Berangan-angan, Bolehkah Dalam Islam?

Manusia tentu punya harapan untuk diwujudkan.

diperbarui 13 Jun 2018, 19:20 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2018, 19:20 WIB
Doa Menjemput Lailatul Qadar di Yerusalem
Muslim Palestina memanjatkan doa sambil menunggu Lailatul Qadar di luar Dome of the Rock, kompleks masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem, Senin (11/6).Malam Lailatul Qadar juga disebut malam yang lebih baik daripada malam seribu bulan. (AFP/AHMAD GHARABLI)

Jakarta Setiap orang tentu punya keinginan. Mereka berharap keinginan terkabul.

Sayangnya, terkadang ada orang yang menyindir mereka yang berangan-angan tinggi. Alhasil, mereka tidak berani mewujudkan mimpinya. 

Bagaimana Islam memandang orang yang berangan-angan?

Dikutip dari konsultasi syariah, Islam tidak melarang orang berangan-angan. Asalkan, angan-angan tersebut untuk kebaikan.

Dalam hadis riwayat Ibnu Hibban dan Thabarani, dari Aisyah RA, Rasulullah SAW bersabda,

"Ketika kalian berangan-angan, perbanyaklah… karena sejatinya dia sedang meminta Rabb-nya subhanahu wa ta’ala."

Al Baghawi dalam kitab Syarh As Sunah menjelaskan mengenai hadis di atas.

"Ini berlaku bagi orang yang berangan-angan sesuatu yang mubah, terkait perkara dunia atau akhiratnya, agar dia jadikan tempat bergantungnya kembali kepada Allah, doanya kepada Allah, meskipun angan-angannya sangat besar. Allah berfirman (yang artinya), 'Mintalah kepada Allah karunia-Nya'."

Salah satu bentuk angan-angan baik yaitu berharap bisa beramal sholeh. Hal ini seperti tercantum dalam hadis riwayat Ahmad, Bukhari, dari Ibnu Mas'ud RA, dari Rasulullah SAW.

"Tidak boleh ada hasad kecuali untuk 2 orang, orang yang diberi harta oleh Allah, lalu dia gunakan harta itu untuk membela kebenaran. Yang kedua, orang yang diberi ilmu oleh Allah, lalu dia memutuskan perkara berdasarkan ilmu agamanya dan dia mengajarkannya."

Sumber: Dream.co.id

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya