Liputan6.com, Jakarta - Ibadah puasa ternyata tak hanya dilakukan oleh umat Islam saja. Sejak umat terdahulu, kewajiban puasa sudah diberlakukan.
Hanya saja ada perbedaan mendasar puasa Umat Nabi Muhammad SAW dan puasa di luar itu.
Mengutip pendapat Zakiyuddin, seperti dikutip dari laman Muhammadiyah, ibadah puasa saat ini identik dengan aktivitas spiritual yang dijalankan umat Islam. Turunnya QS. Al Baqarah ayat 183 menjadi penegas bahwa umat Islam diwajibkan berpuasa.
Advertisement
Baca Juga
Sebagaimana tertera dalam Al Quran, puasa telah dipraktikkan jauh sebelum disyariatkan kepada kaum Nabi Muhammad. Bangsa Mesir Kuno, misalnya, mereka telah mengenal puasa untuk menebus dosa kepada Dewa Isis.
“Umat-umat terdahulu sebelum Islam juga memiliki ajaran yang mewajibkan umatnya untuk berpuasa. Namun, dalam menjalani puasa, Islam memiliki kekhasan yang tidak diserupai bangsa-bangsa terdahulu,” ucap Zakiyuddin.
Salah satu bentuk kekhasan puasa dalam tradisi Islam ialah puasa bertujuan untuk pengekangan hawa nafsu, bukan penebusan dosa.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Karakter Puasa dalam Islam
Puasa merupakan sarana bagaimana umat Islam mengendalikan dorongan-dorongan biologis seperti makan, minum, amarah, dan bercinta. Karenanya, karakter puasa dalam Islam itu sangat dekonstruktif terutama terhadap ajaran Jahiliyyah yang rakus, tamak, dan suka melakukan kejahatan yang melampaui batas.
“Berpuasa memiliki karakter dekonstruktif terhadap hal-hal yang melampaui batas. Karena Allah tidak menyukai segala hal yang melampaui batas, termasuk hasrat kita untuk makan dan minum. Kata Rumi, nafsu duniawi adalah tipu daya dari semua berhala,” terang Guru Besar IAIN Salatiga ini.
Di samping sebagai anugrah yang diberikan Allah Swt, nafsu juga dapat menjadi musibah. Semua sumber kejahatan biasanya berasal dari keinginan primitif yang tidak terkendali ini. Kehadiran puasa diharapkan menjadi tembok penghalang dari nafsu hewani sehingga menjadi manusia yang bertakwa.
“Kekhasan dari puasa yang diajarkan Islam itu bukan menghilangkan nafsu melainkan mengendalikan nafsu. Karena manusia tanpa nafsu tidak akan memiliki motivasi untuk menjalani hidup, sehingga yang dilakukan Islam ialah bagaimana cara mengendalikannya,” ucap Zakiyuddin.
Tim Rembulan
Advertisement