Mengenang KH Zainal Mustafa, Tokoh NU dan Pejuang Islam Pertama Jawa Barat

Sejarawan KH Zainul Milal Bizawie atau akrab disapa Gus Milal mengatakan, di momen Ramadhan kali ini keteladanan Zainal Mustafa bisa menjadi tokoh inspiratif.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 11 Apr 2022, 06:49 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2022, 05:30 WIB
Sejarawan KH Zainul Milal Bizawie atau akrab disapa Gus Milal
Sejarawan KH Zainul Milal Bizawie atau akrab disapa Gus Milal dalam Talkshow Inspirasi Ramadhan BKN PDIP. (Foto: Istimewa).

Liputan6.com, Jakarta Sejarawan KH Zainul Milal Bizawie atau akrab disapa Gus Milal mengatakan, di momen Ramadhan kali ini keteladanan Zainal Mustafa, sang pemimpin sebuah pesantren di Tasikmalaya dan pejuang Islam pertama dari Jawa Barat bisa menjadi tokoh inspiratif.

Hal tersebut disampaikannya dalam Talkshow Inspirasi Ramadhan BKN PDIP mengambil tema Inspirasi Keteladanan KH. Zainal Mustafa.

"Beliau ini merupakan seorang tokoh yang saya kira sangat istimewa sekali, meskipun dikenal sebagai seorang ulama, tapi hatinya dia juga seorang petani, seorang marhaen, sehingga ia tidak nyaman jika para petani ditindas," kata Gus Milal.

Dia menjelaskan, nama KH. Zainal Mustafa dikenal semenjak ia kembali dari tanah suci Makkah usai menjalankan ibadah haji. Sebelumnya, beliau bernama Hudaemi setelah menunaikan ibadah haji pada 1927, nama Hudaemi kemudian berganti menjadi Zaenal Mustofa.

"Sejak remaja, dia kenyang dengan pendidikan agama. Hudaemi belajar ilmu agama di banyak pondok pesantren, khususnya di Jawa Barat," beber Gus Milal.

Gus Milal juga bercerita, KH. Zainal Mustafa pernah menjadi santri di Cilengah Tasikmalaya dan Sukamiskin serta bergaul dengan para ulama-ulama di zamannya. Sehingga ketika NU berdiri, pada 1933 dia diamanahkan untuk menjadi pengurus NU dan diangkat menjadi Wakil Rais Syuriah NU cabang Tasikmalaya.

"Kiyai Zainal Mustafa juga saya kira pernah bertemu dengan KH Wahid Hasyim saat kunjungan beliau ke pesantren Sukamiskin, sebab Pengasuh Pesantren Sukamiskin adalah alumni Tebuireng", lanjut Gus Milal.

 

Menjadi Incaran

Menurut sejarah, KH. Zainal Mustafa memiliki daya keiris yang tinggi terhadap kebijakan penjajah kolonial. Sehingga dirinya menjadi incaran Jepang.

Gus Milal bercerita, sikap kritisnya tidak hanya diucapkan melalui mimbar, namun juga dituangkan dalam berbagai aksi. Akibatnya, KH. Zainal Mustafa ditangkap dan dipenjarakan termasuk bersama KH Ruhiat pimpinan Pesantren Cipasung.

"Kiai Zainal Mustafa ini sudah lama diincar, karena memang sejak era Belanda, Kiai Zainal Mustafa ini sudah dikenal sebagai ulama yang berani melawan. Dan sikap ini berlanjut sampai era Jepang," papar Gus Milal.

Kiai Zainal juga dikenal sebagai pendekar yang memiliki amalan dan doa-doa dalam setiap tindakannya. Itulah yang menjadikan rakyat dan para santri tidak takut menghadapi Jepang meskipun hanya berbekal bambu runcing.

"Selain sebagai seorang ulama, Kiai Zainal Mustafa juga seorang pendekar. Selain tentu beliau memiliki banyak informan, dia juga memiliki amalan dan doa-doa. Hal inilah yang menjadikan para santri berani meskipun hanya berbekal bambu runcing," ungkap Gus Milal.

 

Sangat Berarti

Perlawanan rakyat yang digaungkan KH. Zainal Mustafa memiliki peran strategis dalam mendudukkan kembali hubungan dengan kolonial Jepang. Dia berani menjadi martir dalam upayanya melakukan perlawanan kepada Jepang.

"Meskipun perlawanan Kiai Zainal Mustafa berasal dari desa kecil, jauh dari Ibu Kota, akan tetapi resonansi dari perlawanan beliau inilah yang sangat berarti. Di saat kebijakan Nahdlatul Ulama menghindari terjadinya clash, Kiai Zainal Mustofa ini sangat berani," ungkap Gus Milal.

"Saat Jepang masuk ke Indonesia, memang pada awalnya mereka dekat dengan umat Islam dan jarang sekali terjadi kontak fisik. Perlawanan Kiai Zainal Mustafa menginspirasi para ulama lainnya untuk berani membela diri," lanjut Gus Milal.

Perlawanan rakyat Tasikmalaya yang dikomandoi oleh Kiai Zainal Mustafa telah menyadarkan para ulama agar menjadi garda terdepan dalam melakukan perlawanan terhadap kolonial Jepang.

"Dampak dari kejadian ini, Jepang akhirnya memiliki pandangan yang berbeda saat berhadapan dengan ulama, sehingga mereka kemudian lebih lembut saat berhadap dengan ulama kalau tidak mau terjadi seperti Kiai Mustofa ini," ungkap Gus Milal.

Di akhir obrolan Gus Milal berpesan agar kita dapat mengambil keteladanan dari seorang KH. Zainal Mustafa. Di mana seseorang diharapkan dapat berani mengambil sikap terhadap sesuatu yang menindas.

"Sebagaimana Kiai Zainal Mustafa yang berani melawan Jepang meskipun harus mengorbankan nyawanya," dia menutup.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya