Liputan6.com, Jakarta - Tim Unifikasi Kalender Hijriah Kementerian Agama, duta besar negara sahabat, dan perwakilan ormas Islam menggelar Sidang Isbat di Auditorium HM Rasjidi Gedung Kemenag, Jakarta, Jumat (1/4/2022). Sidang Isbat dilakukan untuk menentukan kapan awal puasa 2022 atau 1 Ramadan 1443 H.
Perwakilan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga dilibatkan dalam Sidang Isbat yang dilakukan secara hybrid, mengingat situasi masih pandemi Covid-19 ini.
Baca Juga
Top 3 Islami: 1 Dosa yang Membuat Ibadah Sia-Sia di Hari Kiamat, Cara Dapat Rezeki Tak Diduga Berdasar Al-Qur'an
Siapa Ahli Ibadah yang Pahalanya Habis di Hari Kiamat? Buya Yahya dan Ustadz Khalid Ungkap Golongannya
3 Golongan Manusia yang Masuk Surga dengan Sangat Mudah Tanpa Hisab, Bagaimana Kita?
Menurut Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Adib, sidang Isbat akan mempertimbangkan informasi awal berdasarkan hasil perhitungan secara astronomis (hisab) dan hasil konfirmasi lapangan melalui mekanisme pemantauan atau rukyatul hilal.
Advertisement
Secara hisab, semua sistem sepakat bahwa ijtimak menjelang Ramadhan jatuh pada Jumat 1 April 2022 M atau bertepatan 29 Syakban 1443 H sekitar pukul 13.24 WIB. "Pada hari rukyat, 29 Syakban 1443 H, ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia sudah di atas ufuk, berkisar antara 1 derajat 6,78 menit sampai dengan 2 derajat 10,02 menit," jelas Adib di Jakarta.
Kemenag telah menetapkan 101 lokasi titik rukyatul hilal di seluruh Indonesia. Rukyatul hilal tersebut akan dilaksanakan oleh Kanwil Kementerian Agama dan Kemenag Kabupaten/Kota, bekerjasama dengan Peradilan Agama dan Ormas Islam serta instansi lain, di daerah setempat.
"Hasil rukyatul hilal yang dilakukan ini selanjutnya akan dilaporkan sebagai bahan pertimbangan Sidang Isbat Awal Ramadan 1443 H," ungkap Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag, Adib.
Hilal di Papua Tak Terlihat
Hilal untuk penetapan 1 Ramadhan yang dilakukan Kementerian Agama Provinsi Papua tak terlihat karena terhalang mendung. Pemantauan dilakukan sekitar pukul 17.47 WIT atau setelah 7 menit matahari tenggelam di Pantai Lampu Satu Merauke.
Ketua Tim Hisab Rukyat Papua H Husnul Yaqin menuturkan mendung menghalangi pemantauan hilal untuk penetapan 1 Ramadhan 1443 H. "Pemantauan kami pada 1 derajat 19 menit dan tak bisa dilihat karena mendung," jelasnya.
Husnul menjelaskan perbedaan awal Ramadhan acapkali menimbulkan kebingungan bagi masyarakat, bahkan hingga klaim lebih benar satu sama lain dalam waktu pelaksanaan puasa Ramadhan hari pertama. Perbedaan kapan 1 Ramadhan dikarenakan adanya perbedaan metode dalam menetapkannya. Dikenal dua metode atau cara dalam penetapan 1 Ramadhan. Demikian halnya dalam penetapan 1 Syawal atau 1 Muharram. Metode itu adalah hisab dan rukyat.
"Hisab adalah penetapan dengan ilmu, dengan menghitungnya. Sedangkan rukyat adalah dengan melihat wujud bulan baru atau hilal menggunakan alat bantu baik teropong ataupun teleskop," demikian dipaparkan akademisi yang juga menjabat sebagai Direktur Program Pascasarjana IAIN Fattahul Muluk ini.
Hal ini, imbuhnya, mewakili 2 tafsir atas hadist Rasulullah SAW, yang artinya, "Berpuasalah kamu karena melihat hilal (bulan) dan berbukalah kamu karena melihat hilal. Jika terhalang maka genapkanlah (istikmal) 30 hari".
Metode hisab di Indonesia utamanya dipegang oleh ormas Muhammadiyah. Sedangkan, metode rukyat dipedomani oleh ormas Nahdlatul Ulama. "Untuk menjembatani bahkan menyatukan perbedaan tersebut, pemerintah melalui Kementerian Agama menyelengarakan sidang isbat," Husnul menandaskan.
Advertisement
Hilal Teramati di Mamuju Masih di Bawah 2 Derajat
Tim Rukyat Hilal Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Sulawesi Barat melakukan pemantauan hilal (rukyatul hilal) untuk penetapan awal Ramadan 1443 Hijriah/2022 Masehi. Rukyatul hilal itu bertempat di Tanjung Mercusuar, Desa Sumare, Kecamatan Simboro, Kabupaten Mamuju.
Kakanwil Kemenag Sulawesi Barat Muflih B Fattah, mengatakan, posisi hilal berdasarkan pengamatan di Mamuju berada di posisi 1 derajat 46 menit. Sementara berdasarkan kesepakatan bersama empat negara, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam imkanur rukyah berada di posisi 3 derajat. "Cuaca cukup cerah sedikit berawan dan posisi hilal tidak dapat teramati, karena umur ketinggian hilal masih kecil. Hilal sementara di atas 1 derajat 41 menit pada jam 18.10 Wita," kata Muflih kepada Liputan6.com, Jumat (01/4/2020).
Sehingga, menurut Muflih, kemungkinan besar umat Islam akan melaksanakan salat tarawih pada Sabtu 2 April dan Minggu 3 April baru berpuasa. Namun, umat Islam diminta untuk menunggu pengumuman resmi awal Ramadhan dari Kemeterian Agama yang akan melakukan sidang isbat.
"Hasil pemantauan ini akan segera kita laporkan ke Kementerian Agama, karena saat ini mereka sedang menunggu laporan hasil pemantauan hilal dari 101 titik di 34 provinsi," jelas Muflih.
Muflih berharap, sebagai umat beragama meskipun ada perbedaan penetapan awal Ramadhan tahun ini, dapat dilaksanakan dengan khusyuk. Apalagi pada tahun ini, maski pandemi Covid-19 masih berlangsung, tetapi umat Islam diberikan kelonggaran dalam melaksanakan ibadah.
"Untuk tahun ini kita sudah bisa dilonggarkan melaksanakan salat Tarawih, Tadarus di Masjid, dan salat Idul Fitri, tetapi tetap mengacu pada penerapan protokol kesehatan Covid-19," tutup Muflih.
Hilal di Makassar Terhalang Cuaca Buruk
Pemantauan hilal awal Ramadhan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, yang digelar pada Jumat (1/4/2022) sore, tidak berjalan lancar. Hal itu disebabkan cuaca buruk yang terjadi di kota berjuluk Kota Daeng itu.
Tim pemantau hilal yang terdiri dari pihak Kementerian Agama wilayah Sulawesi Selatan bersama Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Makassar tidak dapat melihat hilal di bawah dua derajat.
"Kita pakai metode hisab dan rukyat. Kalau hisab dari BMKG posisi hilal berada di 1,45. Sementara ini kita tunggu hasil dari pemantauan hilal. Tapi, kondisi saat ini hujan semoga ada hasil," kata Kabid Urusan Agama Islam Kemenag Sulsel, M Tonang M Tonang di lokasi.
Tonang menjelaskan, meski pemantauan hilal di Kota Makassar tidak berjalan seperti apa yang diharapkan, pihaknya mengaku tetap akan meneruskan laporannya kepada Kementerian Agama RI.
"Yang pasti dari 145 titik pemantauan hilal di Indonesia, termasuk di Makassar tapi kondisinya hujan tentunya ada gangguan. Tapi tetap kita laporkan kondisinya dan hisab berada 1,45," pungkasnya.
Advertisement
Hilal Tidak Terlihat di Tarakan
Dari hasil pemantauan lapangan di Taman Berlabuh, Tarakan, Kalimantan Utara pada hari Jumat (1/4/2022) sore hilal tidak terlihat.
"Sesuai dengan umur bulan perhitungan 1 derajat 32 menit kemudian ditambah dengan kondisi ufuk berawan tidak bisa dilihat hilalnya," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tarakan, Sulam Khilmi. Saat pemantauan hilal, cuaca di ufuk berawan dan jauh di luar jangkauan.
Kegiatan yang rutin dilakukan tahun ini diikuti unsur BMKG Tarakan Kementerian Agama Kota Tarakan, dan perwakilan ormas Islam yang ada di Kota Tarakan. Hasil pengamatan ini akan dilaporkan pada sidang isbat yang digelar Pemerintah Pusat.
Sementara itu, Wali Kota Tarakan, Khairul menyampaikan bahwa perbedaan dalam penentuan awal Ramadhan adalah suatu hal yang lumrah. Dia mengatakan bahwa dalam rangka menyambut Ramadhan, Pemerintah Kota Tarakan telah mengeluarkan edaran.
"Tempat hiburan malam dan karaoke ditutup hingga H+2 bulan Ramadhan usai,” kata Khairul.
Secara Astronomis Hilal Tak Terlihat
Kementerian Agama masih menggelar Sidang Isbat (Penetapan) Awal Ramadan 1443 Hijriyah, di Auditorium HM Rasjidi Kantor Kementerian Agama Jakarta, Jumat (1/4/2022). Sidang yang diikuti perwakilan ormas Islam, perwakilan duta besar negara sahabat, serta jajaran Kemenag ini diawali dengan Seminar Posisi Hilal yang disampaikan pakar astronomi Profesor H. Thomas Djamaluddin.
Anggota Tim Unifikasi Kalender Hijriyah Kemenag Thomas Djamaluddin mengungkapkan, secara astronomis, posisi hilal di Indonesia pada saat Magrib 1 April 2022 masih berada di bawah kriteria baru MABIMS yang ditetapkan pada 2021, sehingga kemungkinan tidak dapat teramati.
"Di Indonesia, posisi hilal awal Ramadan 1443 H terlalu rendah sehingga hilal yang sangat tipis tidak mungkin mengalahkan cahaya syafak (senja), sehingga kemungkinan tidak terlihat," ungkap Thomas.
Kriteria baru MABIMS menetapkan bahwa secara astronomis, hilal dapat teramati jika bulan memiliki ketinggian minimal 3 derajat dan elongasinya minimal 6,4 derajat. Sementara menurut Thomas Djamaluddin, pada saat Maghrib 1 April 2022, posisi bulan di Indonesia tingginya kurang dari 2 derajat dan elongasinya sekitar 3 derajat.
"Hilal kemungkinan tidak teramati. Kalau ada yang mengklaim melihat hilal, dimungkinkan itu bukan hilal. Secara astronomi klaim itu bisa ditolak," ungkap Peneliti BRIN ini.
Maka, lanjut Thomas, jika data tersebut dikaitkan dengan potensi rukyatul hilal, secara astronomis atau hisab, dimungkinkan awal bulan Ramadan jatuh pada 3 April 2022.
Advertisement
PBNU Tetapkan Awal Puasa 3 April 2022
Ketua Umum PBNU Yahya Chalil Staquf mengumumkan, 1 Ramadhan 1443 jatuh pada 3 April 2022. Keputusan itu diambil karena berdasarkan pemantauan, hilal tidak terlihat.
"PBNU pada hari Jumat 1 April 2022 telah melakukan Ruykatul hilal di beberapa lokasi, yaitu 50 lokasi yang telah ditentukan di seluruh Indonesia dan berdasarkan laporan lembaga falakiyah PBNU di seluruh lokasi tidak berhasil terlihat hilal. Dengan demikian umur bulan Syaban 1443 H adalah 30 hari atau istikmal. Atas dasar itu dengan ini PBNU memberitahukan bahwa awal Ramadhan 1443 jatuh pada Ahad 3 April 2022 Masehi," ungkap Gus Yahya.
Hasil Sidang Isbat: 1 Ramadhan Jatuh pada 3 April 2022
Hasil Sidang Isbat yang digelar Kementerian Agama memutuskan 1 Ramadhan 1443 H jatuh pada Minggu 3 April 2022.
"Dari 101 titik pemantauan hilal, kesemuanya melaporkan tidak melihat hilal. Oleh karena itu, berdasarkan hisab hilal juga sudah di atas ufuk tapi belum memenuhi 3 derajat, maka secara mufakat 1 Ramadhan jatuh pada Ahad 3 April 2022," ujar Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.
Advertisement