Melatih Kesabaran bersama Pemancing Ramadan Sungai Brantas

Di Jembatan Lama yang di bawahnya mengalir Sungai Brantas, belasan orang tiap malam Ramadan memancing, melatih kesabaran.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 27 Mei 2019, 18:20 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2019, 18:20 WIB
Komunitas Pemancing Sungai Brantas
Di Jembatan Lama yang di bawahnya mengalir Sungai Brantas, belasan orang tiap malam Ramadan memancing, melatih kesabaran. (Liputan6.com/ Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Kediri - Cuaca dingin dan hembusan angin malam yang bertiup begitu kencang, tidak menyurutkan niat bagi pada pemancing yang ada di jembatan lama Kota Kediri Jawa Timur untuk tetap menunggu kail umpanya dimakan oleh ikan.

Pemancing yang hanya muncul saat Ramadan ini kerap menghabiskan waktunya untuk berburu ikan di Sungai Brantas. 

Salah seorang pemancing, Santo (29) warga Kelurahan Lirboyo Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur mengatakan, mancing adalah hobi untuk melatih kesabaran. Ia beserta empat orang temanya, sejak awal Ramadan hingga sekarang selalu datang ke jembatan lama Kota Kediri untuk memancing.

Kegiatan memancing ini ia lakukan setelah selesai salat tarawih pukul 21.00 WIB. Menjelang waktu sahur sekitar pukul 02.00 dini hari, ia memutuskan untuk pulang ke rumah memasak hasil pancingan ikan untuk menu sahur.

"Hitung-hitung sambil menunggu datangnya waktu sahur, mas. Lumayan dapat ikan bisa digoreng buat menu lauk sahur," kata pemuda yang keseharinya bekerja sebagai kuli batu ini, Senin (27/5/2019) dini hari.

Santo menilai, memancing di alam terbuka, memiliki tantangan tersendiri jika dibandingkan mancing di kolam. "Kalau di kolam kan, ikanya diisi oleh pemiliknya. Kalau di sini kan tidak, kita harus sabar menunggu. Syukur kalau dapat ikan, kalau nggak dapat ikan mungkin belum beruntung," ucapnya.

Dari empat kali memancing selama bulan suci Ramadan, Santo mengaku tiga kali mendapatkan ikan, sementara satu lainya tidak dapat apa-apa. Ikan yang didapat hasil mancing bervariatif, di antaranya Cendil, Bader, dan Rengkik.

Umpan yang digunakan untuk memancing juga bervariasi antara lain gorengan ote-ote, buah pisang, atau sate ayam.

"Setiap jenis ikan memiliki kesukaan makanan masing-masing, persis kayak kita manusia. Kalau ikan Pating biasanya suka sama pisang dan gorengan ote-ote," ujarnya.

Meski satu kali pernah gagal tidak mendapatkan pancingan ikan sama sekali, baginya hal itu bukanlah masalah. Ia menganggap mancing adalah hobi sekaligus hiburan.

Sebelum berangkat memancing, Santo lebih dulu menyiapkan segala keperluan yang digunakan. Alat pancing yang digunakan memiliki panjang dua setengah meter. Alat pancing tersebut ia beli seharga Rp 250 ribu.

"Sebelum berangkat, kita siapkan semuanya. Kebetulan teman - teman ini juga sama hobinya. Biasanya berangkat beramai-ramai," kata pemuda yang menyukai kegiatan memancing sejak 2005 ini.

Santo mengemukakan alasanya, kenapa ia bersama para temanya yang lain lebih suka memancing di Sungai Brantas di atas jembatan lama, dikarenakan selain lokasinya yang sangat dekat dengan rumah, di sini ia juga merasa nyaman bisa bersantai sambil melihat keramaian lalu lalang kendaraan melintas di jembatan baru yang baru saja selesai pembangunannya.

"Di samping itu, di sini kan juga ada taman Brantas, jadi kalau posisi diatas bisa melihat keramaian, mancing sekalian cari hiburan," ucapnya.

Diketahui jembatan lama yang biasa dibuat mangkal bagi warga yang hobi memancing ini merupakan bangunan cagar budaya, peninggalan buatan zaman Belanda. Jembatan itu diperkirakan berusia 150 tahun.

Jembatan lama ini secara kontruksi ditambahi dengan kayu dibagian tepi jembatan. Kayu yang cukup kering membuat jembatan ini sering terbakar ketika terkena api puntung rokok.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya