Liputan6.com, Jakarta - Akhir-akhir ini, cuaca ekstrem melanda sejumlah wilayah Indonesia. Banjir, longsor dan bencana hidrometeorologi lainnya menyebabkan kerugian material dan bahkan menyebabkan korban jiwa.
Misalnya, yang terjadi di Banjarnegara, Jawa Tengah pada akhir dasarian kedua Oktober 2022. Longsor menimbun rumah dan penghuninya. Satu orang meninggal dunia.
Lantas, ada yang mengaitkan bencana alam tersebut dengan azab. Mengutip KBBI, definisi azab adalah siksa Tuhan yang diganjarkan kepada manusia yang melanggar larangan agama.
Advertisement
Lantas, apakah benar bencana yang terjadi di Indonesia adalah azab dari Allah SWT?
Baca Juga
Jauh hari sebelum hari ini, pada 2018 KH Said Aqil Siroj, yang kala itu masih menjabat Ketum PBNU menegaskan bahwa berbagai bencana alam, seperti gempa dan tsunami (termasuk banjir, longsor dsb-pen) yang menerjang sebagian wilayah Indonesia bukan azab, melainkan musibah.
"Semua itu musibah, bukan azab," kata Kiai Said saat mengisi acara Istighotsah dan Doa Keselamatan Bangsa di Masjid PBNU, Jakarta Pusat, Senin (31/12), dikutip dari laman NU, Senin (24/10/2022).
Dia menjelaskan, beda dengan azab, musibah merupakan ujian yang datang dari Allah kepada makhluk-Nya. Menurutnya, jika masyarakat dan bangsa Indonesia berhasil menghadapi ujian tersebut, yakni menerima dengan sabar, maka dapat menaikan derajatnya.
Sebaliknya, ketika menghadapinya dengan bersu'udhan (prasangka buruk) kepada Allah, maka menjadi bangsa yang gagal. "Mari kita anggap ini sebagai musibah," ajaknya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Yang Disebut Sebagai Azab
Seturut pandangan itu, masih dari NU Online, ketika sebuah musibah terjadi menimpa orang-orang saleh yang senantiasa taat kepada Allah SWT maka itu adalah sebuah bentuk ujian yang apabila dihadapi dengan sabar dan ridho dapat meninggikan derajat mereka dan melipatgandakan pahala, serta menjadi penggugur dosa. Seperti halnya yang terjadi kepada para nabi dan rasul, para waliyullah, para ulama, dan orang-orang saleh lainnya.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ، وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ (رَوَاهُ التِّرْمِذِيّ)
Artinya: “Sesungguhnya pahala yang besar didapatkan melalui musibah yang besar pula. Apabila Allah ta’ala mencintai suatu kaum maka Allah akan menimpakan musibah kepada mereka. Barangsiapa yang ridha maka Allah meridhainya. Dan barangsiapa yang tidak ridha maka Allah murka kepadanya (HR at-Tirmidzi).
Adapun bencana dan musibah yang dikategorikan sebagai azab atau siksa adalah yang terjadi kepada orang-orang yang selalu berbuat maksiat dan melanggar perintah Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ (الشورى: ٣٠)
Artinya: “Dan musibah apa pun yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan dosa kalian sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan - kesalahan kalian)” (QS: Asy-Syura: 30).
Dari penjelasan diatas dapat kita ambil kesimpulan dan hikmah bahwa bencana dan musibah termasuk pandemi, dapat dikategorikan sebagai ujian atau cobaan bagi orang-orang yang beramal saleh dan senantiasa taat kepada Allah SWT.
Namun tidak menutup kemungkinan merupakan azab atau siksa bagi orang-orang yang berbuat dosa dan maksiat karena melalaikan perintah dan larangan Allah SWT. Namun tak kalah penting adalah agar bagaimana kita tidak mudah mengatakan sebuah bencana sebagai ujian ataupun azab yang menimpa seseorang atau suatu kaum, karena sejatinya hanya Allah yang tahu akan hal itu.
Penting juga bagi kita untuk bisa ridho dan bersabar atas setiap apa yang menimpa diri kita, dan juga senantiasa melaksanakan sekaligus menyeru kepada kebaikan (amar ma'ruf) serta juga mejauhi dan mencegah kemungkaran (nahi munkar), tentunya dengan memperhatikan koridor amar ma'ruf nahi munkar yang sesuai dengan wajah Islam sebagai rahmatan lil 'alamin atau menjadi rahmat dan kasih sayang bagi seluruh alam. Wallahu A'lam.
Tim Rembulan
Advertisement