Liputan6.com, Jakarta - Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan Lebaran 2022 atau Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1443 Hijriah jatuh pada Senin 2 Mei 2022.
Menurut Sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto, alasan penetapan Lebaran 2022 jatuh pada Senin 2 Mei dikarenakan sudah bisa melihat hilal 1 Syawal 1443 Hijirah.
"Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengimbau agar Sholat Idul Fitri dan segenap rangkaiannya, seperti takbiran, pelaksanaan zakat fitrah, dan lain sebagainya dapat diselenggarakan dengan khusyuk dan saksama," ujar Agung melansir Antara, Senin 25 April 2022.
Advertisement
Baca Juga
Agung menegaskan, seluruh pelaksanaan rangkaian perayaan ibadah Idul Fitri 1443 Hijriah, wajib dilakukan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan (prokes), misalnya menggunakan masker dan lain sebagainya.
"Kesempatan Hari Raya Idul Fitri harus dimanfaatkan untuk menjaga solidaritas dan memperkuat silaturahim," ucap Agung.
Lalu bagaimanakah dengan Pemerintah? Apakah Lebaran 2022 atau Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1443 Hijriah akan jatuh sama dengan Muhammadiyah?
Rupanya menurut Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama (Dirjen Bimas Islam Kemenag) Kamaruddin Amin, posisi hilal di Indonesia saat sidang isbat awal Syawal 1443 Hijriah mendatang, sudah memenuhi kriteria baru yang ditetapkan Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).
Sehingga menurut Kamaruddin, kemungkinan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1443 Hijriah, Pemerintah dan Muhammadiyah akan bersamaan, yakni tepat pada 2 Mei 2022.
"Ada kemungkinan (bersamaan), tapi tetap menunggu hasil sidang isbat," kata Kamaruddin saat dihubungi merdeka.com, Senin 25 April 2022.
Kamaruddin menambahkan, pemerintah tetap akan menyelenggarakan Sidang Isbat, pada 1 Mei 2022.
Dia menjelaskan, metode hisab dan rukyat akan dipresentasikan oleh Tim Unifikasi Kalender Hijriyah yang selanjutnya menunggu laporan rukyat dari seluruh Indonesia.
"Sidang Isbat 1 Mei," tutup Kamaruddin.
Lantas, bagaimana bisa kita ikut puasa Ramadhan belakangan bareng pemerintah, tetapi lebarannya bareng Muhammadiyah pada 2 Mei 2022?
Bagaimana Bisa?
Dijelaskan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama (Dirjen Bimas Islam Kemenag) Kamaruddin Amin, Kementerian Agama akan menggelar sidang isbat (penetapan) 1 Syawal 1443 H pada Minggu, 1 Mei 2022 petang.
Sidang yang akan berlangsung di Auditorium HM Rasjidi Kementerian Agama ini didahului proses pengamatan hilal yang dilakukan di 99 titik lokasi di seluruh Indonesia.
Dirjen Bimas Islam Kemenag, Kamaruddin Amin menyatakan, secara hisab posisi hilal di Indonesia saat sidang isbat awal Syawal 1443 H mendatang, sudah memenuhi kriteria baru yang ditetapkan MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).
"Di Indonesia, pada 29 Ramadan 1443 H yang bertepatan dengan 1 Mei 2022 tinggi hilal antara 4 derajat 0,59 menit sampai 5 derajat 33,57 menit dengan sudut elongasi antara 4,89 derajat sampai 6,4 derajat," ucap Kamaruddin di Jakarta, Senin 25 April 2022.
"Artinya, secara hisab, pada hari tersebut posisi hilal awal Syawal di Indonesia telah masuk dalam kriteria baru MABIMS," imbuh Kamaruddin.
Menurut kriteria baru MABIMS, imkanur rukyat dianggap memenuhi syarat apabila posisi hilal mencapai ketinggian 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat. Kriteria ini merupakan pembaruan dari kriteria sebelumnya, yakni 2 derajat dengan sudut elongasi 3 derajat yang mendapat masukan dan kritik.
Kamaruddin menambahkan, Pemerintah Indonesia akan menyelenggarakan Sidang Isbat, dengan menggunakan metode hisab dan rukyat, di mana posisi hilal Syawal akan dipresentasikan oleh Tim Unifikasi Kalender Hijriyah yang selanjutnya menunggu laporan rukyat dari seluruh Indonesia.
"Rukyat digunakan sebagai konfirmasi terhadap hisab dan kriteria yang digunakan. Kedua hal yaitu hisab dan konfirmasi pelaksanaan rukyatul hilal akan dimusyawarahkan dalam sidang isbat untuk selanjutnya diambil keputusan awal Syawal 1443 H," jelasnya.
Itulah alasannya mengapa bisa kita ikut puasa Ramadhan belakangan bareng pemerintah, tetapi lebarannya bareng Muhammadiyah pada 2 Mei 2022.
Advertisement
2 Metode yang Digunakan untuk Melihat Awal Bulan Baru
1. Metode Hisab
Metode hisab merupakan metode penentuan awal bulan melalui perhitungan astronomis. Artinya, metode hisab wujudul hilal itu menentukan awal bulan baru tanpa melakukan pemantauan dengan mata telanjang selama memenuhi kriteria tertentu yakni di antaranya:
- Telah terjadi ijtimak (konjungsi),
- Ijtimak (konjungsi) itu terjadi sebelum matahari terbenam,
- Pada saat terbenamnya matahari piringan atas bulan berada di atas ufuk (bulan baru telah wujud),
- Semua kriteria tersebut harus terpenuhi untuk menandakan dimulainya bulan baru. Apabila ada satu yang tidak terpenuhi maka belum masuk bulan baru.
2. Metode Pengamatan Hilal
Sementara itu, metode rukyatul hilal didasarkan pada penglihatan dan pengamatan bulan secara langsung. Bulan yang dimaksud adalah bulan sabit muda sangat tipis pada fase awal bulan baru atau disebut sebagai hilal.
Pengamatan hilal dengan metode ini dilakukan pada hari ke-29 atau malam ke-30, dari bulan yang sedang berjalan. Bila malam tersebut hilal sudah terlihat, maka malam itu pula sudah dimulai bulan baru.
Sebaliknya, jika hilal tidak terlihat maka malam itu adalah tanggal 30 bulan yang sedang berjalan, maka malam berikutnya dimulai tanggal satu bagi bulan baru atas dasar istikmal (digenapkan).
Sama seperti penentuan awal Ramadan, dalam menentukan 1 Syawal atau Lebaran 2022, pemerintah akan menggunakan dua metode gabungan di atas.
Metode hisab digunakan sebagai informasi awal, kemudian hasil pengamatan hilal digunakan untuk mengonfirmasi hasil hisab dan kriterianya.