Liputan6.com, Jakarta Setiap individu di dunia ini memiliki identitas unik yang membentuk cara mereka berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka. Personality adalah inti dari identitas tersebut, telah lama menarik minat dan penelitian para ilmuwan, psikolog, dan filosof.
Hal ini juga kerap memunculkan pertanyaan, apakah personality adalah sesuatu yang bawaan sejak lahir atau apakah ia berubah seiring pengalaman hidup? Bagaimana peran genetik, lingkungan, dan interaksi sosial dalam membentuk gaya berpikir, emosi, dan perilaku kita?
Advertisement
Melalui pengenalan konsep-konsep seperti ekstrovert, neuroticisme, keterbukaan, dan lain-lain, dapat dipahami bagaimana faktor-faktor ini berinteraksi dan menggabungkan diri dalam kepribadian yang kompleks. Pemahaman tentang kepribadian tidak hanya terbatas pada ruang akademis, tetapi juga memiliki implikasi yang kuat dalam kehidupan sehari-hari.
Advertisement
Untuk lebih lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber pada Senin (7/8/2023). Pengertian personality, teori-teori tentang personality, serta hal-hal yang mempengaruhi personality.
Pengertian Personality
Personality adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kumpulan karakteristik psikologis, perilaku, dan emosional yang membuat setiap individu unik. Ini mencakup gaya berpikir, perasaan, dan perilaku seseorang yang bersifat konsisten dan relatif stabil melalui berbagai situasi dan waktu.
Kepribadian dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk genetika, lingkungan, pengalaman hidup, serta interaksi dengan orang lain. Ada berbagai teori kepribadian yang mencoba menjelaskan asal usul dan perkembangan kepribadian, serta bagaimana kepribadian mempengaruhi perilaku dan interaksi sosial.
Beberapa teori kepribadian yang terkenal termasuk teori psikoanalisis Sigmund Freud, teori kepribadian lima faktor (Big Five) yang mencakup dimensi-dimensi seperti ekstroversi, neuroticisme, keterbukaan, ketaatan, dan keramahtamahan, serta berbagai pendekatan lainnya seperti teori humanistik dan perilaku.
Kepribadian memiliki peran yang signifikan dalam membentuk cara individu berinteraksi dengan dunia sekitarnya, cara mereka merespons situasi, serta bagaimana mereka mengelola emosi dan mengambil keputusan.
Advertisement
Teori-teori tentang personality
Terdapat banyak teori kepribadian yang telah dikembangkan oleh para ahli psikologi untuk mencoba menjelaskan aspek-aspek yang berbeda dari kepribadian manusia. Berikut adalah beberapa teori kepribadian yang terkenal:
1. Teori Psikoanalisis (Sigmund Freud)
Teori ini mengemukakan bahwa kepribadian terbentuk oleh interaksi antara tiga struktur mental: id (kehendak), ego (realitas), dan superego (etika). Teori ini juga mengatakan bahwa konflik tak sadar dalam diri individu dapat mempengaruhi kepribadian dan perilaku mereka.
2. Teori Kepribadian Lima Faktor (Big Five)
Teori ini mencakup lima dimensi utama yang dapat digunakan untuk menggambarkan kepribadian seseorang: ekstroversi, neuroticisme, keterbukaan, ketaatan, dan keramahtamahan. Ini adalah salah satu pendekatan paling umum dalam memahami variasi kepribadian.
3. Teori Kepribadian Humanistik (Carl Rogers dan Abraham Maslow)
Teori ini menekankan pentingnya pengembangan penuh potensi individu dan pemenuhan kebutuhan psikologis yang mendasar. Pemahaman diri, penerimaan diri, dan aktualisasi diri dianggap penting dalam membentuk kepribadian.
4. Teori Kepribadian Behavioristik (B.F. Skinner)
Teori ini berpendapat bahwa kepribadian adalah hasil dari pembelajaran dan pengalaman hidup. Lingkungan dan respons terhadap rangsangan eksternal dapat membentuk perilaku dan kepribadian seseorang.
5. Teori Kepribadian Sosial-Kognitif (Albert Bandura)
Teori ini menggabungkan elemen-elemen dari teori perilaku dan kognitif. Bandura mengemukakan bahwa interaksi antara lingkungan, perilaku, dan faktor kognitif (seperti keyakinan dan pengharapan) membentuk kepribadian dan perilaku.
6. Teori Kepribadian Biologis (Hans Eysenck)
Eysenck menyatakan bahwa ada faktor genetik yang mendasari ciri-ciri kepribadian tertentu, seperti ekstroversi dan neurotisisme. Ia juga mengemukakan bahwa tingkat aktivitas sistem saraf otonom memainkan peran dalam menentukan kepribadian.
7. Teori Kepribadian Psikodinamis Neo-Freudian (Carl Jung, Alfred Adler)
Para teoritikus ini mengembangkan teori kepribadian yang terinspirasi oleh psikoanalisis Freud namun dengan penekanan yang berbeda. Carl Jung memperkenalkan konsep arketipe dan kepribadian introversi-ekstroversi, sementara Alfred Adler mengemukakan bahwa motivasi utama seseorang adalah pencarian untuk mengatasi perasaan rendah diri.
Ini hanya beberapa contoh teori kepribadian yang ada. Setiap teori memiliki pendekatan dan pandangan unik dalam menjelaskan bagaimana kepribadian manusia terbentuk dan beroperasi. Pemahaman tentang teori-teori ini dapat membantu kita menggali lebih dalam tentang kompleksitas dan variasi kepribadian manusia.
Faktor yang mempengaruhi personality
Kepribadian manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk faktor genetik, lingkungan, pengalaman hidup, dan interaksi sosial. Berikut adalah beberapa faktor utama yang mempengaruhi perkembangan dan bentuk kepribadian seseorang:
- Faktor Genetik: Pewarisan genetik dari orang tua dapat memainkan peran penting dalam membentuk kepribadian seseorang. Beberapa ciri kepribadian, seperti tingkat neurotisisme atau ekstroversi, dapat memiliki dasar genetik yang kuat.
-
Lingkungan dan Pengalaman Hidup: Pengalaman hidup, seperti kejadian traumatis, lingkungan keluarga, pendidikan, dan budaya tempat seseorang tumbuh dapat membentuk cara individu merespons dan berinteraksi dengan dunia di sekitarnya.
-
Interaksi Sosial: Interaksi dengan orang lain, termasuk teman, keluarga, dan masyarakat secara umum, dapat membentuk pandangan diri dan norma-nilai yang membentuk kepribadian seseorang. Seseorang bisa mengadopsi pola perilaku, kepercayaan, dan sikap dari lingkungan sosial mereka.
-
Pengalaman Awal Hidup: Pengalaman masa kanak-kanak dan hubungan dengan orang tua atau pengasuh dapat memiliki dampak besar pada perkembangan kepribadian. Misalnya, hubungan yang aman dan dukungan emosional dari orang tua dapat membantu membentuk rasa harga diri yang sehat.
-
Kondisi Biologis dan Fisiologis: Aspek-aspek biologis seperti kesehatan fisik, tingkat hormon, dan struktur otak juga dapat berkontribusi terhadap aspek-aspek tertentu dari kepribadian, termasuk tingkat energi, stabilitas emosi, dan respons terhadap stres.
-
Peristiwa Hidup Penting: Peristiwa hidup signifikan, seperti kematian orang yang dicintai, pernikahan, atau pencapaian penting, dapat mempengaruhi perkembangan dan perubahan dalam kepribadian seseorang.
-
Konteks Sosial dan Budaya: Norma budaya, nilai-nilai, dan harapan yang ada dalam masyarakat tempat individu tinggal juga dapat memainkan peran dalam membentuk kepribadian. Budaya dapat mempengaruhi pandangan tentang diri sendiri, interaksi sosial, dan tujuan hidup.
-
Pilihan dan Keputusan Pribadi: Keputusan individu dalam merespons pengalaman dan situasi tertentu juga dapat membentuk kepribadian. Cara seseorang mengatasi tantangan, mengelola emosi, dan menjalani kehidupan sehari-hari dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian mereka.
Secara keseluruhan, kepribadian adalah hasil dari interaksi yang kompleks antara faktor-faktor genetik, biologis, psikologis, dan lingkungan. Setiap orang memiliki kombinasi unik dari faktor-faktor ini yang membentuk siapa mereka dan bagaimana mereka berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka.
Advertisement
Bagaimana personality berkembang
Kepribadian berkembang melalui proses yang kompleks dan berlangsung sepanjang seluruh hidup seseorang. Faktor genetik, lingkungan, dan pengalaman hidup berinteraksi untuk membentuk dan mengubah kepribadian seiring waktu. Berikut adalah gambaran umum tentang bagaimana kepribadian berkembang:
1. Masa Awal Hidup (Infantil):
- Interaksi awal dengan orang tua atau pengasuh dapat membentuk dasar kepercayaan diri, keamanan, dan pola hubungan interpersonal.
- Pengalaman masa kanak-kanak, seperti pemenuhan atau ketidakpuasan kebutuhan dasar, dapat memengaruhi perkembangan pola pikir dan perilaku.
2. Masa Remaja:
- Identitas diri mulai terbentuk saat individu mencari tahu siapa mereka dan di mana mereka berada dalam masyarakat.
- Interaksi dengan teman sebaya dan eksplorasi dalam berbagai kegiatan dapat membentuk minat dan nilai-nilai.
3. Masa Dewasa Awal:
- Pendidikan, pekerjaan, dan hubungan asmara dapat memiliki dampak besar pada perkembangan kepribadian.
- Pengalaman hidup, termasuk pernikahan, kelahiran anak, atau perubahan pekerjaan, dapat menyebabkan perubahan dalam cara individu berpikir dan berperilaku.
4. Masa Dewasa Pertengahan dan Lanjut:
- Peran keluarga, seperti menjadi orang tua atau kakek/nenek, dapat membentuk bagaimana seseorang melihat diri mereka sendiri dan dunia di sekitar.
- Peristiwa penting, seperti pensiun atau kematian pasangan, dapat memicu refleksi mendalam tentang tujuan hidup dan makna.
5. Proses Penuaan:
- Kepribadian dapat mengalami perubahan seiring bertambahnya usia karena faktor biologis dan pengalaman hidup.
- Pengalaman hidup yang mendalam dan akumulasi pengetahuan dapat membentuk pola pemikiran yang lebih bijaksana dan kedewasaan emosional.
Selama seluruh fase ini, seseorang dapat mengalami perubahan dan pertumbuhan dalam aspek-aspek kepribadian seperti tingkat ekstroversi, stabilitas emosi, keterbukaan, dan lain-lain. Lingkungan, seperti dukungan sosial, peluang belajar, dan interaksi dengan berbagai individu, juga berperan penting dalam membentuk dan mengembangkan kepribadian.
Penting untuk diingat bahwa kepribadian bukanlah sesuatu yang tetap dan tidak berubah. Meskipun ada unsur-unsur yang relatif stabil, seperti ciri-ciri kepribadian inti, manusia memiliki potensi untuk terus tumbuh, belajar, dan mengubah aspek-aspek tertentu dari diri mereka sepanjang hidup mereka.