Laris Manis Parsel Lebaran di Tengah Pandemi Covid-19

Meski sedang dilanda pandemi Covid-19, penjualan parsel di Kota Bandung masih terbilang ramai.

diperbarui 26 Apr 2021, 12:00 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2020, 07:00 WIB
FOTO: Pandemi COVID-19, Omzet Pedagang Parsel Lebaran Anjlok
Pedagang menata isi parsel di Barito, Jakarta, Rabu (13/5/2020). Di tengah pandemi virus corona COVID-19, para pedagang mengaku penjualan parsel Lebaran menurun hingga 80 persen dari tahun sebelumnya. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Bandung - Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, setiap kali menjelang perayaan Idul Fitri,  sejumlah ruas jalan di Kota Bandung mulai diramaikan dengan penjual parsel musiman. Meskipun tengah dilanda pandemi Covid-19, ternyata animo masyarakat membeli parcel masih cukup besar.

“Untuk tahun ini sendiri, sampai hari ini stok kami sudah habis, itu pun karena stoknya memang diturunkan mengingat pandemi ini pasti berdampak pada permintaan parcel. Namun ternyata masih banyak permintaan dan masih bisa diproduksi lagi,” kata April,  salah seorang pedagang parsel seperti dikutip Ayobandung.com, Sabtu (16/5/2020).

Meski tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya, April mengakui ada adanya penurunan omzet penjualan parsel hingga 30 persen. “Untuk angka sendiri sampai saat ini kurang lebih 30% menurun, tapi belum pasti karena menunggu penjualan ini selesai (sampai lebaran),” terangnya.

Pada Ramadan 2019, kata dia, ratusan stok parcel yang diproduksi sudah ludes terjual empat hari sebelum lebaran. Sehingga banyak pesanan parsel tidak dapat terpenuhi karena keterbatasan bahan baku.

“Tahun lalu 4 hari sebelum lebaran kami sudah kehabisan barang. Sehingga banyak pesanan yang tidak bisa kami penuhi. Maksudnya setelah barang habis, permintaan masih tinggi sampai hari-H. Jumlah kasarnya ratusan parcel keluar. Sampai-sampai kami kekurangan armada pengiriman sehingga memanfaatkan alternatif transportasi online untuk pengantaran parcel,” ungkap April.

Perihal harga, April sengaja tidak memasang harga tinggi, yaitu dengan kisaran harga mulai dari Rp100 ribu sampai dengan Rp1.650.000. Sebab, April tidak ingin konsumennya semakin menurun akibat harga yang terlalu mahal.

“Saya sendiri karena berjualan online, saya masih memegang harga sesuai katalog, dan siapa cepat dia dapat saja, Karena kalau saya pasang harga tinggi, konsumen bisa langsung beralih ke penjual lain,” ungkap April.

Simak video pilihan berikut:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya