Liputan6.com, Purwokerto - Fenomena ketindihan kerap dihubungkan dengan hal mistis. Misalnya, karena gangguan jin, setan, atau makhluk tak kasat mata lain.
Ada pula pendapat penyebab ketindihan karena tidur di tempat yang tidak diperbolehkan. Karena angker, wingit, atau alasan lainnya.
Advertisement
Baca Juga
Ketindihan adalah kondisi ketika seseorang tidak dapat bergerak dan berbicara saat akan bangun tidur atau terjaga.
Beberapa orang yang mengalami ketindihan merasakan sesak napas, seolah sadar, namun tak dapat menggerakkan tubuhnya. Tidak mengherankan orang yang mengalaminya merasa panik dan ketakutan.
Pasalnya, ketindihan terjadi ketika seseorang dalam kondisi sadar, namun tubuh seakan-akan lumpuh dalam beberapa detik hingga menit.
Lantas, benarkah ketindihan disebabkan oleh gangguan jin atau karena tidur di tempat angker?
Â
Saksikan Video Pilihan Ini:
Pengertian Ketindihan dan Proses Terjadinya
Mengutip Alodokter.com, ketindihan atau yang secara medis dikenal dengan istilah sleep paralysis, adalah kondisi ketika seseorang tidak mampu berbicara atau bergerak saat terbangun dari tidur atau ketika akan tidur. Kondisi ini biasanya berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa menit.
Ketindihan dapat dialami oleh siapa saja, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Namun, fenomena ini lebih berisiko dialami oleh orang yang memiliki kondisi tertentu, seperti insomnia, gangguan cemas, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD).
Selain itu, ada faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami ketindihan, di antaranya, faktor usia, faktor keturunan, kurang tidur, atau pola tidur tidak teratur, kram kaki pada malam hari, penyalahgunaan obat-obatan. Meski jarang terjadi, kelumpuhan masa tidur ini juga bisa menjadi gejala narkolepsi, yaitu gangguan tidur yang menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan untuk tetap terjaga lebih dari 3-4 jam.
Jenis-Jenis Ketindihan dan Proses Terjadinya:
Secara umum, ketindihan dapat terbagi menjadi dua jenis, yaitu hypnopompic sleep paralysis dan hypnagogic sleep paralysis.Â
Pertama, Hypnopompic sleep paralysis. Saat tidur, tubuh akan mengalami dua fase, yaitu fase NREM (non-rapid eye movement) dan REM (rapid eye movement). Fase NREM ditandai ketika tubuh mulai terasa lebih rileks dan mata pun mulai terpejam. Setelah itu, fase ini akan beralih ke fase REM.
Ketika fase REM dimulai, mata akan bergerak cepat dan mimpi akan muncul. Seluruh otot tubuh pun tidak aktif sehingga tidak bisa digerakkan. Nah, fenomena ketindihan terjadi bila Anda terbangun pada fase ini.
Akibatnya, otak tidak siap untuk mengirimkan sinyal bangun sehingga tubuh sulit digerakkan, tetapi Anda sudah membuka mata dan tersadar.
Saat mengalami ketindihan, Anda akan merasakan adanya tekanan sehingga membuat Anda sulit bernapas. Tidak jarang pula muncul sensasi lain, misalnya merasa ada sosok lain di dekatnya. Kondisi ini merupakan jenis halusinasi yang sering kali menyertai fenomena ketindihan.
Kedua, hypnagogic sleep paralysis. Berbeda dengan hypnopompic sleep paralysis yang terjadi dari fase tidur ke fase bangun, hypnagogic sleep paralysis terjadi dari fase bangun ke fase tidur.
Saat menjelang tidur, tubuh secara perlahan akan kehilangan kesadarannya. Orang yang mengalami hypnagogic sleep paralysis seakan-akan masih tersadar sehingga masih dapat merasakan hal-hal di sekitarnya, tetapi tidak dapat berbicara atau menggerakkan tubuh.
Â
Advertisement
Cara Mencegah dan Mengatasi Ketindihan
Setiap orang memiliki kemungkinan mengalami ketindihan. Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita. Ada yang mengalami ketindihan 1–2 kali saja seumur hidup, tetapi ada juga yang mengalaminya beberapa kali dalam satu bulan atau bahkan lebih sering.
Meski demikian, ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mencegah ketindihan, antara lain:
Memastikan waktu tidur yang cukup, yaitu sekitar 6–8 jam setiap malamnya
Menciptakan lingkungan tidur yang nyamanMenghentikan penggunaan gadget minimal 1 jam sebelum tidur
Membiasakan diri untuk tidur dan bangun pada jam yang sama secara teratur
Menerapkan pola hidup sehat juga dapat mengurangi risiko terjadinya sleep paralysis, seperti berolahraga secara teratur, mengurangi konsumsi kafein dan minuman beralkohol, serta menghentikan kebiasaan merokok.
Tanda-Tanda Ketindihan yang Perlu Diwaspadai:
Kelumpuhan saat tidur sering kali menghilang dengan sendirinya dan tidak membutuhkan penanganan khusus. Namun, segera periksakan diri ke dokter bila Anda mengalami hal-hal berikut ini:
Rasa cemas atau khawatir berlebihanTubuh terasa lemas dan lelah sepanjang hariTidak tidur semalamanDokter biasanya akan mengatasi kondisi tersebut dengan pemberian obat antidepresan. Namun, penggunaan obat-obatan ini hanya boleh dilakukan sesuai petunjuk dan di bawah pengawasan dokter.
Nah, sekarang Anda sudah mengetahui penjelasan secara medis dari fenomena ketindihan. Jauh dari kesan mistis, kan? Jadi, Anda tidak perlu takut.
Meski begitu, jika ketindihan masih terus Anda alami, semakin sering, dan dirasa sangat mengganggu, konsultasikan ke dokter agar dapat dilakukan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.
Tim Rembulan