Masjid Jami Matraman, Tempat Sukarno Salat Jumat Usai Proklamasi

Awalnya, Masjid Jami Matraman berfungsi tidak hanya sebagai tempat ibadah, melainkan juga markas pasukan Mataram Islam.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Mei 2019, 00:40 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2019, 00:40 WIB
[Bintang] Masjid Jami Matraman
Masjid Jami Matraman. (Deki Prayoga/Bintang.com)

Liputan6.com, Jakarta Matraman adalah nama sebuah kawasan di Jakarta Pusat. Nama Matraman disematkan lantaran kawasan ini pernah menjadi basis perjuangan prajurit Mataram Islam dalam merebut Batavia dari tangan VOC.

Di kawasan itu berdiri masjid bernama Masjid Jami Matraman. Masjid ini menyimpan sejarah panjang berdirinya Republik Indonesia.

Masjid Jami Matraman terletak di Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, dibangun pada 1820. Kala itu, fungsinya tidak hanya sebagai tempat ibadah, melainkan juga markas pasukan Mataram Islam berbentuk gubuk atau musala.

Dikutip dari Dream, "Musala itu dibangun oleh prajurit Mataram yang dikirim oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo yang berupaya merebut Batavia (Jakarta) dari Belanda," ujar Pengurus Masjid Jami Matraman, H Samsudin.

Seiring berjalannya waktu, Sultan Agung ingin mengubah musala yang semula berupa gubuk menjadi bangunan permanen. Kemudian Sultan Agung meminta bantuan kepada keluarga Sunan Kalijaga untuk proses pembangunannya.

Dikutip dari situsbudaya.id, pada tahun 1837 dua orang generasi baru keturunan Mataram yang lahir di Batavia, H. Mursalun dan Bustanul Arifin (keturunan Sunan Kalijaga) memelopori pembangunan kembali tempat ibadah itu. Setelah selesai pembangunannya, masjid ini diberi nama Masjid Jami’ Mataraman Dalem. Yang artinya masjid milik para abdi dalem (pengikut) Kerajaan Mataram. Dipilihnya nama itu dimaksudkan sebagai penguat identitas bahwa masjid itu didirikan oleh masyarakat yang berasal dari Mataram. Namun, seiring perubahan zaman dan perbedaan dialek, nama Masjid Mataram pun berubah nama menjadi Masjid Jami Matraman.

Upaya perlawanan merebut Batavia tidak berhasil. Sebagian prajurit akhirnya memutuskan untuk tinggal dan menjadi pendakwah. Masjid tersebut kemudian mulai berfungsi sebagai pusat dakwah.

Saksikan video menarik di bawah ini:

Mengalami renovasi

[Bintang] Masjid Jami Matraman
Masjid Jami Matraman. (Deki Prayoga/Bintang.com)

Bertahun-tahun kemudian, masjid ini tidak mengalami renovasi. Baru pada tahun 1930, Masjid Jami Matraman dibangun kembali oleh warga sekitar, diketuai oleh Nyai Patiloy, seorang arsitek asal Ambon. Bahkan, tokoh perjuangan H Agus Salim pun terlibat dalam renovasi masjid tersebut.

Peran Masjid Jami Matraman dalam catatan sejarah Indonesia tidak berhenti sampai di situ. Masjid Jami Matraman turut menghiasi kisah sejarah kemerdekaan Republik Indonesia.

Masjid ini menjadi saksi bisu digelarnya salat Jumat pertama setelah Indonesia merdeka. Setelah Sukarno membacakan naskah proklamasi di kediamannya Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, ia segera menuju masjid ini bersama sejumlah tokoh untuk menjalankan salat Jumat.

"Setelah Presiden Sukarno selesai bacakan proklamasi, langsung Beliau jalan kaki ke sini. Ada juga Bung Hatta dan juga pejuang yang lain," ucap dia.

Setelah merdeka, masjid tersebut mengalami renovasi pada 1955 hingga 1960. Renovasi kembali dijalankan pada 1977.

Kini, Masjid Jami Matraman berdiri kokoh. Bangunannya terlihat sangat indah dan mewah, dengan tiga lantai yang berfungsi sebagai tempat ibadah dan pendidikan.

Bahkan di bulan Ramadan seperti sekarang ini, di pelataran Masjid Jami Matraman ramai dengan para pedagang takjil. Mereka berjualan mulai dari lupis, gorengan, hingga makanan khas daerah lainnya. Dijamin suasana ngabuburit di Masjid Jami Matraman tak akan membosankan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya