Calon Jemaah Haji Diharapkan Jadi Peserta BPJS Kesehatan

Dengan terlindungi BPJS kesehatan dinilai bisa memberikan adanya jaminan kesehatan bagi para calon jemaah haji,

oleh Nurmayanti diperbarui 26 Apr 2019, 09:52 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2019, 09:52 WIB
Jemaah Haji yang sakit
Jemaah Haji yang sakit (Liputan6.com/Muhammad Ali)

Liputan6.com, Jakarta - Para calon jemaah haji diharapkan bisa mendaftarkan diri menjadi peserta Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sebelum berangkat ke Tanah Suci. Setiap tahun, calon jemaah haji yang terdaftar pada jaminan kesehatan ini terus meningkat.

"Tahun demi tahun semakin bagus proporsinya semakin baik yang memiliki BPJS. Saya berharap kalau bisa menjadi syarat juga pelunasan jemaah itu harus jadi anggota BPJS," ujar Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eka Jusup Singka di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, seperti dikutip Jumat (26/4/2019).

Dengan terlindungi BPJS kesehatan dinilai bisa memberikan adanya jaminan kesehatan bagi para calon jemaah haji, ketika di Tanah Suci maupun di Indonesia.

Tak sebatas calon jemaah haji, para petugas juga dihimbau mendaftarkan dirinya menjadi peserta BPJS Kesehatan. "Jadi universal coverage negara, keamanan kesehatan jemaah juga akan bagus. Petugas juga harusnya punya asuransi BPJS Kesehatan," tutur dia.

Dia juga menghimbau calon jemaah haji 2019  mulai mempersiapkan diri sebelum berangkat ke Tanah Suci. Dengan persiapan sejak awal, jemaah diharapkan bisa menjalani ibadah dengan khusyuk dan lancar.  

Persiapan jemaah haji dimulai dengan memeriksakan kesehatan dengan baik. Ini untuk memastikan kondisi fisik sebenarnya.

Imbauan lain, calon jemaah haji diharapkan mulai berolah raga, minimal 3 kali dalam seminggu. Olah raga agar jemaah terbiasa beraktivitas fisik yang akan banyak dilakukan di Tanah Suci.

"Lakukan olah raga seperti senam bersama seminggu minimal 3 kali, jalan 30 menit pagi dan sore atau jalan biasa," ujar dia.

Selain itu, jemaah harus menjaga pola makan, yang menyesuaikan dengan kondisi fisik atau penyakit yang mereka derita. Serta perbanyak minum air minimal 2 liter sehari.

Tak lupa melakukan vaksin wajib, yakni meningitis untuk menjaga kekebalan tubuh. "Kalau untuk vaksin lain sifatnya sunah," tambah dia.

Tak hanya di dalam negeri, saat tiba di Tanah Suci, calon jemaah haji juga harus menjaga kesehatan. Serta menghindari kontak langsung dengan unta guna menghindari penyakit MERS-Cov.

"Sebaiknya jangan selfie, takut ada penularan karena biasanya kegiatan Umrah dan Haji dimulai dengan hubungan wisata ke tempat itu (onta)," kata dia.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Calon Jemaah Haji Tertua dan Termuda

Jemaah haji tertua dari Indonesia yang berusia 104 tahun mencuri perhatian Raja Salman. (Saudi Press Agency)
Jemaah haji tertua dari Indonesia yang berusia 104 tahun mencuri perhatian Raja Salman. (Saudi Press Agency)

Dua orang tercatat menjadi calon jemaah haji termuda dan tertua yang berangkat pada musim haji 2019. Keduanya merupakan perempuan dan berasal dari dua daerah.

Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama (Kemenag) Nizar menyebutkan, calon jemaah haji termuda berasal dari Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, bernama Putri.

"Dia berumur 17 tahun. Namanya Putri dan dia ini sudah menikah," jelas dia saat menjadi nara sumber Pembekalan Terintegrasi Petugas Haji Arab Saudi Tahun 1440H/2019M di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Rabu (24/4/2019).

Karena status yang sudah menikah, putri meski baru berumur 17 tahun tetap berhak pergi beribadah haji ke Tanah Suci.

Sementara calon jemaah haji tertua berasal dari Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Perempuan bernama Rahma Alhasin ini tercatat berumur 105 tahun.

Nizar mengatakan, kemungkinan akan menyiapkan petugas khusus untuk menemani jemaah haji tertua ini. Berkaca dari pengalaman sebelumnya, jemaah haji tertua kerap mendapatkan keistimewaan dari Pemerintah Arab Saudi.

Layanan istimewa dari Pemerintah Arab Saudi seperti adanya penjemputan khusus, pengawalan bahkan ikut menjadi sorotan media setempat. 

"Tahun kemarin jemaah haji tertua tak bisa bahasa Indonesia, jadi harus ada pendamping yang mendampingi satu orang satu, yang tahu bahasa lokal dan tahu bahasa Arab," dia menandaskan.

Adapun pada tahun ini, Indonesia mendapatkan kuota haji sebesar 231 ribu dari Pemerintah Arab Saudi. Dari jumlah tersebut, 10 ribu merupakan kuota tambahan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya