Menikmati Sahur di Puncak Gunung Sibayak

Sibayak berasal dari bahasa Karo yang berarti banyak.

oleh Reza Efendi diperbarui 12 Jun 2017, 18:00 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2017, 18:00 WIB
Sahur di Puncak Gunung Sibayak
Para pendaki Gunung Sibayak menikmati sunrise usai makan sahur. (Liputan6.com/Reza Perdana)

Liputan6.com, Medan - Sahur di puncak gunung, kenapa tidak. Selain menambah kekhusukan ibadah puasa, juga menebalkan keimanan seseorang dengan melihat kemegahan alam karya Sang Pencipta.

Seperti di Kota Medan, Sumatera Utara, sekelompok pemuda yang tergabung dalam Komunitas Studi Konservasi Alam (KSKA) melaksanakan sahur di puncak Gunung Sibayak yang terletak di Kabupaten Karo.

Sibayak berasal dari bahasa Karo yang berarti banyak. Itu sebabnya banyak puncak yang bisa dilihat dari atas gunung dengan ketinggian 2.212 meter di atas permukaan laut (MDPL) ini.

Anggota KSKA Abdul Gafur Simatupang mengatakan, ada banyak akses menuju puncak Sibayak. Di antaranya Desa Semangat Gunung, di mana pendaki akan melewati pemandian air panas. Kemudian dari Berastagi, Sibolangit, serta Desa Barak Kancil di Kabupaten Langkat.

"Semua jalur tersebut memiliki tingkat kesulitan yang berbeda, dengan jarak dan waktu tempuh yang berbeda pula," kata Gafur kepada Liputan6.com, Medan, Sumatera Utara, Minggu (11/6/2017).

Karena sedang menjalankan ibadah puasa, Gafur bersama rekan-rekannya memilih melalui Desa Semangat Gunung. Selain tidak membutuhkan waktu tempuh yang lama, juga lebih mudah dilewati, sehingga sangat cocok bagi pendaki pemula.

Dari Medan Gafur berama teman-temannya menggunakan sepeda motor menuju pos pendakian yang berada di Desa Semangat Gunung, selama kurang lebih 2,5 hingga tiga jam.

"Setelah sampai di pos pendakian, kami menitipkan sepeda motor lalu bergegas untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak. Dari pos pendakian ke puncak membutuhkan waktu dari 45 menit sampai 1,5 jam," kata dia.

Kemudian, Gafur bersama rekan-rekannya yang berjumlah tujuh orang itu tiba di puncak Gunung Sibayak pukul 02.30 WIB, dini hari. Mereka langsung mendirikan tenda dan segera menyiapkan makanan untuk sahur.

"Setelah memasak, kami mulai menyantap makanan dengan lahap sambil menahan dinginnya udara sejuk ala puncak gunung," ujar Gafur.

Setelah makan sahur, mereka menunaikan salat subuh berjamaah dan melanjutkan menikmati keindahan sunrise di atas puncak Gunung Sibayak yang membuat Gafur bersama teman-temannya takjub akan kebesaran Sang Pencipta. 

"Rasa takjub tersebut menjadikan kami orang-orang yang selalu percaya kepada-Nya, selalu bersyukur kepada-Nya dan selalu mendekatkan diri dengan-Nya," ungkap Gafur.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya