Kisah Khadijah Tenangkan Rasulullah Usai Turun Wahyu Pertama pada Malam Nuzulul Qur'an

Dalam keadaan yang sangat takut Nabi Muhammad SAW dengan tergesa-gesa kembali menuju kediamannya. Khadijah ketika mendapati Nabi SAW dalam kondisi ketakutan, menanyakan perihal yang dialami oleh Nabi SAW

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Apr 2023, 00:30 WIB
Diterbitkan 08 Apr 2023, 00:30 WIB
jabalnur-7-131010.jpg
Gua bersejarah, Gua Hira, ini tidak terlalu luas ukurannya hanya cukup bisa diduduki oleh 3 orang. (Wikipedia/wwn)

Liputan6.com, Jakarta - Peristiwa dahsyat Nuzulul Qur'an terjadi pada bulan Ramadhan. Itu sebab, Ramadhan menjadi bulan termulia dan penuh berkah.

Allah menurunkan Al-Qur'an dari lauhul mahfudz ke langit dunia pada Ramadhan. Pun dengan wahyu pertama yang disampaikan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW di Gua Hira.

Peristiwa turunnya wahyu pertama ini dikisahkan cukup detail. Selain Malaikat Jibril dan Rasulullah SAW, ada satu sosok lain yang perannya hingga kini terabadikan dalam sejarah.

Dia lah Ummul Mukminin, Khadijah RA. Sayyidah Khadijah begitu populer dalam khazanah Islam.

Beliaulah yang membela Nabi dan mengorbankan seluruh harta dan dengan segenap jiwa mendukung perjuangan menegakkan Islam. Bagaimana peran Khadijah usai malam Nuzulul Qur'an? berikut kisahnya.

 

Video Al-Quran Kuno Zaman Pangeran Diponegoro

Nabi Ketakutan Setelah Didekap Oleh Malaikat Jibril

Alkisah, salah satu kebiasaan masyarakat Arab menyendiri (berkhalwat) menjauhi keramaian. Demikian halnya dengan Nabi Muhammad SAW. Melihat degradasi moral masyarakat Arab waktu itu, beliau memutuskan untuk mengasingkan diri.

Dengan hanya berbekal sedikit makanan, beliau menuju Gua Hira. Beliau menyendiri selama berhari-hari di Gua Hira. Apabila bulan Ramadan telah berlalu, Nabi Muhammad SAW kembali ke kediamannya menemui istrinya Sayyidah Khadijah.

Tepat ketika malam 17 Ramadan tahun 610 M, datanglah Malaikat Jibril mendekapnya dengan kuat seraya berkata, “Iqra’ (bacalah!). Dengan rasa ketakutan Nabi Muhammad SAW menjawab, “Ma ana bi qaari” (aku tidak dapat membaca).

Kemudian ia melepaskanku dan berkata lagi, “Iqra’," (bacalah!) dan Nabi menjawab, “Aku tidak dapat membaca.” Nabi kembali didekap dengan kuat sehingga kehabisan tenaganya. Lalu Jibril untuk ketiga kalinya mendekap Nabi Muhammad SAW dengan kuat seraya berkata:

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ .خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ .اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ.الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ.عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Alaq : 1-5).

Khadijah Menghibur dan Menenangkan Nabi SAW

Gunung Jabal Nur tempat Gua Hira di Makkah. Liputan6.com/Nurmayanti
Gunung Jabal Nur tempat Gua Hira di Makkah. Liputan6.com/Nurmayanti

Dalam keadaan yang sangat takut Nabi Muhammad SAW dengan tergesa-gesa kembali menuju kediamannya.

Khadijah ketika mendapati Nabi SAW dalam kondisi ketakutan, menanyakan perihal yang dialami oleh Nabi SAW.

Nabi tidak menjawab, hanya saja beliau minta agar tubuhnya diselimuti. Khadijah bergegas mengambil selimut kemudian menyelimuti Nabi SAW.

Setelah dirasa kondisi Nabi Muhammad SAW agak tenang, Khadijah menanyakan sesuatu yang dialaminya sehingga merasa amat ketakutan. Nabi Muhammad SAW bercerita kepada Khadijah.

"Sesungguhnya aku mencemaskan diriku,".

Khadijah berkata, "Sama sekali tidak. Demi Allah, Allah selamanya tidak akan menghinakan engkau. Sesungguhnya engkaulah orang yang selalu menyambung tali persaudaraan, selalu menanggung orang yang kesusahan, selalu mengusahakan apa yang diperlukan, selalu menghormati tamu dan membantu derita orang yang membela kebenaran,"

Temui Waraqah bin Naufal

Pemandangan Kota Makkah dilihat dari Gunung Jabal Nur, di mana Gua Hira berada. Liputan6.com/Nurmayanti
Pemandangan Kota Makkah dilihat dari Gunung Jabal Nur, di mana Gua Hira berada. Liputan6.com/Nurmayanti

Setelah itu, Khadijah pergi membawa Muhammad SAW menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza, anak paman Khadijah. Waraqah adalah seorang Arab pemeluk agama Nasrani di zaman Jahiliyah. Ia pandai menulis kitab dalam bahasa Ibrani dan ia pun menulis Injil dengan bahasa Ibrani. Ia seorang tua yang buta.

Khadijah berkata kepada Waraqah, "Wahai anak pamanku, dengarkanlah cerita anak saudaramu ini,"Waraqah bertanya kepada Nabi, "Wahai anak saudaraku, apakah yang kau lihat?"

Lalu Nabi menceritakan apa yang beliau lihat dan alami di Gua Hira’. Kemudian Waraqah berkata lagi kepada Muhammad, "Itulah Namus (Jibril) yang pernah diutus Allah kepada Musa. Mudah-mudahan aku masih hidup di saat engkau diusir kaummu!"

Rasulullah lalu bertanya, "Apakah mereka akan mengusirku?"

Waraqah menjawab, "Ya, sebab setiap orang yang membawa seperti apa yang engkau bawa pasti dimusuhi orang. Jadi kelak engkau mengalami masa-masa seperti itu, dan jika aku masih hidup, aku pasti akan menolongmu sekuat tenagaku,"

Namun karena usianya yang sudah tua dan belum sempat mengalami dakwah Nabi SAW dalam menyampaikan wahyu, tidak lama kemudian Waraqah bin Naufal meninggal dunia.

Tim Rembulan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya