Usaha Ritel Adalah Jual Produk Eceran, Ketahui Jenis dan Cara Memulainya

Usaha ritel berperan sebagai jembatan antara produsen atau distributor dengan konsumen, menghadirkan produk yang mudah didapat.

oleh Laudia Tysara diperbarui 11 Agu 2023, 11:35 WIB
Diterbitkan 11 Agu 2023, 11:35 WIB
Bahan makanan kaleng
Bahan-bahan makanan kaleng yang dipajang di supermarket. (Liputan6.com/Pexels/ha ha)

Liputan6.com, Jakarta - Usaha ritel adalah bentuk bisnis yang fokus pada penjualan produk atau barang eceran langsung kepada konsumen akhir. Ini melibatkan penyediaan barang-barang yang dibutuhkan oleh masyarakat umum, mulai dari makanan, pakaian, peralatan, hingga produk kebutuhan sehari-hari lainnya.

Usaha ritel berperan sebagai jembatan antara produsen atau distributor dengan konsumen, menghadirkan produk dalam lingkungan yang mudah diakses.

Ada banyak bentuk dan jenis usaha retail, termasuk toko-toko fisik seperti supermarket, toko serba ada, dan toko spesialis (specialty store), serta penjualan online yang semakin populer, menjadikan ritel sebagai salah satu sektor ekonomi yang signifikan. Strategi usaha retail adalah manajemen persediaan, layanan pelanggan, serta pemasaran yang efektif untuk menarik perhatian dan memenuhi kebutuhan konsumen.

Keberhasilan memulai usaha ritel ditentukan oleh faktor-faktor seperti lokasi yang strategis, kualitas produk, layanan pelanggan yang baik, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan tren pasar. Usaha ritel merupakan bagian penting dari perekonomian dan memainkan peran vital dalam memenuhi kebutuhan masyarakat serta membangun hubungan langsung dengan konsumen.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang usaha retail, jenis-jenis, dan cara memulainya, Jumat (11/8/2023).

Jual Barang Eceran

[Bintang] 5 Fenomena yang Terjadi di Masyarakat Saat Tanggal Muda
Supermarket menadadak ramai, kasirnya juga antre panjang. (Via: wired.com)

Usaha ritel adalah kegiatan bisnis yang bertujuan untuk menyediakan barang dalam jumlah kecil atau eceran yang dibutuhkan oleh konsumen akhir. Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mendefinisikan ritel adalah aktivitas menjual barang dengan harga yang wajar kepada konsumen serta memberikan layanan yang memenuhi kebutuhan mereka.

Dalam praktiknya, usaha ritel adalah melibatkan pemilik usaha yang membeli barang atau jasa dalam jumlah besar dari produsen, untuk kemudian dijual kembali kepada konsumen akhir. Pendekatan ini memungkinkan pemilik usaha untuk memperoleh harga yang lebih murah karena pembelian dalam jumlah besar. Hal ini juga memungkinkan produk yang dijual mencakup beragam kategori, memenuhi kebutuhan konsumen secara komprehensif.

Usaha Retail Modern

Dalam skripsi yang membahas "Pengaruh Toko Ritel Alfamart dalam Perspektif Etika Bisnis Islam" oleh Hasanah, dijelaskan ada dua jenis usaha ritel, yakni modern dan tradisional. Ritel modern biasanya memiliki ruang yang lebih luas, stok barang yang lebih beragam, dan harga yang tetap. Contoh ritel modern meliputi Alfamart, Indomaret, dan SuperIndo.

Usaha Retail Tradisional

Di sisi lain, ritel tradisional beroperasi dalam ruang yang lebih terbatas, dengan stok barang terbatas, dan sering melibatkan tawar-menawar dalam proses pembelian. Ritel tradisional dapat dikelola oleh berbagai entitas, seperti pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, BUMN, dan BUMD.

Dalam buku "Manajemen Bisnis Ritel (2022)" oleh Rila Anggraeni, dkk, usaha ritel adalah bagian dari rencana komprehensif yang melibatkan identifikasi kebutuhan dan pasar sasaran. Pemahaman mengenai kebutuhan konsumen dan cara pelayanan yang efektif merupakan komponen penting dalam strategi ritel.

Tujuan utama bisnis ritel adalah memenuhi kebutuhan masyarakat umum. Kegiatan ritel menjadi jembatan antara produsen dan konsumen akhir, memastikan bahwa produk yang diperlukan dapat dengan mudah diakses oleh konsumen.

Pada kesimpulannya, baik usaha ritel modern maupun tradisional memiliki karakteristik dan pendekatan yang berbeda, namun tujuannya tetap sama, yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat dengan menyediakan produk yang diperlukan dalam lingkungan yang ramah konsumen. Dalam perkembangan bisnis dan teknologi, ritel terus beradaptasi untuk memenuhi perubahan kebutuhan dan preferensi konsumen.

Jenis-Jenisnya

belanja
Seorang wanita sedang memilih minyak goreng di supermarket dengan keranjang hijau. (Liputan6.com/Pexels/Kevin Malik)

Jenis-jenis usaha ritel memiliki ragam yang cukup luas, dan masing-masing memiliki karakteristi. UNY memaparkan jenis usaha retail di antaranya:

Pengecer Toko (Store Retailing)

  1. Specialty Store (Toko Khusus): Jenis toko ini berfokus pada penjualan produk-produk spesifik dalam suatu lini produk tertentu. Retailer dalam kategori ini berupaya memenuhi kebutuhan segmen pasar yang terbatas dengan menyediakan produk-produk khusus.
  2. Toko Serba Ada (Department Store): Toko ini menawarkan berbagai macam lini produk dengan kualitas pilihan. Umumnya, toko departemen memiliki volume usaha yang besar, stabilitas keuangan yang kuat, dan bentuk hukum perusahaan terbatas.
  3. Toko Kebutuhan Sehari-hari (Convenience Store): Toko kecil yang biasanya terletak di lingkungan pemukiman atau area dengan lalu lintas tinggi. Toko ini memiliki jam buka yang panjang (24 jam), menjual produk-produk kebutuhan sehari-hari seperti makanan ringan, minuman, dan rokok.
  4. Pasar Swalayan (Supermarket): Toko dengan operasi besar yang menawarkan berbagai produk bahan makanan, sayur, buah, produk perawatan rumah tangga, dan lainnya dengan harga yang relatif terjangkau.
  5. Toko Diskon (Discount Store): Toko ini menjual barang-barang standar dengan harga lebih rendah dan volume penjualan yang lebih tinggi. Ini biasanya dicapai dengan memotong marjin keuntungan.
  6. Pengecer Potongan Harga (Off-Price Retailers): Membeli produk dengan harga grosir dan menjualnya kepada konsumen dengan harga eceran yang lebih rendah daripada harga biasanya.
  7. Toko Super (Superstore): Menggabungkan konsep supermarket dengan diskon store, menyediakan beragam produk dengan harga yang terjangkau.
  8. Ruang Pamer Katalog (Catalog Show-Room): Menjual beragam produk dengan harga diskon melalui katalog atau pameran.

Penjualan Eceran Bukan Toko (Non-Store Retailing)

  1. Penjualan Langsung (Direct Selling): Melibatkan penjualan produk dari rumah ke rumah atau dari kantor ke kantor. Ini termasuk penjualan door-to-door yang telah ada selama berabad-abad.
  2. Pemasaran Langsung (Direct Marketing): Menggunakan surat, katalog, telepon, dan bahkan media elektronik untuk menawarkan produk langsung kepada konsumen.
  3. Mesin Penjual Otomatis (Automatic Vending): Penggunaan teknologi untuk menjual produk tanpa interaksi langsung dengan penjual.
  4. Jasa Pembelian (Buying Services): Pengecer tanpa toko yang melayani kebutuhan konsumen khusus, seperti organisasi besar seperti sekolah atau rumah sakit.

Organisasi Pengecer (Retailer Organization)

  1. Jaringan Sukarela (Voluntary Cooperative): Kelompok pengecer independen yang didukung oleh pedagang besar, memungkinkan pembelian borongan dan promosi bersama.
  2. Koperasi Pengecer (Retailing Cooperative): Pengecer independen yang membentuk organisasi pembelian terpusat dan melakukan promosi bersama.
  3. Koperasi Konsumen (Consumer Cooperative): Toko dimiliki dan dioperasikan oleh konsumen yang tergabung dalam suatu komunitas.
  4. Organisasi Waralaba (Franchise Organization): Organisasi yang membeli hak untuk mengoperasikan suatu bisnis dengan merek tertentu.
  5. Konglomerat Perdagangan (Merchandising Conglomerate): Perusahaan bebas yang menggabungkan berbagai bentuk ritel di bawah kepemilikan terpusat.
  6. Jaringan Toko Koperasi (Corporate Chain Store): Grup toko yang dimiliki dan dikendalikan secara sentral, menjual lini produk yang sama melalui beberapa lokasi.

 

Tips Buka Usaha Retail

Ilustrasi
Dua orang wanita dan pria sedang memilih bahan makanan pokok di supermarket. (dok. pexels/Jack Sparrow)

Membuka usaha ritel bisa menjadi peluang bisnis yang menjanjikan, tetapi juga menuntut persiapan yang baik. Berikut adalah 5 tips penting untuk membuka usaha ritel yang Liputan6.com lansir dari berbagai sumber:

1. Riset Pasar yang Mendalam

Sebelum membuka usaha ritel, lakukan riset pasar yang mendalam untuk memahami kebutuhan dan preferensi konsumen. Kenali pesaing Anda, identifikasi segmen pasar yang potensial, dan cari tahu tren terbaru dalam industri. Riset pasar yang baik akan membantu Anda menyusun strategi bisnis yang efektif.

2. Lokasi Strategis

Lokasi adalah kunci sukses dalam bisnis ritel. Pilih lokasi yang strategis dengan banyak lalu lintas konsumen potensial. Pastikan usaha Anda mudah diakses, terutama jika Anda menjual produk kebutuhan sehari-hari atau produk konsumen. Lokasi yang baik akan membantu meningkatkan visibilitas dan daya tarik pelanggan.

3. Kualitas Produk dan Layanan yang Unggul

Kualitas produk dan layanan yang unggul adalah faktor penting dalam menjaga pelanggan dan membangun reputasi usaha Anda. Pastikan produk yang Anda jual berkualitas, sesuai dengan kebutuhan konsumen, dan bersaing dari segi harga. Sertakan juga layanan pelanggan yang baik, tanggap terhadap masukan, dan solutif dalam menangani keluhan.

4. Manajemen Keuangan yang Cermat

Manajemen keuangan yang baik sangat penting dalam bisnis ritel. Buat perencanaan keuangan yang matang, termasuk proyeksi pendapatan dan pengeluaran. Monitor kas Anda dengan cermat, atur persediaan dengan efisien, dan hindari pengeluaran berlebihan. Pastikan Anda memiliki cadangan dana untuk mengatasi kemungkinan kendala keuangan.

5. Pemasaran yang Efektif

Pemasaran yang efektif akan membantu menarik perhatian calon pelanggan. Gunakan berbagai strategi pemasaran, termasuk media sosial, iklan lokal, promosi, atau program loyalitas pelanggan. Berikan nilai tambah pada pelanggan, seperti diskon khusus, penawaran khusus, atau konten informatif terkait produk Anda. Terus pantau hasil dari berbagai upaya pemasaran Anda dan sesuaikan strategi jika diperlukan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya