Liputan6.com, Jakarta - Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada 12 Rabiul Awal tahun Gajah, atau 570 Masehi. Karena itu, tiap bulan Rabiul Awal, umat Islam menggelar perayaan Maulid Nabi.
Disebut tahun gajah karena di tahun yang sama dengan kelahiran Nabi, pasukan gajah Abrahah hendak menyerang Ka'bah dan dihancurkan burung Ababil.
Nabi Muhammad SAW adalah putra dari pasangan suami istri yang mulia, sayyidina Abdullah bin Abdul Muthalib dan sayyidah Aminah binti Wahab. Kedua orang tersebut berasal dari keturunan mulia dari nasab terpilih.
Advertisement
dalam salah satu hadis, Rasulullah bersabda:
إِنَّ اللهَ اصْطَفَي كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيْلَ وَاصْطَفَي قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ وَاصْطَفَي هَاشِمًا مِنْ قُرَيْشٍ وَاصْطَفَانِي مِنْ بَنِي هَاشِمٍ
“Sesungguhnya Allah memilih Kinanah dari keturunan Ismail, memilih Quraisy dari keturunan Kinanah, memilih Hasyim dari keturunan Quraisy dan memilihku dari keturunan Bani Hasyim.” (HR. Imam Muslim)
Disebutkan dengan gamblang, Rasulullah SAW berasal dari keturunan pilihan dari yang terpilih. Ini Merujuk pada bani Kinanah yang terpilih dari keturunan Nabi Ismail AS, Quraisy yang terpilih dari keturunan Kinanah, dan Hasyim dan keturunan Quraisy.
Baca Juga
Dalam redaksi lainnya:
إنَّ اللَّهَ اصطفى مِن ولدِ إبراهيمَ ، إسماعيلَ ، واصطَفى من ولدِ إسماعيلَ بَني كنانةَ ، واصطَفى من بَني كنانةَ قُرَيْشًا ، واصطفى من قُرَيْشٍ بَني هاشمٍ ، واصطَفاني من بَني هاشمٍ
“Sesungguhnya Allah memilih dari keturunan Ibrahim adalah Ismail, Kinanah dari Bani Ismail. Dia pilih Quraisy dari Bani Kinanah. Dia pilih Bani Hasyim dari Quraisy. Dan Dia pilih aku (Rasulullah) dari Bani Hasyim.”
Kedua hadis ini serupa, hanya saja pada hadis kedua, nasab disebutkan hingga Nabi Ibrahim. Seperti diketahui, Nabi Ismail memiliki saudara seayah, yakni Nabi Ishaq AS. Di antara dua itu, Allah menurunkan Rasulullah SAW dari keturunan Ismail AS.
Sementara hingga Nabi Adam AS, Rasulullah bersabda:
بعثت من خير قرون ابن آدم ، قرنا فقرنا ، حتى كنت من القرن الذي كنت فيه
Artinya: "Aku diutus dari keturunan bani Adam yang terbaik pada setiap kurunnya, hingga sampai pada kurun dimana aku dilahirkan" (HR. Bukhari. 3557)
Melihat nasab hingga Nabi Ibrahim dan Adam AS, disimpulkan bahwa Nabi Muhammad berasal dari golongan termulia dari yang mulia. Dalam nasabnya, tak ada cela yang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad memang dipersiapkan sebagai Sayyidul anbiya' wal mursalin, pemimpin patra nabi dan rasul.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Silsilah Nabi Muhammad SAW hingga Nabi Adam
Untuk mengetahui kemuliaan nasab Nabi Muhammad SAW, ada baiknya kita mengenal silsilah Nabi hingga ke Nabi Ibrahim dan Nabi Adam AS. Nasabnya dipenuhi orang-orang termulia dari generasinya. Tidak ada satu pun darinya yang berperilaku tercela.
Mengutip laman NU, Dalam kitab al-Sîrah al-Nabawiyyah, Imam Ibnu Hisyam menulis nasab Rasulullah Muhammad ﷺ sebagai berikut:
“Ini adalah kitab Sirah Rasulullah ﷺ, dia adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib — nama asli Abdul Muttalib adalah Syaibah bin Hasyim — nama asli Hasyim adalah Umar bin Abdu Manaf — nama asli Abdu Manaf adalah Mughirah bin Qusayy bin Kilab bin Murrah bin Ka’b bin Lu’ayy bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin al-Nadlr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah — nama asli Mudrikah adalah ‘Amr bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’add bin ‘Adnan bin Udda — dilafalkan juga Udada bin Muqawwim bin Nahur bin Tayrah bin Ya’ruba bin Yasyjuba bin Nabat bin Ismail bin Ibrahim — khalil al-rahman — bin Tarih — dia adalah Azar — bin Nahur bin Sarug bin Ra’u bin Falikh bin Aybar bin Syalikh bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh bin Lamak bin Mattu Syalakh bin Akhnunkh — dia adalah Nabi Idris, bani Adam pertama yang dianugerahi kenabian dan baca tulis — bin Yard bin Malayil bin Qainan bin Yanisy bin Syits bin Adam 'alaihis salam.” (Imam Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyyah, ed. Umar Abdul Salam Tadmuri, Dar al-Kutub al-‘Arab, 1990, juz 1, h. 11-16).
Imam Ibnu Hisyam memang menyebutkan nasab Rasulullah secara lengkap dari Abdullah sampai Nabi Adam, tapi para ulama dan ahli sejarah sendiri berbeda pendapat perihal nasab Rasulullah di atas Adnan.
Nasab Rasulullah yang disepakati para ulama hanya nasab dari Abdullah sampai Adnan, sedangkan nasab dari Adnan ke atas, para ulama berbeda pendapat. Syekh Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi mengomentari hal ini dengan mengatakan:
“Adapun nasab Rasulullah di atas Adnan, para ulama berbeda pendapat, tidak ada yang bisa dianggap paling shahih. Namun, semua ulama sepakat bahwa Adnan merupakan keturunan dari Ismail, Nabi Allah putra Ibrahim Khalilullah 'alaihis salam.” (Syeikh Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi, Fiqh al-Sîrah al-Nabawiyyah Ma’a Mujaz li al-Tarîkh al-Khilâfah al-Rasyîdah, Damaskus: Dar al-Fikr, 1991, h. 73).
Advertisement
Perbedaan Nama dalam Nasab
Memang terjadi banyak perbedaan pendapat mengenai nasab Rasulullah dari Adnan ke atas. Beberapa ahli bahkan mengatakan tidak ditemukan seorang pun yang mengetahui hal ini, salah satu yang berpendapat demikian adalah Sayyidina Urwah bin Zubeir bin Awam (644-713 M).
Beliau berkata: “Mâ wajadnâ man ya’rifu mâ wara’a ‘adnâna — kami tidak menemukan seorang pun yang (secara pasti) mengetahui nasab Rasul dari Adnan seterusnya.” (Imam Muhammad al-Dzahabi, Tarîkh al-Islâm wa Wafayât al-Masyâhîr wa al-A’lâm: al-Sîrah al-Nabawiyyah, Damaskus: Dar al-Kitab al-‘Arabi, tt, juz 2, h. 18).
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Sayyidina Abu al-Aswad bin Muhammad bin Abdul Rahman, salah seorang anak asuh Sayyidina Urwah bin Zubeir. Beliau berkata:
“Saya mendengar Abu Bakar bin Sulaiman bin Abu Khaitsamah, salah seorang yang paling berpengetahuan mengenai nasab bangsa Quraisy dan syair-syairnya berkata: “Tidak ditemukan seorang pun yang mengetahui nasab Rasul setelah Ma’ad bin Adnan, baik dalam syairnya para penyair maupun dalan pengetahuannya orang berilmu.” (Imam Muhammad al-Dzahabi, Tarîkh al-Islâm wa Wafayât al-Masyâhîr wa al-A’lâm: al-Sîrah al-Nabawiyyah, juz 2, h. 18).
Dengan demikian wajar saja jika terjadi banyak perbedaan jumlah maupun nama nasab Rasul dari Adnan ke atas yang banyak ditemukan di kitab-kitab Sirah Nabawiyyah dan hadis. Salah satu yang paling mencolok adalah riwayat Sayyidina Ibnu Abbas RA:
“Saya Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushayy bin Kilab bin Murrah bin Ka’b bin Luayy bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin al-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’add bin Adnana bin Udda bin Udada bin Alhaysa’ bin Nabat bin Hamal bin Qaidzar bin Isma’il bin Ibrahim ........” (Imam al-Hafidh al-Dailami, Firdaus al-Akhbâr bi Ma’tsûr al-Khitâb al-Mukharraj ‘ala Kitâb al-Syihâb, Damaskus: Dar al-Kitab al-‘Arabi, juz 1, hlm 73).
Dalam riwayat yang dikutip oleh Imam Ibnu Hisyam (w. 213/218 H), Adnan merupakan anak Udda yang terkadang disebut dengan Udada, sedangkan dalam riwayat Sayyidina Ibnu Abbas, Udda merupakan anak dari Udada. Perbedaan lebih mencolok terjadi pada runtutan nasab setelah Udada. Riwayat kutipan Imam Ibnu Hisyam menyebut (riwayat pertama), “Udada bin Muqawwim bin Nahur bin Tayrah bin Ya’ruba bin Yasyjuba bin Nabat bin Ismail bin Ibrahim.”
Sementara riwayat Sayyidina Ibnu Abbas mengatakan (riwayat kedua), “Udada bin Alhaysa’ bin Nabat bin Hamal bin Qaidzar bin Isma’il bin Ibrahim.” Jika pun nama-nama itu merupakan nama lain, seperti dalam kasus Abdul Muttalib yang nama aslinya Syaibah, tetap saja tidak dapat menyingkirkan perbedaan, karena nama Nabat pada kedua nasab di atas menempati urutan yang berbeda.
Imam al-Kinani dalam Mukhtashar-nya juga mengutip runtutan nasab yang berbeda, yaitu Adnan bin Udda bin Udada bin Alyasa’ bin Alhamaisa’ bin Salaman bin Nabat bin Hamal bin Qaidzar bin Ismail bin Ibrahim. (Imam al-Hafidh al-Dailami, Firdaus al-Akhbâr bi Ma’tsûr al-Khitâb al-Mukharraj ‘ala Kitâb al-Syihâb, juz 1, hlm 73).
Artinya, di samping perbedaan urutan, terjadi juga perbedaan jumlah orang. Selain itu, banyak juga terjadi perbedaan penulisan dari mulai Adnan ke atas, seperti Fâlikh, ‘Aibar, Râ’û, dan lainnya dalam riwayat yang dikutip oleh Imam Ibnu Hisyam, dan Fâligh, ‘Âbir, Râghû, dan lainnya dalam riwayat Sayyidina Ibnu Abbas.
Hal ini terjadi karena kebanyakan dari nama-nama itu adalah isim ‘ajam (nama bukan Arab). Imam Ibnu Sa’ad berkata:
“Sisa nama-nama ini adalah nama-nama ajam (non-Arab), sebagiannya tidak mungkin ditulis dengan tepat kecuali dengan cara memperkirakannya.” (Imam Muhammad al-Dzahabi, Tarîkh al-Islâm wa Wafayât al-Masyâhîr wa al-A’lâm: al-Sîrah al-Nabawiyyah, juz 2, h. 22).
Nasab dari Sisi Ibu, Bertemu di Kilab
Dalam al-Sirah al-Nabawiyyah karya Imam Ibnu Hisyam sendiri terdapat riwayat lain yang memiliki cara penulisan berbeda dengan yang pertama, salah satunya riwayat Sayyidina Qatadah bin Dima’ah:
إِسْمَاعِيْلُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ — خليل الرحمن — ابْنِ تَارِخ — وهو آزر — بن نَاخُوْر ابن أَسْرُغ بن أَرْغُو بن فَالِخ بن عَابِر بن شَالِخ بن أَرْفَخْشَذ بن سام بن نُوح بن لَمَك بن مَتُوشَلَخ بن أَخْنُوْخ بن يَرْد بن مَهْلَائِيْل بن قَايِن بن أَنُوش بن شَيْت بن آدَمَ
“Ismail bin Ibrahim Khalilurrahman bin Tarikh — beliau adalah Azar — bin Nakhur bin Asrugh bin Arghu bin Falikh bin ‘Abir bin Syalikh bin Arfaksyadz bin Sam bin Nuh bin Lamak bin Matusyalakh bin Akhnukh bin Yard bin Mahla’il bin Qayin bin Anusy bin Syit bin Adam 'alaihis salam.” (Imam Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyyah, 1990, juz 1, h. 18).
Perbedaannya terletak pada penulisan nama Asrugh, Arghû, ‘Âbir, Matûsyalakh, Mahlâ’îl, Qâyin, Anûsy, dan Syît yang pada riwayat pertama ditulis Sârûgh, Ar’û, ‘Aibar, Mattûsyalakh, Mahlayil, Qaynan, Yânisy, dan Syîts. Seperti yang dikatakan Imam Ibnu Sa’ad, perbedaan itu terjadi karena nama-nama itu bukan nama Arab, melainkan nama ajam yang tidak dapat ditulis dengan tepat dalam tulisan Arab.
Dari sisi ibunya, Sayyidah Aminah, nasab Rasulullah ﷺ adalah:
هِيَ آمِنَةُ بِنْتُ وَهْبٍ بْنِ عَبْدِ مَنَافِ بْنِ زُهْرَةَ بْنِ كِلَابِ بْنِ مُرَّةَ. ]وَأُمُّهَا بَرَّةُ بِنْتُ عَبْدِ الْعُزَّي بن عُثْمَانَ بن عَبْدِ الدَّارِ بن قُصَيِّ بن كَلَاب. وَأُمُّهَا أُمُّ حَبِيْبِ بنت أَسَد بن عَبْدِ الْعُزَّي بن قُصَيِّ بنِ كِلَاب
“Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah. [Ibunya Sayyidah Aminah adalah Barrah binti Abdul ‘Uzza bin Utsman bin Abdul Dar bin Qushayy bin Kilab. Ibunya Barrah binti Abdul ‘Uzza adalah Ummu Habib binti Asad bin Abdul ‘Uzza bin Qushayy bin Kilab].” (Imam Abdul Aziz al-Kinânî, al-Mukhtashar al-Kabîr fi Sîrah al-Rasûl, Amman: Dar al-Basyir, 1993, h. 19)
Nasab Sayyidah Aminah bertemu dengan nasab Sayyid Abdullah, ayah Rasulullah di nama Kilab. Begitu pun dengan ibu Sayyidah Aminah, semuanya bermuara pada satu sumber, yaitu Nabi Ismail AS
Advertisement