Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini viral di media sosial video seorang qoriah disawer saat membaca Al-Qur’an. Diketahui aksi sawer ini terjadi ketika seorang qoriah bernama Nadia Hawasyi melantunkan Al-Qur’an dalam sebuah acara di Pandeglang, Banten.
Nadia yang tengah membaca Al-Qur’an disawer oleh dua orang pria. Tak hanya melempar-lempar uang, satu dari dua orang pria itu bahkan menyelipkan uang di kerudung Nadia.
Aksi saweran ini mendapat kecaman publik, termasuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Menurut Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah Cholil Nafis, aksi tersebut melanggar nilai-nilai kesopanan dan tak sepatutnya terjadi.
Advertisement
Baca Juga
“Mohon ulama dan tokoh masyarakat menolak ini dan jangan menganggap ini tradisi yang baik. Jelas cara ini bertentangan dengan ayat-ayat yang dibaca qoriah," pesannya seperti dikutip dari Antara.
Selain MUI, pendakwah Ustaz Adi Hidayat (UAH) turut menanggapi viralnya aksi saweran kepada seorang pembaca Al-Qur’an. Namun sebelum masuk ke pembahasan utamanya, UAH lebih dulu menjelaskan tentang kemuliaan Al-Qur’an.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Kemuliaan Al-Qur’an
UAH menjelaskan, Al-Qur'an bukan sekadar kitab bacaan. Al-Qur’an adalah pedoman paripurna dalam berkehidupan. Al-Qur’an merupakan obat bagi setiap jiwa yang resah.
“Al-Qur’an adalah petunjuk yang mengandung kasih sayang bagi segenap lapisan kehidupan setiap insan. Al-Qur’an menghimpun semua nilai-nilai kebaikan yang memberikan petunjuk kepada setiap orang untuk beriman dan berperilaku mulia dalam tatanan aktivitas kehidupannya,” tuturnya dikutup dari YouTube Adi Hidayat Official, Jumat (6/1/2023).
“Saudaraku, intinya Al-Qur'an dari Al-Fatihah sampai An-Nas adalah kurikulum kehidupan yang mengantarkan pada kebahagiaan dan kesuksesan yang sejati,” sambungnya.
UAH menyebut Al-Qur’an begitu agung, terhormat, mulia, dan istimewa. Setiap bacaannya mengandung pahala, setiap pembacanya mesti mempunyai adab, dan setiap pendengarnya mesti menyimak.
“Bahkan, ketika dibacakan pun khusyuk menyimak, merenungi, dan berusaha mengamalkan petunjuk-petunjuk-Nya. Jika dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkan dengan fokus, diam, dan renungi agar mendapatkan rahmat dan pancaran kemuliaan-Nya,” kata UAH.
Advertisement
Al-Qur’an Bukan untuk Disawer
Ketika ada yang membaca Al-Qur’an, maka seorang muslim sepatutnya mendengarkan, menghayati, merenungi, dan berusaha mengamalkan isinya. Menurut UAH, sangat tidak pantas apabila memperlakukan pembaca Al-Qur’an dengan sikap-sikap yang jauh dari kemuliaan.
“Pembaca Al-Qur’an bukan untuk disawer. Pembaca Al-Qur’an bukan untuk diteriaki. Pembaca Al-Qur’an untuk dihormati, didengar, direnungi,” ujar UAH.
UAH berprasangka positif, aksi sawer kepada pembaca Al-Qur’an yang sampai videonya viral dilakukan bukan karena sengaja, melainkan karena ketidaktahuan. Maka, kata UAH, dari ketidaktahuan ini semuanya turut mendoakan dan melembutkan hati untuk kembali memberlakukan adab Al-Qur’an sesuai dengan kepantasannya.
“Mungkin di tempat lain seperti di Pakistan atau negara lain memberikan satu apresiasi berupa saweran tertentu dianggap sebagai bagian dari tradisi. Namun, tradisi satu tempat tidak harus sama dengan tempat lain. Lebih dari itu, tradisi yang bertentangan dengan nilai syariat tidak harus dilestarikan,” imbuhnya.
“Tapi juga dengan itu kita berbagi pengetahuan tidak harus mencela orang lain, kita mendoakan, kita meluruskan dengan cara yang benar, melembutkan hati kita, dan semua berpeluang untuk menjadi saleh di hadapan Allah SWT,” katanya.
“Semoga Allah melembutkan hati kita memaafkan kesalahan kita dan menjadikan kita menyatu dalam kemuliaan dan kebaikan dengan cahaya Al-Qur'an,” tutup UAH.