Liputan6.com, Jakarta - Menjelang bulan Ramadhan 2022, layar televisi akan kembali dipenuhi dengan tayangan religi. Tren sinema religi yang mulai populer tahun 2010 ini, diperkirakan akan masih terus menghiasai layar bioskop dan televisi beberapa tahun mendatang.
CEO Bawana Entertainment Muchamad Nur Wachid mengatakan, tren tayangan religi masih akan mendominasi Ramadan 2022 di industri televisi dan perfilman. "Bedanya, jika dulu para kreator berusaha menembus karyanya ke bioskop atau minimal sebagai film indie yang disertakan dalam kompetisi," kata Muchamad Nur Wachid kepada pewarta di Jakarta, Sabtu, 2 April 2022.
"Maka saat ini saluran-salurannya jauh lebih banyak dan variatif, dan salah satunya adalah media sosial," kata praktisi perfiman ini, menambahkan.
Advertisement
Baca Juga
Sinematografi
Ia menjelaskan, sinematografi dalam arti luas adalah adalah seni pengambilan gambar bergerak dengan menggunakan berbagai teknik dan peralatan khusus untuk memvisualisasikan suatu cerita.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sinematografi adalah tenik perfilman atau suatu teknik pembuatan film. Istilah sinematografi sendiri merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, cinematography, dengan definisi yang kurang lebih sama.
Advertisement
Tak Diartikan Sempit
Penerapan ilmu sinematografi ini pun, menurut Muchamad Nur Wachid, sudah sangat berkembang di era sekarang ini, mulai dari SFX, pemodelan 3D, motion graphics dan lain sebagainya.
Karena itu, sinema relijius tidak bisa diartikan sempit seperti film-film layar lebar atau sinetron saja, tapi juga karya-karya sinema lainnya, seperti misalnya periklanan, dokumenter, variety show, reality show, kuis, social experiment, animasi, web series, dan sebagainya.
Konsep Dokumenter
Ia menyebut beberapa contoh karya sinema relijius berkonsep dokumenter adalah NET Documentary yang mengangkat kehidupan warga muslim di negara-negara Barat. Atau BBC Documentary yang memproduksi sejarah Islam di dunia dengan tayangan visual dan narasi yang menarik.
"Di Indonesia sendiri masih sedikit kreator sinema yang mencoba menggarap segmen selain film dan sinetron. Tentu ini adalah peluang yang masih sangat besar ke depannya," ujar Muchamad Nur Wachid.
Advertisement
Media Dakwah
"Jika kita perhatikan, banyak sekali film-film pendek di YouTube bertema relijius, termasuk juga tayangan-tayangan pendek di Instagram Reels. Sebagai media dakwah, film atau karya sinematik dalam bentuk apapun sekarang telah menemukan salurannya. Tidak bisa menembus layar lebar, bisa coba layar laptop atau layar gawai. Uniknya, para kreator juga bisa langsung dapat umpan balik dari penontonnya tanpa distorsi," lanjutnya.
"Tugas para sineas Indonesia, apapun nantinya bentuk karya yang dihasilkan selama bulan Ramadhan, adalah mengejewantahkan nilai-nilai relijius ke dalam sebuah tayangan yang menghibur. Tayangan yang bersifat monoton seperti kajian-kajian kitab mungkin masih menghadapi tantangannya tersendiri dalam mendapatkan perhatian penonton, namun di sinilah kreatifitas dituntut dari seorang sineas," kata Muchamad Nur Wachid.