Apa Itu Inklusif dalam Lingkup Pendidikan? Ini 4 Manfaat yang Akan Diperoleh

Pendekatan inklusif membuat setiap individu dapat berkembang secara maksimal dan meraih potensi terbaiknya.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 05 Mar 2024, 13:24 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2024, 11:30 WIB
Ilustrasi pendidikan
Ilustrasi pendidikan. (Photo created by jcomp on www.freepik.com)

Liputan6.com, Jakarta Apa itu inklusif? Inklusif adalah upaya untuk menempatkan diri melalui cara pandang orang lain, dalam memandang atau memahami masalah. Konsep inklusif memegang prinsip bahwa setiap orang memiliki hak atas keterlibatan, partisipasi dan akses yang adil dalam semua aspek kehidupan sosial, termasuk pendidikan, pekerjaan dan masyarakat.

Apa itu inklusif? Dalam konteks pendidikan, inklusif berarti menyediakan pendidikan yang dapat diakses oleh semua individu, tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, atau sosial yang dimiliki. Sebagai contoh, lingkungan pendidikan inklusif mencakup penyediaan aksesibilitas fisik bagi individu dengan kebutuhan khusus, penggunaan metode pembelajaran yang beragam dan sesuai dengan kebutuhan individu, serta pembentukan komunitas sekolah yang menyambut semua siswa tanpa adanya diskriminasi.

Setelah memahami apa itu inklusif, maka manfaat dari pendekatan inklusif ini adalah terciptanya lingkungan yang ramah dan adil, di mana setiap individu merasa diterima dan dihargai tanpa adanya perlakuan yang berbeda atau merugikan. Selain itu, pendekatan inklusif juga dapat meningkatkan efektivitas belajar, karena metode pembelajaran yang beragam dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu

Berikut ini manfaat inklusif yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (5/3/2024). 

Memahami Apa Itu Inklusif dalam Lingkup Pendidikan

Ilustrasi anak sekolah
Ilustrasi anak sekolah. (Gambar oleh stokpic dari Pixabay)

Menurut definisi dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsep inklusifitas dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang melibatkan, atau mencakup segala hal yang terhitung di dalamnya. Ketika diterapkan pada konteks pendidikan, pendidikan inklusif muncul sebagai bentuk pendidikan yang mengakomodasi dan melibatkan seluruh individu, tanpa memandang kondisi atau perbedaan yang dimilikinya.

Pendidikan inklusif tidak hanya mengedepankan aspek fisik, tetapi juga menggandeng nilai-nilai multikultural, dengan tujuan mendorong penerimaan dan interaksi antarindividu. Kedua konsep ini, baik pendidikan inklusif maupun multikultural, memiliki fokus pada menciptakan ruang pembelajaran yang inklusif, ramah, dan menghargai keberagaman. Perbedaan antara pendidikan inklusif dan multikultural terletak pada fokusnya. Pendidikan multikultural lebih menyoroti perbedaan sosial budaya, sementara pendidikan inklusif lebih menitikberatkan pada perbedaan kondisi fisik dan mental individu. Sebagai konsep pendekatan, inklusi bertujuan menciptakan lingkungan yang terbuka dan ramah bagi individu dengan latar belakang dan kondisi yang beragam.

Konsep inklusi telah diadopsi dalam kurikulum di beberapa sekolah, bahkan ada yang menjadikannya sebagai tema utama. Meskipun demikian, metode pembelajaran yang diterapkan di sekolah inklusi masih tergolong baru bagi sebagian besar orangtua di Indonesia. Keterbatasan pemahaman terhadap konsep inklusi menjadi kendala utama, mungkin disebabkan oleh kenyataan bahwa sekolah inklusi masih merupakan konsep yang baru di Indonesia dan trennya baru mulai muncul. Tidak hanya itu, sekolah inklusi umumnya lebih banyak ditemukan di kota-kota besar, membuat pengetahuan tentangnya terbatas di kalangan tertentu.

Hal yang Dilakukan Pemimpin Inklusif

Ilustrasi guru, mengajar, anak sekolah
Ilustrasi guru, mengajar, anak sekolah. (Photo by Husniati Salma on Unsplash)

1. Berkomitmen

Berkomitmen adalah salah satu aspek yang penting dalam menciptakan lingkungan yang inklusif. Dalam konteks ini, inklusif merujuk pada upaya untuk menempatkan diri ke dalam cara pandang orang lain dalam memandang atau memahami masalah. Dalam praktiknya, berkomitmen dalam inklusivitas berarti seseorang atau sebuah organisasi berupaya untuk melibatkan dan mengakomodasi semua orang, tanpa memandang perbedaan atau keberagaman yang ada. Hal ini dapat dilakukan dengan menghargai kebutuhan, perspektif, dan tanggapan dari semua individu, serta memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang untuk berpartisipasi.

 

2. Sadar Bias

Dalam dunia yang semakin kompleks ini, kebutuhan akan inklusifitas menjadi semakin penting. Inklusifitas adalah upaya untuk menempatkan diri ke dalam cara pandang orang lain dalam memandang atau memahami masalah. Hal ini memungkinkan kita untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda-beda, menumbuhkan pemahaman yang lebih luas, serta meminimalisir kesalahan atau keputusan yang tidak adil. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam mencapai inklusifitas adalah sadar bias. Bias adalah kecenderungan atau preferensi yang mungkin kita miliki terhadap individu atau kelompok tertentu, dan dapat memengaruhi cara kita memandang dan memahami masalah.

Dalam mendiskusikan masalah, kita harus sadar akan adanya bias yang mungkin ada dalam pikiran kita. Bias ini bisa berupa stereotip, prasangka, atau diskriminasi tersembunyi yang didasarkan pada perbedaan seperti jenis kelamin, ras, agama, atau latar belakang sosial. Sadar bias berarti kita menyadari adanya bias ini dan berusaha untuk melawannya. Melalui sadar bias, kita bisa menghindari pengambilan keputusan yang tidak adil, serta menjembatani kesenjangan sosial yang ada. Melalui pemahaman yang lebih luas dan inklusif, kita dapat membangun hubungan yang lebih harmonis dan mendorong perkembangan yang berkelanjutan.

3. Rasa Ingin Tahu Tinggi

Rasa ingin tahu tinggi merupakan salah satu ciri kunci dari perilaku inklusif. Ketika kita memiliki rasa ingin tahu yang kuat, kita akan terbuka untuk memahami sudut pandang orang lain dalam memandang suatu masalah. Inklusif dapat diartikan sebagai upaya untuk mencakup semua perspektif, pengalaman, dan kebutuhan dalam sebuah konteks. Dalam konteks kehidupan sehari-hari, inklusif bisa diwujudkan dengan mendengarkan dengan seksama kepada orang lain, mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda, dan menghargai perbedaan. Dengan demikian, kita dapat menghindari prasangka atau stereotip yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Perilaku inklusif sangatlah penting dalam menghadapi perbedaan sosial, budaya, atau ras. Dengan menjadi inklusif, kita bisa mendorong rasa empati dan saling pengertian dalam memecahkan masalah bersama. Sebagai individu, kita dapat meningkatkan rasa ingin tahu tinggi dengan membaca berbagai sumber informasi yang beragam, mengunjungi tempat-tempat dengan budaya yang berbeda, dan berdialog dengan orang-orang yang memiliki pandangan berbeda. 

4. Berani

Berani menjadi salah satu sikap yang penting dalam menciptakan inklusifitas dalam kehidupan sehari-hari. Sikap ini mengharuskan kita untuk berani mengambil langkah maju, dalam menghadapi ketidakpastian serta konflik yang mungkin terjadi dalam proses mengerti dan memahami orang lain. Dalam konteks inklusif, berani berarti kita harus berani untuk melangkah keluar dari zona nyaman kita, berani untuk mendengarkan sudut pandang orang lain, dan berani untuk mengakui keberagaman yang ada. Dengan begitu, kita dapat membuka pikiran dan hati kita untuk dapat menerima perbedaan dengan lapang dada. Berani juga berarti berani untuk menghadapi ketidakadilan dan diskriminasi. Dalam menghadapi situasi ini, kita perlu berani untuk berbicara dan berdiri bersama mereka yang diabaikan atau terpinggirkan. Dengan begitu, kita dapat menjadi suara bagi mereka yang sulit terdengar.

5. Berkolaborasi

Salah satu aspek penting dari upaya inklusif adalah kolaborasi. Ini berarti bekerja sama dengan individu-individu yang memiliki pandangan dan latar belakang yang berbeda-beda, dengan tujuan mencapai pemahaman yang lebih luas tentang suatu masalah. Melalui kolaborasi, kita dapat mendapatkan wawasan yang lebih kaya dan pemikiran yang lebih kreatif. Dalam konteks inklusif, kolaborasi tidak hanya terbatas pada individu-individu yang memiliki kepentingan yang sama. Lebih dari itu, kolaborasi harus melibatkan semua pihak yang terkait, termasuk mereka yang berbeda pendapat atau bahkan yang biasanya diabaikan. Dengan melibatkan semua pihak, kita dapat menciptakan solusi yang lebih baik dan lebih adil.

Kolaborasi juga dapat mendorong pemahaman dan empati antar individu. Dengan bekerja sama, kita dapat memahami perspektif orang lain dan menghargai pengalaman serta kebutuhan mereka. Ini akan membantu mendorong sikap yang lebih terbuka dan toleran terhadap perbedaan. Dalam upaya inklusif, kolaborasi adalah salah satu kunci keberhasilan. Dengan bekerja sama, kita dapat mencapai pemahaman yang lebih komprehensif tentang masalah dan menciptakan solusi yang lebih baik dan adil bagi semua pihak yang terlibat.

Manfaat Pendidikan Inklusif

Ilustrasi anak sekolah, siswa
Ilustrasi anak sekolah, siswa. (Image by Nico Boersen from Pixabay )

1. Mengembangkan Rasa Toleransi

Inklusifitas dapat didefinisikan sebagai upaya, untuk menempatkan diri dalam cara pandang orang lain dalam memandang atau memahami suatu masalah. Mengembangkan rasa toleransi adalah salah satu aspek penting dari inklusifitas tersebut. Toleransi adalah sikap terbuka dan menerima perbedaan, baik itu perbedaan pendapat, agama, budaya, atau latar belakang sosial. Ketika seseorang dapat mengembangkan rasa toleransi, mereka dapat menghargai perspektif orang lain dan mencoba untuk memahami sudut pandang mereka. Mengapa mengembangkan rasa toleransi itu penting? Pertama, toleransi memperluas wawasan dan pemahaman kita tentang dunia. Ketika kita mulai menghargai kemajemukan dan kompleksitas pandangan orang lain, kita dapat melihat bahwa tidak ada satu cara pandang yang mutlak benar. Ini membuka pintu untuk pertukaran ide dan pemikiran yang memperkaya pengalaman kita.

Kedua, mengembangkan rasa toleransi membantu menciptakan lingkungan yang inklusif dan harmonis. Ketika kita menerima perbedaan, kita menciptakan ruang bagi semua orang untuk merasa diterima dan dihormati. Ini menciptakan kesempatan bagi setiap individu untuk berpartisipasi dan berkontribusi secara penuh dalam masyarakat. Mengembangkan rasa toleransi bukanlah suatu hal yang instan. Ini membutuhkan kesabaran dan kesediaan untuk membuka diri pada sudut pandang baru. Namun, keuntungan yang diperoleh dari mengembangkan rasa toleransi jauh lebih besar daripada tantangan yang mungkin dihadapi. Ini akan memperkaya hidup kita dan menciptakan dunia yang lebih inklusif bagi semua orang.

2. Mengurangi Sikap Diskriminatif

Saat ini, inklusif menjadi sebuah konsep yang penting dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam memandang atau memahami masalah. Inklusif berarti upaya untuk menempatkan diri ke dalam cara pandang orang lain, tanpa mengabaikan perbedaan yang ada. Salah satu upaya penting dalam menerapkan sikap inklusif adalah mengurangi sikap diskriminatif. Diskriminasi sering kali muncul akibat ketidaktahuan, ketidakpekaan, atau bahkan penolakan terhadap orang-orang yang berbeda dari kita. Hal ini dapat terjadi dalam berbagai konteks, seperti pada ras, agama, gender, atau disabilitas.

Untuk mengurangi sikap diskriminatif, langkah pertama yang dapat diambil adalah dengan meningkatkan pemahaman tentang perbedaan individu dan kelompok. Melalui pendidikan, sosialisasi, dan dialog, kita dapat memperoleh pengetahuan yang lebih luas tentang kehidupan dan perspektif orang lain. Selain itu, penting untuk menghargai dan menghormati hak-hak setiap individu tanpa memandang perbedaan yang ada. Dalam setiap tindakan dan keputusan, kita harus menghindari diskriminasi dan memperlakukan semua orang secara adil dan setara.

 

3. Melatih Individu untuk Berpikiran Terbuka

Melatih individu untuk berpikiran terbuka menjadi salah satu upaya penting dalam menciptakan lingkungan yang inklusif. Berpikiran terbuka mengacu pada kemampuan seseorang untuk menerima perspektif, ide, dan pendapat orang lain dengan sikap yang terbuka dan tidak memihak. Dalam konteks lingkungan sosial, melatih individu untuk berpikiran terbuka sangat penting dalam membangun dialog yang saling menghormati dan memfasilitasi pemahaman yang lebih mendalam tentang masalah yang dihadapi.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melatih individu agar memiliki pikiran terbuka. Pertama, edukasi tentang keberagaman dan pluralisme menjadi langkah awal yang penting. Melalui pengetahuan yang lebih mendalam tentang keberagaman manusia dalam segala aspek, individu dapat lebih memahami adanya perbedaan dan menghargai nilai-nilai yang beragam. Edukasi juga dapat melibatkan penjelasan tentang pentingnya inklusivitas dan dampak positifnya terhadap hubungan sosial.

Selain itu, penting bagi individu untuk berlatih menghargai perspektif orang lain. Ini dapat dilakukan dengan mendengarkan dengan sungguh-sungguh, tidak menginterupsi, dan menghargai keberagaman pendapat. Melalui praktik ini, individu dapat lebih terbuka terhadap ide dan pandangan orang lain, sehingga dialog yang berjalan menjadi lebih produktif. Selanjutnya, menghindari prasangka dan stereotipe juga menjadi bagian dari melatih individu untuk berpikiran terbuka. Prasangka dan stereotipe dapat mencegah seseorang untuk melihat seseorang atau kelompok dengan objektif, sehingga menghambat tercapainya inklusivitas. Oleh karena itu, individu perlu untuk selalu memeriksa persepsi dan prasangka yang ada dalam diri mereka dan berusaha untuk melihat setiap individu secara unik.

4. Menjaga Hak-Hak Asasi Manusia

Inklusif merupakan suatu sikap atau upaya untuk menempatkan diri kita dalam cara pandang orang lain dalam memandang atau memahami masalah. Saat kita berbicara tentang inklusif, salah satu aspek terpenting yang perlu diperhatikan adalah menjaga hak-hak asasi manusia. Menjaga hak-hak asasi manusia merupakan prinsip dasar dalam sebuah masyarakat yang inklusif. Setiap individu, tanpa memandang jenis kelamin, usia, agama, warna kulit, atau latar belakang budaya, memiliki hak yang sama untuk hidup dengan layak dan memperoleh perlindungan dari diskriminasi atau penindasan.

Oleh karena itu, dalam membangun masyarakat yang inklusif, penting untuk memastikan bahwa tidak ada pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan. Hal ini dilakukan dengan memberikan kesempatan yang setara bagi setiap individu dalam berpartisipasi dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya sesuai dengan potensi dan kebutuhan mereka. Selain itu, penting juga untuk mengedepankan prinsip non-diskriminasi dalam segala aspek kehidupan. Semua orang harus diperlakukan dengan adil dan sama tanpa pandang bulu. Dalam konteks ini, perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, seperti hak atas pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan kebebasan berekspresi, harus dijamin tanpa syarat.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya