Liputan6.com, Jakarta Pada bulan Agustus hingga September tahun 1880, Paris dilanda bau busuk yang menyelimuti seluruh kota. Bau ini menyebabkan kepanikan tentang kesehatan masyarakat. Sebab pada masa itu bau menjadi indikasi adanya suatu penyakit menular.Â
Sebelum perkembangan teori kuman yang menjadi dasar ilmiah untuk pemahaman penyakit menular, kehidupan sehari-hari, pandangan terhadap kesehatan, dan praktik-praktik sanitasi sangat berbeda dengan zaman modern yang kita kenal saat ini. Keterbatasan pengetahuan saat itu menyebabkan ketakutan akan wabah penyakit, desas-desus palsu tentang kematian massal.
Namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan membuktikan bahwa bau busuk bukan menjadi indikator utama adanya penyakit menular di suatu tempat. Berikut gambaran kondisi kehidupan manusia sebelum mengenal kuman yang Liputan6.com rangkum dari laman britannica.com, Rabu (30/8/2023).
Advertisement
Sebelum Manusia Mengenal Kuman
Sebelum adanya teori tentang mikroorganisme penyebab penyakit, masyarakat pada zaman dahulu sering mengaitkan bau yang tidak enak dengan adanya penyakit. Mereka merasa bahwa bau busuk atau tidak sedap berasal dari substansi yang membusuk atau meradang, yang artinya dapat menjadi sumber infeksi.Â
Sebelum teori kuman dipahami secara umum, metode yang diambil untuk menghindari penyakit dan infeksi didasarkan pada tebak-tebakan daripada fakta. Kurangnya pengetahuan tentang mikroorganisme, membuat manusia kuno memiliki pemahaman primitif tentang konsep kontaminasi.Â
Mereka mungkin telah memiliki kesadaran bahwa air atau makanan yang terkontaminasi dengan materi busuk atau kotoran dapat menyebabkan penyakit apabila dikonsumsi. Namun, mereka belum memiliki pemahaman yang jelas tentang bagaimana mikroorganisme sebenarnya menyebabkan penyakit.
Kebutuhan untuk mengatasi bau busuk dan menghindari kontaminasi telah sedikit banyak mempengaruhi pengembangan beberapa infrastruktur sanitasi di masa lalu. Misalnya, bangsa Romawi kuno menciptakan sistem saluran air untuk membawa air bersih ke kota dan saluran pembuangan untuk mengeluarkan limbah. Namun, tujuan utama mungkin lebih berfokus pada membersihkan lingkungan daripada melindungi diri dari kuman.
Advertisement
Kurangnya Pemahaman Penularan Penyakit
Salah satu aspek yang paling mencolok dalam kehidupan sebelum manusia mengenal tentang kuman adalah kurangnya pemahaman tentang bagaimana penyakit benar-benar menyebar. Meskipun masyarakat mungkin mencurigai hubungan antara bau busuk dan penyakit, mereka tidak memiliki pengetahuan tentang mikroorganisme sebagai penyebab sebenarnya. Ini mengakibatkan pengembangan praktik higiene yang kurang efektif dan kurang berdasarkan bukti ilmiah.
Praktik-praktik higienis yang menjadi hal wajar pada masa sekarang, seperti mencuci tangan dengan sabun, sterilisasi alat-alat medis, atau pembersihan permukaan, tidak ada di masa lalu. Bahkan di rumah sakit, praktik seperti mencuci tangan atau mengganti pakaian yang terkena darah bukanlah hal yang perlu dilakukan di masa lalu. Keterbatasan pengetahuan mengenai bagaimana kuman menyebar mempengaruhi cara masyarakat menjaga kebersihan diri mereka dan lingkungan sekitar.
Selama Perang Saudara di Amerika Serikat pada akhir abad 19, ketika melakukan praktik amputasi dokter membiarkan anggota tubuh pasien yang dipotong menumpuk di sebelah meja operasi. Para dokter juga tidak mengganti pakaian yang berlumuran darah ketika beralih dari satu operasi dan operasi berikutnya.
Praktik-praktik yang digunakan oleh masyarakat pada masa itu sering kali berdasarkan intuisi, pengamatan empiris, dan keyakinan budaya daripada pengetahuan ilmiah yang konkret.
Setelah perkembangan dan populerisasi teori kuman, praktik sanitasi yang efektif menghasilkan rumah, rumah sakit, dan ruang publik yang lebih bersih. Hal ini juga meningkatkan harapan hidup yang lebih lama bagi orang-orang yang sebelumnya tidak pernah tahu bagaimana cara menghindari sakit.
Â