5 Alasan Pentingnya Memperingati Maulid Nabi

Perayaan Maulid Nabi dihukumi sunnah karena tujuannya adalah meneladani Baginda Nabi serta bershalawat kepadanya. Tidak semua yang tidak dilakukan oleh Nabi adalah tercela.

oleh Putry Damayanty diperbarui 18 Sep 2023, 22:30 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2023, 22:30 WIB
Ilustrasi Maulid Nabi.
Ilustrasi Maulid Nabi. (Photo by Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Rabiul Awal disebut juga dengan bulan Maulid, karena pada bulan tersebut Nabi Muhammad SAW dilahirkan. Pada tahun ini, peringatan kelahiran Nabi Muhammad jatuh pada hari Kamis, 28 September 2023. 

Maulid Nabi sudah menjadi bagian dari tradisi umat Islam yang tidak bisa dipisahkan dari budaya Nusantara. Setiap daerah di Indonesia memiliki adat dan ciri khas tersendiri dalam merayakan Maulid Nabi, mulai dari acara sederhana di surau-surau kecil hingga acara megah nan meriah.

Memang, ada sebagian kecil kelompok masyarakat yang menolak perayaan Maulid Nabi. Mereka menganggap perayaan Maulid Nabi sebagai bid’ah yang tidak layak dilakukan. Tapi hal itu dapat dengan mudah  dipatahkan oleh ulama-ulama ahlussunnah wal jama’ah, salah satunya Sayyid Muhammad al-Maliki.

Melansir laman NU online, Sayyid Muhammad al-Maliki dalam kitab Syarh Maulid ad-Diba’i menyatakan, setidaknya ada lima alasan mengapa kita harus merayakan Maulid Nabi.

 

Saksikan Video Pilihan ini:

Alasan Pentingnya Merayakan Maulid Nabi 

Pertama, merayakan Maulid Nabi sebagai wujud rasa bahagia dan gembira atas kelahiran Nabi Muhammad SAW pasti bermanfaat di dunia dan akhirat. Bagaimana tidak? Abu Lahab, paman Nabi yang dikenal sebagai seorang yang membenci dakwah Nabi saja diringankan siksanya di neraka setiap hari Senin. Hal ini karena Abu Lahab bergembira dengan kelahiran Nabi Muhammad. Bahkan, saking gembiranya atas kelahiran sang keponakannya tersebut, Abu Lahab sampai memerdekakan budaknya yang bernama Tsuwaibah.

قال عروة وثويبة مولاة لأبي لهب كان أبو لهب أعتقها فأرضعت النبي صلى الله عليه و سلم فلما مات أبو لهب أريه بعض أهله بشرحيبة قال له ماذا لقيت ؟ قال أبو لهب لم ألق بعدكم غير أني سقيت في هذه بعتاقتي ثويبة.

Artinya: Urwah mengatakan, Tsuwaibah adalah budak perempuan milik Abu Lahab. (Ketika Nabi Muhammad lahir) Abu Lahab memerdekakan Tsuwaibah kemudian Tsuwaibah menyusui Nabi Muhammad (yang baru lahir). Maka, ketika Abu Lahab wafat, sebagian keluarganya bermimpi bertemu Abu Lahab. Sayangnya, Abu Lahab terlihat sangat memprihatinkan keadaannya. Keluarganya bertanya, "Apa yang telah terjadi denganmu?" Abu Lahab menjawab, "Tidak ada kenikmatan bagiku setelah berpisah dengan kalian kecuali aku diberikan minum di tempat ini (alam akhirat) karena aku telah memerdekakan Tsuwaibah (HR al-Bukhari).

Kedua, Nabi Muhammad saja banyak berpuasa di hari Senin sebagai ungkapan rasa syukur atas kelahirannya. Karena dengan kelahiran Nabi Muhammad-lah manusia menemukan cahaya agama Islam. Tentu, kita sebagai umatnya harus merasa sangat bersyukur dengan kelahiran Baginda Nabi.

عن أبي قتادة الأنصاري رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه و سلم سئل عن صوم الاثنين ؟ فقال فيه ولدت وفيه أنزل علي 

Artinya: Diriwayatkan dari Abu Qatadah al-Anshari bahwa suatu ketika Rasulullah ditanyai mengenai kebiasaannya berpuasa di hari Senin. Rasulullah pun bersabda," Di hari Senin-lah aku dilahirkan dan di hari Senin-lah diturunkan (Al-Qur’an) kepadaku" (HR Muslim).

Ketiga, Allah memerintahkan kita untuk berbahagia dengan sebab rahmat dan pertolongan yang Allah berikan. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an: 

قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْا

Artinya: Katakanlah (Muhammad), dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira (QS Yunus: 58).

Dan rahmat terbesar yang Allah berikan bagi kita adalah lahirnya Baginda Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an menegaskan bahwa diutusnya Nabi Muhammad adalah sebagai bentuk kasih sayang Allah bagi alam semesta. 

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ 

Artinya: Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam semesta (QS Al-Anbiya’: 107).

Alasan Selanjutnya

Keempat, perayaan Maulid Nabi diwarnai dengan pembacaan sejarah kehidupan nabi. Mulai dari kelahiran, budi pekerti, ciri-ciri fisik, kemuliaan serta mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi. Tentu hal ini akan menambah rasa kecintaan kita kepada Nabi Muhammad serta memantapkan keimanan kita. 

Selain itu, perayaan Maulid Nabi juga sebagai wadah untuk mengajak umat Islam membaca shalawat kepada Nabi. Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an agar umat Islam banyak membaca shalawat: 

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا 

Artinya: Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya (QS Al-Ahzab: 56). 

Kelima, perayaan Maulid Nabi adalah bid’ah hasanah (baik) yang telah diajarkan turun-temurun oleh umat Islam sebelumnya. Apalagi perayaan Maulid Nabi umumnya diiringi dengan ceramah agama dan nasihat yang bermanfaat serta suguhan makanan yang diberikan kepada para hadirin. Para ulama mengambil dalil bid’ah hasanah dari nasihat Sahabat Abdullah bin Mas’ud: 

قال عبد الله بن مسعود ما رأى المسلمون حسنا فهو عند الله حسن و ما رآه المسلمون سيئا فهو عند الله سيىء

Artinya: Abdullah bin Mas’ud mengatakan, bahwa perkara yang dilihat umat Islam sebagai perkara yang baik maka perkara tersebut baik di sisi Allah, dan perkara yang dilihat umat Islam sebagai perkara yang buruk maka perkara tersebut buruk disisi Allah (HR Ahmad).

Di sisi yang lain, para ulama fiqih menetapkan kaidah, 

للوسائل حكم المقاصد 

Artinya: Setiap wasilah perbuatan dihukumi sesuai dengan tujuannya. 

Perayaan Maulid Nabi dihukumi sunnah karena tujuannya adalah meneladani Baginda Nabi serta bershalawat kepadanya. Tidak semua yang tidak dilakukan oleh Nabi adalah tercela. Contoh lain yang juga berupa bid’ah hasanah yaitu pembukuan Al-Qur’an yang dilaksanakan di zaman khalifah Utsman bin Affan.  

Kita tahu bahwa jerih payah pembukuan Al-Qur’an tidak diperintahkan langsung oleh Rasulullah akan tetapi manfaatnya bisa kita rasakan hingga hari ini. Begitu juga dengan perayaan Maulid Nabi yang telah terbukti sejak dahulu berdampak positif bagi masyarakat luas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya