Coca-Cola Rilis Edisi Perdana Spesial Ramadan di Norwegia

Coca-Cola merilis edisi khusus Ramadan untuk pertama kalinya di Norwegia.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 29 Mei 2019, 00:20 WIB
Diterbitkan 29 Mei 2019, 00:20 WIB
Ilustrasi coca-cola (AFP/Justin Sullivan)
Ilustrasi coca-cola (AFP/Justin Sullivan)

Liputan6.com, Oslo - Untuk pertama kalinya, Coca Cola merilis debut promosi spesial Ramadan untuk produk minuman berkarbonasinya di Norwegia sejak awal Mei lalu.

Rangkaian produk khusus tersebut tetap hadir dalam kemasan warna merah yang khas, namun dengan tambahan simbol bulan sabit yang menandakan semangat puasa Ramadan.

Dikutip dari situs Daily Sabah pada Selasa (28/5/2019), penambahan logo bulan sabit dan pesan bernada Islami adalah yang pertama dilakukan di kawasan Skandinavia.

Tidak ada alasan spesifik, menurut perwakilan Coca-Cola Norwegia, kecuali bahwa mereka ingin memberi warna baru pada semangat multikulturalisme yang dibanggakan oleh bangsa Norwegia.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram

Reklame: God Ramadan! Det som forener oss er større enn det som skiller oss. 🎉

Sebuah kiriman dibagikan oleh Coca-Cola Norge (@cocacolano) pada

Coca-Cola memiliki tradisi panjang dalam menghadirkan edisi khusus Natal di Norwegia, dan tahun ini, perusahaan itu mengatakan ingin merayakan semaraknya Ramadan bersama Muslim setempat.

"Di negara-negara Muslim, kami memiliki sejarah panjang dalam mengamati Ramadan, sama seperti di negara ini, dengan tradisi kampanye komersial saat Natal," kata Johanna Kosanovic, kepala pemasaran Coca-Cola di Norwegia kepada surat kabar Dagbladet.

"Kami ingin menunjukkan komitmen yang jelas terhadap keanekaragaman, dan betapa pentingnya (hal itu) bagi masyarakat," lanjutnya bangga.

 

 

Sempat Menuai Sentimen Negatif

Deviated product (8)
Coca-Cola. (Sumber iStock Photo)

Meski begitu, keputusan Coca-Cola menuai kritik dari beberapa pihak, terutama terkait sentimen anti-Muslim dan anti-imigran.

Bahkan, ada sekelompok kecil kalangan konservatif yang menyerukan aksi boikot terhadap Coca-Cola, meski pada akhirnya kurang didengar oleh warga lokal, lapor beberapa media setempat.

Laporan tersebut menambahkan bahwa banyak warga Norwegia yang memuji kampanye Coca-Cola bertema Ramadan, yang menurut mereka, sangat mendukung keragaman di negara mayoritas penganut Protestan itu.

Politikus Partai Buruh --yang merupakan seorang Muslim-- Fatima Almanea menyebut kampanye itu "sangat positif."

"Kita dapat melihatnya sebagai bagian dari perlakuan yang sama. Dan kemudian kita juga bisa berharap itu meningkatkan rasa ingin tahu dan kesadaran terhadap citra positif Islam," kata Almanea kepada Dagbladet.

Nina Marianne Iversen, seorang profesor pemasaran dan pencitraan merek di Norwegian Business School (BI), mencatat bahwa logo Ramadan, walaupun tentu saja merupakan pesan inklusif yang berani, pada dasarnya merupakan kampanye iklan.

Dia mengatakan kampanye itu ditujukan bagi umat Islam yang menjalankan ibadah puasa, untuk mengingatkan mereka agar menegu Coca-Cola saat berbuka setelah Matahari terbenam.

Pertumbuhan Muslim Tercepat di Skandinavia

Cara Peselancar Nikmati Keindahan Aurora di Norwegia Utara
Seorang surfer membawa papannya melihat Cahaya Utara atau aurora borealis di Utakleiv, Norwegia utara (9/3). Biasanya aurora terjadi di daerah di sekitar kutub Utara dan kutub Selatan magnetiknya. (AFP/Olivier Morin)

Norwegia adalah negara dengan pertumbuhan komunitas Muslim tercepat di kawasan Skandinavia, di mana kini jumlahnya mencapai 5,7 persen dari total populasi 5,2 juta jiwa.

Meski terbilang kecil dibandingkan dengan negara-negara utama di Eropa lainnya, seperti Inggris dan Prancis, namun pihak Coca-Cola mengatakan bahwa itu tetap menjadi peluang baik untuk menyampaikan pesan keberagaman yang telah lama diusungnya.

Kosanovic mengatakan Coca-Cola mengantisipasi serangan kritik, tetapi percaya "sebagian besar" orang Norwegia berbagi nilai-nilai inklusi budaya mereka.

"Kami percaya sebagian besar berbagi nilai-nilai kami, seperti pentingnya komunitas dan kegembiraan. Jadi kami mengerti bahwa tidak semua orang akan menyukai sikap kami dalam mengambil sikap aktif dalam inklusi budaya. Tidak apa-apa," kata Kosanovic kepada Dagbladet.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya