Sinyal "Retaknya" Koalisi Prabowo-Hatta

Dengan tegas Hanafi menyatakan Jokowi-JK adalah pasangan yang akan memegang tampuk kepemimpoinan Indonesia untuk 5 tahun mendatang.

oleh Rinaldo diperbarui 21 Jul 2014, 00:17 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2014, 00:17 WIB
prabowo-hatta
(ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)

Liputan6.com, Jakarta - Pilpres 2014 segera memasuki tahap akhir, yaitu pengumuman pemenang oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Selasa 22 Juli besok. Hitung mundur jam menuju pengumuman itu kini digunakan KPU untuk merekapitulasi suara yang masuk dari seluruh provinsi di Indonesia.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan sejumlah lembaga survei serta rekapitulasi data yang masuk oleh KPU, gambaran tentang pasangan capres-cawapres yang meraih suara terbanyak sudah terlihat. Seperti banyak digadang-gadang lembaga survei, data yang masuk ke KPU juga cenderung berpihak pada kemenangan pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla.

Namun, hingga kini belum ada pernyataan kalah secara resmi dari pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa atas kemenangan "sementara" pasangan Jokowi-JK tersebut. Selain karena Timses Prabowo-Hatta merasa kemenangan masih bisa diraih, alasan lainnya adalah lantaran banyaknya ditemukan kecurangan dalam pelaksanaan pilpres.

Namun, tiba-tiba saja politisi muda Partai Amanat Nasional (PAN) Hanafi Rais memberikan ucapan selamat kepada pasangan Jokowi-JK. Dengan tegas Hanafi menyatakan Jokowi-JK adalah pasangan yang akan memegang tampuk kepemimpinan Indonesia untuk 5 tahun mendatang.

"Sebagai generasi muda Partai Amanat Nasional, kami mengucapkan selamat kepada Bapak Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang akan memegang tampuk kepemimpinan nasional dalam waktu 5 tahun mendatang," ucap Hanafi lewat keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Minggu 20 Juli 2014.

Sementara, kepada pasangan Prabowo-Hatta, putra mantan Ketua Umum PAN Amien Rais itu mengucapkan terima kasih dan hormat yang setinggi-tingginya. Capres-cawapres dengan nomor urut 1 itu dinilai telah aktif menjaga proses demokratisasi negara melalui pilpres tahun ini.

"Terakhir, sebagai generasi muda Partai Amanat Nasional, kami mengajak kepada semua calon pemimpin bangsa, baik yang di lembaga eksekutif maupun di lembaga legislatif, untuk selalu menjaga kebersamaan. Di tangan kitalah nasib bangsa ini di masa mendatang akan dipertaruhkan," tulis anggota DPR terpilih dari PAN ini.

"Kita harus tetap menjaga semangat reformasi untuk menyelamatkan Indonesia dari kemiskinan, dari kebodohan, dari ketertinggalan, dari dominasi asing, dari segala bentuk korupsi, kolusi, nepotisme, serta dari potensi konflik dan intoleransi," pungkas Hanafi.

Tak perlu menunggu waktu lama, pernyataan Hanafi langsung 'ditangkap' kubu Jokowi-JK. Juru bicara pasangan capres-cawapres Jokowi-JK, Anies Baswedan menyambut baik pernyataan resmi yang disampaikan Hanafi.

"Kami atas nama capres-cawapres Jokowi-JK menyatakan apresiasi kami terhadap ucapan selamat atas kemenangan yang secara resmi dikemukakan Hanafi Rais, tokoh muda dari Partai Amanat Nasional," demikian pernyataan Anies dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com di Jakarta.

Ini jelas pukulan yang cukup mengguncang kubu Prabowo-Hatta. Ketika kubu pasangan ini tengah bersiap untuk melanjutkan pertarungan di KPU serta Mahkamah Konstitusi atas keyakinan kemenangan yang sudah di tangan, Hanafi dengan terbuka menyatakan kekalahan Prabowo-Hatta.

Bayangkan, pernyataan itu dikeluarkan Hanafi saat sejumlah petinggi partai politik yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih sebagai pengusung pasangan Prabowo-Hatta tengah menggelar pertemuan di Jakarta untuk membahas pelaksanaan Pilpres 2014. Apalagi hasil dari pertemuan itu jauh dari pengakuan akan kemenangan Jokowi-JK.

Sekretaris Tim Pemenangan Prabowo-Hatta, Idrus Marham, yang berbicara usai pertemuan mengatakan tim hukum Prabowo-Hatta di berbagai daerah telah memaparkan tentang berbagai kecurangan yang terjadi.

"Berdasarkan pemaparan itu maka disimpulkan telah terjadi gerakan massif untuk merekayasa hasil Pilpres 2014," kata Idrus.

Terkait itu, tim Prabowo-Hatta menyatakan sikap. Pertama meminta KPU yang sekarang telah melakukan rekapitulasi hasil pemilu berbagai provinsi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang telah direkomendasikan Bawaslu. "Dan, kami meminta untuk tidak melanjutkan rekapitulasi perhitungan suara sebelum menyelesaikan masalah yang ada," kata Idrus.

Kedua, Prabowo-Hatta meminta Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) agar mengambil tidakan tegas kepada oknum-oknum penyelenggara pemilu yang tidak memperhatikan rekomendasi Bawaslu dan yang terlibat dalam rekayasa, baik langsung atau tidak langsung

Terakhir, tim hukum Prabowo-Hatta berpandangan, anggota KPU yang tidak menindaklanjuti rekomendasi Bawaslu harus dipidanakan.

Pada kesempatan itu Prabowo juga menambahkan, "Saya mengimbau semua penyelenggara pemilu sesuai dengan sumpahnya untuk menjamin proses ini bersih. Transparan."

Kalau tidak melaksanakan, Prabowo melanjutkan, itu pidana. "Jadi kami sangat mempertanyakan legimitasi seluruh proses ini. Kami menganggap semua proses (pemilu) ini cacat," kata mantan Danjen Kopassus itu.

Kubu Prabowo-Hatta boleh saja tidak merasa risau dengan pernyataan Hanafi. Namun, tak ada salahnya pula melihat lagi ke belakang tentang apa yang terjadi sebelumnya. Kuat dugaan, apa yang dilakukan Hanafi tidak berdiri sendiri, kendati dirinya berbicara atas nama pribadi dan kader PAN.

Hanya beberapa jam sebelum pernyataan Hanafi disebarkan, beredar pesan singkat di kalangan anggota DPR dari PAN. Isinya, Ketua Majelis Pertimbangan Pusat PAN Amien Rais disebut mengakui keunggulan pasangan Jokowi-JK dari Prabowo-Hatta.

"Teman2 yg ku sayangi. Dari Bukber di Rmh Menhut, Pak Amien Rais meneruskan laporan dari Timses PH, bahwa kita kalah diatas 4 %. Semoga. Allah memberikan kekuatan dan keichlasan kdp kita. Aamin YRA.Wass." Demikian bunyi pesan singkat yang beredar melalui SMS, Whatsapp, dan BBM.

Saat dikonfirmasi, staf khusus Ketua Umum PAN Yasin Kara membenarkan substansi pesan tersebut. Dia mengaku hadir dalam acara buka puasa bersama di rumah Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, Sabtu 19 Juli 2014 malam, di Jakarta.

"Pak Amien tidak menyebut angka (selisih perolehan suara), tapi dia mengatakan Tuhan belum memilih apa yang kita pilih," kata Yasin saat dihubungi Liputan6.com, Minggu.

Menurut Yasin, acara buka puasa bersama itu dihadiri sekitar 500 kader PAN, dari jajaran elite hingga kader biasa. Namun minus cawapres Hatta Rajasa.  

"Sebenarnya itu penerimaan seorang muslim yang baik. Itu sikap legowo yang ditunjukkan Pak Amien. Sebagai manusia memang tetap ada kecewa," ujar Yasin.

Menurut Yasin, sikap Amien tersebut didasarkan pada sebagian besar hasil real count yang ada. "Memang bahwa sampai sekian persen suara yang masuk, Jokowi ungguli Prabowo. Kalaupun ada pemilihan ulang, seperti yang terjadi di DKI, angkanya tidak signifikan," ucap mantan calon legislatif PAN itu.

Dalam buka puasa kader PAN itu, Amien juga dikabarkan meminta seluruh kader PAN cooling down atau tenang. "Saya sependapat dengan Pak Amien, lebih bagus cooling down demi kepentingan bangsa. Sikap untuk menerima kekalahan ini, sudah diteruskan ke pimpinan PAN di daerah," kata Yasin.

Jika ini benar, ke depan langkah Koalisi Merah Putih untuk memenangkan Pilpres 2014 bakal makin berat jika salah satu partai politik penyokongnya menyatakan menerima kekalahan. Harus pula diingat, PAN bukan sekadar partai politik pengusung Prabowo-Hatta, namun merupakan parpol yang dipimpin Hatta Rajasa, cawapres yang menjadi pasangan Prabowo.

Apalagi sebelumnya salah satu pendiri PAN Abdillah Toha menyampaikan aspirasinya kepada sang Ketua Umum Hatta Rajasa dalam sebuah surat terbuka. Dalam artikel bertajuk "Surat Terbuka untuk Ketua Umum PAN" itu, Abdilah meminta Hatta menghormati hasil quick count atau hitung cepat yang kredibel.

"Sebagai negarawan dan ketua umum partai yang bercita-cita mewujudkan sebuah demokrasi yang sehat di negeri ini, sudah selayaknya saudara memelopori mengambil sikap kenegarawanan dengan menghormati hasil hitung cepat lembaga-lembaga yang profesional dan kredibel sambil menunggu hasil resmi KPU," tulis Abdillah dalam laman Kompasiana yang dimuat pada Sabtu 12 Juli 2014 pukul 21.30 WIB.

Dari semua itu, patut diduga bahwa ucapan selamat dari Hanafi merupakan buah dari 'pergulatan batin' di dalam tubuh PAN sepanjang digelarnya Pilpres 2014. Namun, akan terlalu terburu-buru pula jika disebutkan bahwa ucapan Hanafi merupakan representasi dari PAN, karena rujukan utama tentulah masih dipegang oleh Hatta Rajasa selaku ketua umum partai.

Yang jelas, diakui atau tidak, ucapan selamat dari Hanafi bisa menjadi bola salju yang akan membuat lemah posisi Koalisi Merah Putih. Meski berbicara atas nama pribadi dan kader PAN, bukan tak mungkin apa yang dilakukan itu akan menumbuhkan keberanian dari kader ataupun kelompok lain yang selama ini berada di belakang kubu Prabowo-Hatta, namun punya pemikiran yang sama dengan Hanafi.

Di sisi lain, pernyataan dan sikap Hanafi Rais serta Amien Rais patut diapresiasi sebagai bentuk kebesaran jiwa untuk mengakui kekalahan. Paling tidak, keduanya telah menegaskan bahwa mengaku kalah itu bukan perilaku yang memalukan atau tabu. Sebaliknya, sikap itu memberi jaminan bahwa esensi demokrasi masih hidup di negeri yang baru belajar berdemokrasi ini. (Riz)

Baca juga:

H-2 Pengumuman KPU, Amien Rais Akui Kekalahan Prabowo-Hatta?

Putra Amien Rais Sampaikan Selamat kepada Jokowi-JK

Jelang Pengumuman Hasil Pilpres, Gerindra Akui Kalah?

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya