Liputan6.com, Jakarta Walikota di Meksiko Selatan, Victor Hugo Sosa menikahi reptil buaya betina di kota Meksiko San Pedro Huamelula. Upacara perkawinan tersebut merupakan salah satu cara masyarakat untuk memohon berkah hujan, perkecambahan, kedamaian, dan keharmonisan.
Praktik perkawinan unik itu pun sudah menjadi tradisi yang dilakukan berabad-abad, yaitu berusia 230 tahun. Upacara tradisional itu konon membawa keberuntungan bagi penduduk asli Chontal setempat. Penduduk asli Chontal tinggal di negara bagian Oaxaca di selatan Meksiko.
Baca Juga
Melansir Mirror, walikota di Meksiko tersebut menyebut pengantinnya dengan sebutan "Putri Kecil". Ia menikahi reptil caiman, seekor alligatorid, bernama Alicia Adriana dan mengatakan bahwa pasangan itu 'saling mencintai'.
Advertisement
"Ini adalah penyatuan dua budaya. Penyatuan Huaves dan Chontales (komunitas adat)", kata Walikota Victor Hugo Sosa, seperti dilansir Liputan6.com dari Mirror, Selasa (4/7/2023).
Buaya dipakaikan gaun pengantin
Dalam video yang beredar, tampak walikota tersebut membawa reptil melalui kota dengan mulut tertutup. Setelah itu, buaya betina itu akan diedarkan ke sekitar penduduk desa yang menari bersamanya untuk merayakan pernikahan. Victor juga menambahkan bahwa ia menerima tanggung jawab karena mereka saling mencintai.
Dia juga tampak sedang mencium binatang tersebut di bagian kepala. Menariknya, buaya yang disebut 'Putri Kecil' itu mengenakan rok hijau, tunik sulaman tangan Meksiko berwarna-warni, dan hiasan kepala dari pita dan payet.
Sebelum upacara, hewan tersebut dibawa dari rumah ke rumah agar penduduk setempat dapat menggendongnya dan menari. Moncongnya diikat agar tidak terjadi kecelakaan pranikah.
Alih-alih gaun pengantin, dia kemudian mengenakan kostum pengantin putih lengkap dengan veil dan dibawa ke balai kota setempat untuk pernikahan. Usai acara, walikota menari bersama mempelai wanita diiringi alunan musik tradisional.
Advertisement
Sudah jadi tradisi selama 230 tahun
Perkawinan antara laki-laki dan perempuan caiman telah berlangsung di sana selama 230 tahun untuk memperingati perdamaian antara dua kelompok adat yang hidup berdampingan dengan bahagia, yakni kelompok adat Chontal dan Huave.
"Pernikahan memungkinkan kedua belah pihak untuk menghubungkan dengan apa yang merupakan lambang Ibu Pertiwi, meminta hujan yang mahakuasa, perkecambahan benih, semua hal yang damai dan harmonis bagi manusia Chontal," jelas Jaime Zarate, seorang penulis sejarah San Pedro Huamelula.
Buaya berusia tujuh tahun itu dianggap mewakili dewa yang terkait dengan ibu pertiwi dan pernikahan mereka akan membawa kemakmuran bagi masyarakat. Walikota, mewakili raja Chontal, menikahi reptil, melambangkan seorang gadis putri Huave, dalam penyatuan dua komunitas.