Liputan6.com, Jakarta Makanan serba serangga, seperti sashimi ulat sutera dan kari jangkrik, telah menjadi sorotan di Jepang, memicu tren kuliner yang unik dan menarik. Dalam sebuah era di mana isu-isu seperti keberlanjutan dan ketahanan pangan semakin mendominasi perbincangan global, makanan yang terbuat dari serangga telah muncul sebagai alternatif yang menarik dan berpotensi untuk memenuhi kebutuhan makanan masa depan.
Baca Juga
Advertisement
Di tengah pandangan masyarakat yang masih cenderung skeptis terhadap makanan serangga, Jepang memamerkan kekayaan budaya kulinernya yang unik dengan mencampurkan tradisi lama mengkonsumsi serangga dengan inovasi baru dalam budidaya dan pengolahan serangga. Salah satunya adalah restoran seperti Take-Noko, yang menyajikan beragam menu tidak khas Jepang yang menarik karena campuran serangga di dalamnya.
Untuk informasi lebih lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber pada Selasa (10/10/2023). Penampakan menu-menu khas Jepang dengan serangga sebagai bagian utamanya.
Makanan Serba Serangga Muncul Dan Menjadi Viral di Jepang
Di tengah perubahan pola konsumsi makanan yang semakin berkelanjutan, Jepang telah menjadi sorotan internasional berkat tren makanan yang unik: serangga. Makanan serba serangga, seperti sashimi ulat sutera dan kari jangkrik, semakin populer di negara tersebut. Ini bukan sekadar fenomena kuliner biasa, tetapi juga merupakan respons terhadap tantangan global terkait keamanan pangan dan lingkungan.
Makanan serangga telah menarik perhatian konsumen di seluruh dunia, termasuk Takumi Yamamoto, seorang pekerja kantoran berusia 26 tahun dari prefektur Hyogo. Dia adalah salah satu dari banyak orang yang tertarik pada entomophagy, praktik memakan serangga. Yamamoto, yang merasa nyaman dengan konsep ini sejak kecil, baru-baru ini menikmati hidangan istimewa di Tokyo yang mencakup kari jangkrik dan sashimi ulat sutera, disertai dengan sari serangga air.
Menurut PBB, serangga dilihat sebagai sumber protein berkelanjutan untuk mendukung populasi global yang terus meningkat, diperkirakan akan mencapai 9,7 miliar orang pada tahun 2050. Terlebih lagi, dampak industri peternakan terhadap perubahan iklim dan ketahanan pangan yang semakin sulit akibat cuaca ekstrem dan konflik telah mendorong minat terhadap nutrisi berkualitas tinggi yang disediakan oleh serangga.
Walaupun ada sebagian konsumen yang masih menganggap makan serangga sebagai hal yang menjijikkan, Jepang memiliki sejarah kuliner yang kaya akan penggunaan serangga sebagai bahan makanan. Belalang, ulat sutera, dan tawon sudah lama dimakan di wilayah-wilayah yang memiliki keterbatasan sumber daya makanan, terutama selama dan setelah Perang Dunia II. Praktik ini muncul sebagai upaya untuk mengatasi kelangkaan pangan.
Advertisement
Perkembangan Baru dalam Makanan Serangga di Jepang
Dalam beberapa tahun terakhir, ada perkembangan signifikan dalam budidaya serangga untuk keperluan makanan di Jepang. Perusahaan-perusahaan seperti merek roti nasional Pasco telah mulai menjual kue dan makanan ringan yang menggunakan tepung jangkrik sebagai bahan dasar. Selain itu, perusahaan makanan olahan Nichirei dan bahkan perusahaan telekomunikasi Nippon Telegraph dan Telephone telah berinvestasi dalam industri serangga pada tahun lalu.
Istilah "jangkrik" juga mulai menjadi tren di media Jepang setelah laporan bahwa bubuk serangga digunakan dalam makanan siang dan makanan ringan di sekolah-sekolah. Minat konsumen semakin meluas, terutama di tempat-tempat seperti kafe Take-Noko, yang terkenal karena hidangan serangga mereka. Menurut manajer Michiko Miura, kafe ini sering penuh pada akhir pekan.
Di Take-Noko, Anda dapat menikmati hidangan seperti kari jangkrik yang dihias dengan jangkrik dalam bentuk bakso dan hiasan kering. Ada juga "sashimi" yang terbuat dari cangkang ulat sutera dengan sari ekstrak kutu air yang menyegarkan dan disajikan dengan serangga utuh yang diklaim memiliki rasa mirip udang.
Takeo Saito dan Revolusi Kuliner Serangga di Jepang
Di balik kesuksesan kafe Take-Noko ada Takeo Saito, pendiri perusahaan Takeo Inc. yang telah mengembangkan bisnis makanan serba serangga selama sembilan tahun terakhir. Saat ini, perusahaan ini menawarkan lebih dari 60 jenis makanan berbasis serangga, mulai dari kalajengking hingga tarantula.
Saito memiliki visi untuk membuat serangga menjadi bagian yang integral dari makanan sehari-hari, bukan hanya sesuatu yang eksentrik. Dia melihat serangga sebagai sumber protein yang berkelanjutan yang bisa dinikmati bersama dengan sayuran, ikan, dan daging.
Dengan demikian, makanan serangga menjadi salah satu tren paling menarik dalam dunia kuliner Jepang, dengan harapan dapat memberikan solusi bagi tantangan masa depan dalam hal pangan dan lingkungan. Dengan minat konsumen yang terus berkembang, mungkin saja kita akan melihat lebih banyak makanan serangga yang inovatif dan lezat di meja makan di seluruh dunia.
Advertisement