Fakta Menarik Februari, Kenapa Hanya Berumur 28-29 Hari Saja?

Pertanyaan mengapa bulan Februari memiliki jumlah hari yang berbeda ini sering kali muncul dalam benak banyak orang.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 28 Mei 2024, 13:00 WIB
Diterbitkan 28 Mei 2024, 13:00 WIB
Kalender tanggal merah libur Februari 2024 terdiri dari hari libur nasional hingga cuti bersama.
Kalender tanggal merah libur Februari 2024 terdiri dari hari libur nasional hingga cuti bersama. (Liputan6.com/Devira Prastiwi)

Liputan6.com, Jakarta Bulan Februari dalam kalender Masehi memiliki keunikan dari segi jumlah hari yang dimilikinya. Bulan ini dapat memiliki 28 atau 29 hari, tergantung apakah itu adalah tahun kabisat atau tidak. Jumlah hari pada bulan Februari membuatnya menjadi bulan dengan usia terpendek dalam satu tahun

Pertanyaan mengapa bulan Februari memiliki jumlah hari yang berbeda ini sering kali muncul dalam benak banyak orang. Mengapa Februari tidak memiliki jumlah hari seperti bulan-bulan lain, yaitu 30 dan 31 hari? Dan mengapa tanggal 29 Februari hanya ada pada tahun kabisat?

Berikut ulasan tentang fakta menarik bulan terpendek dalam setahun, yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (28/5/2024).

Mengapa Februari Hanya Terdiri dari 28-29 Hari?

Periode Kepler 452b mengitari bintangnya mirip dengan revolusi Bumi
Periode Kepler 452b mengitari bintangnya mirip dengan revolusi Bumi (BBC/NASA)

Bulan Februari hanya berusia 28 atau 29 hari merupakan bagian dari kepercayaan kuno yang memengaruhi pembentukan kalender Gregorian seperti yang kita kenal sekarang. Pada awalnya, dalam kalender Romawi kuno, ada hanya sepuluh bulan yang mengikuti tahun lunar dengan total 304 hari. Namun, Raja Romawi bernama Numa Pompilius kemudian menambahkan dua bulan tambahan, yaitu Januari dan Februari, untuk menyinkronkan kalender dengan peristiwa-peristiwa musim dan religius.

Salah satu alasan Februari memiliki jumlah hari yang lebih sedikit adalah karena kepercayaan masyarakat Romawi kuno terhadap angka genap. Mereka menganggap angka genap membawa sial, sehingga Raja Numa mengurangi satu hari dari bulan-bulan yang sebelumnya memiliki 30 hari, termasuk Februari, untuk menjadikannya 29 hari. Hal ini juga sejalan dengan keinginannya untuk menjaga jumlah total hari dalam setahun tetap ganjil.

Selain kepercayaan terhadap angka genap, Februari juga dipilih sebagai bulan yang lebih pendek karena hubungannya dengan ritual Romawi yang menghormati orang mati yang diselenggarakan pada bulan Februari. Bulan ini kemudian seringkali dianggap kurang beruntung atau memiliki konotasi negatif dalam budaya Romawi kuno.

Meskipun sekarang kita menggunakan kalender Gregorian yang telah mengalami banyak penyesuaian seperti penambahan bulan kabisat setiap empat tahun dan penyesuaian lainnya, Februari tetap mempertahankan jumlah harinya yang unik. Ini menjadi sebuah warisan sejarah yang menarik dan menunjukkan kompleksitas dalam perkembangan sistem kalender yang kita gunakan hingga saat ini.

Mengapa Tanggal 29 Februari Hanya Ada di Tahun Kabisat

Ilustrasi kalender 2024
Ilustrasi kalender 2024. (Image by Harryarts on Freepik)

Tanggal 29 Februari hanya ada pada tahun kabisat karena perbedaan antara panjang tahun kalender dan periode revolusi Bumi mengelilingi Matahari. Secara umum, satu tahun dihitung memiliki 365 hari, tetapi periode revolusi Bumi sebenarnya adalah sekitar 365,25 hari. Untuk mengakomodasi sisa waktu ini, NASA dan peneliti kalender lainnya menambahkan satu hari ekstra setiap empat tahun, yang disebut tahun kabisat. Tanggal ekstra ini jatuh pada 29 Februari.

Sejarah tahun kabisat dimulai dengan perkenalan oleh Julius Caesar dan filsufnya, Sosigenes, dalam kalender Romawi kuno. Mereka menambahkan satu hari setiap empat tahun di bulan Februari untuk menyinkronkan kalender dengan pergerakan Bumi sekitar Matahari. Namun, perhitungan ini masih kurang tepat dan menyebabkan masalah dalam penentuan tanggal Paskah bagi Gereja Katolik.

Paus Gregorius XIII kemudian memerintahkan pembuatan kalender Gregorian yang dimodifikasi. Dalam kalender ini, penambahan satu hari tambahan hanya terjadi pada tahun-tahun abad yang habis dibagi 400 atau secara sederhana, setiap 4 tahun kecuali tahun-tahun abad yang tidak habis dibagi 400. Ini membuat tahun kabisat lebih tepat dan efisien daripada dalam kalender Julius Caesar.

Dengan demikian, penambahan satu hari pada tahun kabisat membuat bulan Februari memiliki 29 hari, sehingga tahun kabisat memiliki total 366 hari daripada 365 hari pada tahun-tahun reguler. Hal ini memastikan bahwa kalender kita tetap sesuai dengan pergerakan Bumi di sekitar Matahari tanpa mengalami pergeseran signifikan dalam jangka panjang.

Fakta unik Bulan Februari Lainnya

Ilustrasi Kalender
Ilustrasi kalender (dok. Pexels.com/tigerlily713)

Selain jumlah harinya yang sedikit, bulan Februari memiliki beberapa fakta unik lainnya, berikut di antaranya.

1. Asal Nama dari Festival Penyucian Februa

Nama Februari berasal dari festival Romawi kuno yang disebut Februa, di mana orang-orang melakukan ritual penyucian diri. Festival ini diadakan setiap tahun pada tanggal 15 Februari dan merupakan waktu di mana penduduk Romawi melakukan persembahan dan pengorbanan untuk membersihkan diri dan lingkungan mereka.

2. Kesalahan Umum dalam Penulisan

Kata "February" dalam bahasa Inggris sering salah dieja karena bunyi "r" pertama yang sering tidak terdengar. Hal ini membuat banyak penutur bahasa Inggris mengeja bulan ini sebagai "Febuary." Bahkan Gedung Putih pun pernah salah mengeja bulan Februari lebih dari sekali!

3. Satu-satunya Bulan tanpa Bulan Purnama

Bulan Februari adalah satu-satunya bulan yang dapat berjalan tanpa menemui bulan purnama. Meskipun istilah "bulan" merujuk pada satu siklus bulan yang umumnya berlangsung selama 29,5 hari dari bulan baru hingga bulan purnama, Februari kadang-kadang melewati siklus ini tanpa bulan purnama. Hal ini terjadi terakhir pada bulan Februari 2018 dan diprediksi akan terjadi lagi pada 2037.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya