Liputan6.com, Jakarta Tradisi lebaran di Turki memiliki keunikan tersendiri yang membedakannya dengan perayaan Idul Fitri di negara-negara Muslim lainnya. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, Turki merayakan momen suci ini dengan berbagai ritual dan kebiasaan yang telah diwariskan secara turun-temurun. Kekhasan tradisi lebaran di Turki tercermin dalam berbagai aspek perayaan, mulai dari pelaksanaan ibadah hingga aktivitas sosial kemasyarakatan yang menyertainya.
Baca Juga
Advertisement
Masyarakat Turki mengenal perayaan Idul Fitri dengan sebutan Ramazan Bayram atau Bayram Gunu, yang secara harfiah berarti Festival Ramadhan atau Hari Raya. Tradisi lebaran di Turki tidak hanya sekadar momen keagamaan, tetapi juga telah menjadi bagian integral dari budaya nasional yang ditetapkan sebagai hari libur nasional. Selama periode ini, berbagai fasilitas publik memberikan kemudahan akses bagi masyarakat, termasuk pembebasan biaya jalan tol dan diskon transportasi umum hingga 50 persen.
Keistimewaan tradisi lebaran di Turki juga tercermin dalam beragam aktivitas yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Perayaan ini menjadi momentum untuk mempererat tali silaturahmi, berbagi kebahagiaan, dan menunjukkan kepedulian sosial. Setiap keluarga dan komunitas memiliki cara tersendiri dalam merayakan momen spesial ini, menciptakan mozaik budaya yang kaya dan beragam dalam tradisi Idul Fitri di negeri Ottoman.
Lebih lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber tradisi-tradisi lebaran di Turki dan keunikannya, pada Selasa (28/1).
Seker Bayram: Festival Manis di Hari Raya
Festival Seker Bayram merupakan salah satu tradisi paling iconic dalam perayaan Idul Fitri di Turki. Tradisi ini merupakan manifestasi dari semangat berbagi kebahagiaan melalui makanan manis yang menjadi simbol kemanisan hidup setelah menunaikan ibadah puasa selama sebulan penuh. Setiap rumah di Turki mempersiapkan berbagai jenis makanan manis, mulai dari permen hingga cokelat, untuk dibagikan kepada para tamu yang berkunjung.
Keunikan Seker Bayram terletak pada keterlibatan anak-anak dalam perayaannya. Mereka berkeliling dari rumah ke rumah dengan membawa kantong khusus untuk mengumpulkan makanan manis yang dibagikan oleh para tetangga. Aktivitas ini tidak hanya menjadi sarana berbagi kebahagiaan, tetapi juga membantu mempererat hubungan sosial antarwarga dan mengajarkan nilai-nilai kebersamaan kepada generasi muda.
Meskipun tradisi ini mulai mengalami pergeseran di daerah perkotaan, semangat berbagi yang menjadi esensi dari Seker Bayram tetap terpelihara dalam bentuk yang lebih modern. Banyak keluarga yang kini memilih untuk mengemas makanan manis dalam wadah khusus dan mengantarkannya langsung ke rumah tetangga atau saudara, adaptasi yang tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional dalam konteks kehidupan modern.
Seker Bayram juga menjadi kesempatan bagi masyarakat Turki untuk menunjukkan kreativitas mereka dalam membuat dan menyajikan makanan manis tradisional. Berbagai jenis kue, cokelat, dan permen khas Turki yang dibuat khusus untuk momen ini memperkaya khazanah kuliner tradisional negeri ini.
Advertisement
Silaturahim dan Kegiatan Sosial
Tradisi silaturahmi menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Idul Fitri di Turki. Masyarakat mengucapkan selamat dengan ungkapan khas "Hayirli Bayramlar" atau "Bayramimiz Mubarek Olsun" sambil berkunjung ke rumah kerabat dan tetangga. Kunjungan ini biasanya disertai dengan jamuan makanan yang telah dipersiapkan oleh tuan rumah, menciptakan suasana keakraban dan kehangatan.
Selain silaturahmi antarkeluarga, masyarakat Turki juga memiliki tradisi berbagi dengan kaum kurang mampu. Pemerintah dan lembaga sosial menyelenggarakan berbagai program penggalangan dana untuk membantu mereka yang membutuhkan. Program ini menjadi sarana bagi masyarakat untuk berbagi kebahagiaan dan memastikan bahwa tidak ada yang terabaikan dalam perayaan Idul Fitri.
Kegiatan sosial ini diperkuat dengan tradisi makan bersama, baik sarapan maupun makan malam, yang melibatkan keluarga besar dan tetangga. Moment ini menjadi kesempatan untuk mempererat tali persaudaraan dan menyelesaikan segala perselisihan yang mungkin terjadi sepanjang tahun.
Sebagai bentuk kepedulian sosial, banyak komunitas yang mengorganisir acara bersama di ruang publik, menciptakan suasana kebersamaan yang lebih luas. Taman-taman kota menjadi lokasi favorit untuk berkumpul dan merayakan Idul Fitri bersama, didukung dengan kebijakan transportasi umum gratis yang memudahkan mobilitas masyarakat.
Seni dan Budaya dalam Perayaan Idul Fitri
Meskipun tidak ada kumandang takbir yang menggema seperti di Indonesia, perayaan Idul Fitri di Turki diwarnai dengan berbagai pertunjukan seni dan budaya tradisional. Pagelaran tari seperti Zeybek dan Tarian Dervish, serta pertunjukan teater tradisional Karagoz dan Hacivat, menjadi bagian integral dari perayaan ini.
Desa-desa di Turki menampilkan pesona tersendiri dengan dekorasi lampu warna-warni yang menghiasi berbagai sudut pemukiman. Ornamen-ornamen tradisional dan modern berpadu menciptakan suasana meriah yang mencerminkan semangat perayaan Idul Fitri.
Pertunjukan seni ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga menjadi sarana untuk melestarikan warisan budaya Turki. Setiap pertunjukan mengandung nilai-nilai filosofis dan moral yang disampaikan melalui gerak, musik, dan narasi, memperkaya dimensi spiritual perayaan Idul Fitri.
Para seniman tradisional mendapat kesempatan khusus untuk menampilkan karya mereka, menciptakan jembatan budaya antargenerasi dan memastikan bahwa tradisi seni Turki tetap hidup dan berkembang di tengah modernisasi.
Advertisement
Perbedaan Pelaksanaan Ibadah
Salah satu keunikan tradisi lebaran di Turki terlihat dari pelaksanaan ibadah Shalat Idul Fitri. Berbeda dengan negara-negara Muslim lainnya, di Turki hanya kaum pria yang melaksanakan shalat Ied di masjid, sementara kaum wanita tetap di rumah mempersiapkan jamuan untuk merayakan lebaran.
Perbedaan ini didasari oleh interpretasi mazhab yang dianut mayoritas masyarakat Turki. Meski demikian, hal ini tidak mengurangi makna spiritual dari perayaan Idul Fitri. Kaum wanita tetap berperan aktif dalam berbagai aspek perayaan lainnya, terutama dalam mempersiapkan hidangan dan menerima tamu.
Suasana khusyuk tetap terasa meskipun tidak ada kumandang takbir yang menggema sepanjang malam seperti di negara-negara Muslim lainnya. Takbir hanya dikumandangkan di dalam masjid setelah pelaksanaan shalat, menciptakan nuansa perayaan yang lebih tenang dan meditatif.
Keunikan pelaksanaan ibadah ini menjadi cerminan bagaimana tradisi Islam beradaptasi dengan konteks lokal, menciptakan mozaik keberagaman dalam praktik keagamaan yang memperkaya khazanah budaya Islam global.