan dengan akibat atau konsekuensinya.

9. Kalimat Imperatif

Teks anekdot dapat menggunakan kalimat imperatif yang berupa perintah atau peringatan, atau kalimat larangan. Kalimat ini digunakan untuk memperkuat pesan yang ingin disampaikan dalam cerita.

10. Kalimat Seru

Teks anekdot juga dapat mengandung kalimat seru yang ditandai dengan tanda seru. Kalimat seru ini digunakan untuk menegaskan suatu pernyataan atau mengungkapkan perasaan seseorang dalam cerita.

11. Konjungsi Temporal

Konjungsi temporal seperti akhirnya, selanjutnya, kemudian, atau lalu digunakan dalam teks anekdot untuk menggambarkan urutan kronologis peristiwa atau tindakan yang terjadi.

12. Kalimat Retoris

Teks anekdot dapat menggunakan kalimat retoris yang berupa pertanyaan retoris yang tidak membutuhkan jawaban. Kalimat retoris ini dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau sindiran dengan cara yang kuat.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya