Liputan6.com, Jakarta - Allah AWT berfirman dalam QS. At-Taubah ayat 128 yang berbunyi:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزُ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌرَّحِيم
"Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kalanganmu sendiri. la sangat prihatin atas segala kesulitan kamu, sangat menginginkan keselamatan kamu, dan kasih sayang kepada orang-orang mukmin."
Ayat di atas menjelaskan bahwa Rasulullah SAW sangat sedih melihat segala macam kesulitan dan penderitaan kaum muslim. Beliau sangat berkeinginan untuk menciptakan suasana yang dapat menjamin keamanan dan keselamatan umatnya.
Advertisement
Beliau selalu berjuang menyelamatkan umat manusia dari segala macam kesulitan dan berusaha mengajak mereka menghindarkan kesulitan dengan jalan menegakkan kehidupan yang digariskan oleh Allah dalam syariatnya.
Baca Juga
Rasulullah SAW membimbing umatnya agar selalu menjauhi segala perbuatan yang dapat merusak diri sendiri dan masyarakat. Bila terjadi kesulitan pada diri seseorang, beliau segera memberi pertolongan.
Rasulullah tidak pernah berdiam diri ketika mendengar atau menyaksikan seorang umatnya mengalami kesulitan. Beliau selalu membantu segala kesulitan banyak orang. Berikut ini adalah contoh kepedulian Rasulullah terhadap umatnya:
Saksikan Video Pilihan ini:
Teladan I
Pertama, ketika Mu'adz mengimami sholat Isya' ada seseorang yang mengeluh karena bacaannya panjang, sehingga orang tersebut keluar dari sholat jama'ah. Orang ini oleh Mu'adz dikatakan munafik. la pun mengadu kepada Rasulullah SAW.
Menghadapi kasus ini, beliau segera memanggil Mu'adz dan mengingatkan agar tidak membaca bacaan yang panjang bila mengimami sholat. Hal ini diriwayatkan dalam hadis berikut:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ صَلَّى مُعَادٌ لِأَصْحَابِهِ الْعِشَاءَ فَطَوَّلَ عَلَيْهِمْ ... فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ ، أَتِرِيدُ أَن تَكُونَ فَتَانَا يَا مُعَاذُ ؟ إِذَا أَمَمْتَ النَّاسَ فَاقْرَأْبِ الشَّمْسِ وَضُحَاهَا وَسَبِّحُ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى وَاقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى
Dari Jabir bin Abdillah, ia berkata: "Mu'adz pernah mengimami teman-temannya sholat Isya', lalu ia membaca ayat-ayat yang panjang untuk mereka, lalu Nabi bersabda kepadanya: 'Wahai Mu'adz, apakah engkau suka menjadi orang yang menimbulkan kesusahan? Bila engkau mengimami orang banyak, bacalah wasy syamsi wa dhuhaaha atau sabbihisma rabbikal a'laa atau iqra' bismi rabbika atau wallaili idzaa yaghsyaa.”(HR. Muslim).
Advertisement
Teladan II
Kedua, seorang laki-laki terlanjur berhubungan dengan istrinya pada siang bulan Ramadhan, padahal ia berpuasa. Orang ini kemudian datang kepada Rasulullah SAW untuk mengadukan perbuatannya dan menanyakan sanksi yang akan diterimanya.
Ketika ia diberi tahu bahwa sanksinya adalah harus memerdekakan seorang budak, namun jika tidak mampu, ia harus berpuasa dua bulan berturut- turut; dan kalau masih tidak mampu, ia harus memberi makan 60 orang orang miskin. Ia menyatakan tidak sanggup membayar denda sekalipun denda yang paling ringan, yaitu memberi makan 60 orang miskin. la kemudian berkata kepada Rasulullah SAW:
Bahwa di Madinah ini tidak ada orang yang miskin seperti dirinya. Mendengar kesulitan orang itu, beliau pun segera mengusahakan bantuan berupa makanan untuk disedekahkan. Ketika makanan itu sudah tersedia, orang tersebut justru meminta agar makanan itu untuk dirinya, karena dia tidak bisa makan sebab sangat miskin. Dari Abu Hurairah, ia berkata
"Telah datang seseorang kepada Nabi SAW, lalu ia berkata: Saya telah binasa,wahai Rasulullah! Beliau bersabda. Apa gerangan yang membuat kamu binasa?' la menjawab: 'Saya telah menyetubuhi istri saya pada siang Ramadhan. Beliau bersabda Apakah kamu mampu memerdekakan seorang budak? la menjawab: tidak, beliau bersabda mampukah kamu berpuasa dua bulan berturut-turut? la menjawab: tidak!" beliau bersabda mampukah kamu memberi makan 60 orang orang miskin? Jawabnya: tidak. Orang itu pun duduk, kemudian ada seorang yang memberikan kepada Nabi satu gantang kurma. Beliau bersabda Sedekahkanlah ini!" Orang itu menjawab: Adakah orang lain selain diriku yang lebih miskin? Karena tidak ada lagi orang yang mendiami di antara dua batu hitam ini (Madinah) yang anggota keluarganya lebih memerlukan makanan ini daripada kami. Nabi tertawa sampai gigi-gigi taringnya terlihat, kemudian bersabda: Pergilah dan berikanlah makanan ini kepada keluargamu.” (HR. Tujuh Ahli hadis, dengan lafadz Muslim).
Dua kasus di atas memberikan bukti kepada kita bagaimana seharusnya seorang penanggung jawab urusan umat bertindak cekatan mengatasi penderitaan umatnya dan menaruh perhatian besar terhadap setiap kesulitan yang dihadapi oleh umat yang dipimpinnya. Bila seorang penguasa atau pemimpin umat memiliki jiwa seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW di atas, pastilah masyarakat akan hidup dalam ketenangan, kedamaian, dan ketentraman.