Liputan6.com, Jakarta - Puasa di bulan Ramadhan wajib hukumnya bagi orang yang beragama Islam, sudah baligh, berakal, tidak bepergian, sehat (mampu menjalankan puasa). Orang yang meninggalkan puasa Ramadhan wajib mengganti di bulan lain sejumlah hari yang ditinggalkan.
Ibadah puasa Ramadhan diawali dengan niat pada malam hari sampai sebelum subuh. Muslim yang berpuasa tapi tidak niat, maka puasanya tidak sah. Itulah pentingnya niat dalam setiap ibadah, termasuk puasa.
Selain niat, orang yang hendak berpuasa akan melakukan sahur. Sahur adalah aktivitas makan dan minum sebelum fajar menjelang waktu puasa.
Advertisement
Baca Juga
Jika puasa tanpa niat tidak sah, lantas bagaimana jika ada kasus yang berpuasa tapi tidak sahur? Apa hukum puasa tidak sahur karena kesiangan?
Pertanyaan tersebut pernah dijawab oleh Pengasuh LPD Al Bahjah, KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya. Simak berikut penjelasan Buya Yahya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Kata Buya Yahya soal Puasa tapi Tidak Sahur
Buya Yahya mengatakan, hukum puasa tapi tidak sahur adalah sah selama melakukan niat di malam harinya. Meski begitu, orang yang berpuasa tapi tidak sahur akan merasakan lapar di siang harinya.
“Sahur adalah sunnah, bukan wajib. Semakin dekat pada waktu fajar semakin bagus, asalkan masih yakin bahwa waktu itu sebelum datangnya fajar shadiq,” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Jumat (15/3/2024).
Batas sahur bukanlah imsak, melainkan adzan subuh. Buya yahya mengatakan, saat waktu imsak sejatinya masih boleh makan dan minum. Imsak adalah bentuk bersiap-siap agar menjelang Subuh tidak lagi makan dan minum.
“Ada sebagian orang mengingkari imsak (dengan dalih) gak ada di zaman nabi. Ini (imsak) tujuanya untuk siap-siap. Maka, imsak itu untuk siap-siap masuk waktu subuh,” jelas Buya Yahya.
Advertisement
Bagaimana Jika Tidak Niat juga Tidak Sahur?
Buya Yahya menjelaskan, dalam mazhab Imam Syafi’i dan jumhur ulama mazhab Imam Maliki dan Hambali bahwa bagi siapapun yang tidak berniat di malam hari dan tidak sahur, maka puasanya tidak sah.
Akan tetapi, lanjut Buya Yahya, Sayyid Alwi Assegaf saat menjadi Mufti Makkah pernah menulis dalam suatu muqaddimah bahwasanya jika benar-benar lupa tidak niat dan tidak sahur, maka bisa melanjutkan puasanya dengan niat di pagi hari mengikuti pendapat Mazhab Imam Abu Hanifah.
“Bahkan itu diisyaratkan oleh Syekh Malibari dalam kitab Fathul Muin-nya. Barangsiapa di pagi harinya dia lupa belum niat, dia ingin berpuasa, maka hendaknya dia niat ikut Mazhab Abu Hanifah,” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Rabu (13/3/2024).
“Itu diisyaratkan dalam fikih Syafi'i bahwasanya orang awam perlu dihargai dalam hal-hal semacam ini. Jangan sampai bilang gak sah gak puasa, kasian dia ketinggalan dalam rombongan orang-orang berpuasa,” lanjut Pengasuh LPD Al Bahjah ini.
Buya Yahya mengatakan, dalam keadaan darurat boleh mengikuti Mazhab Abu Hanifah jika lupa niat puasa Ramadhan dan tidak sahur. Namun, ia mengingatkan tidak boleh secara sengaja lupa niat.
“Tapi ingat ikut mazhab seperti ini tidak boleh main-main. Sudah malam harinya, saya niat besok aja ikut Abu Hanifah. Anda main-main. Ini adalah kasus darurat di saat seseorang dalam keadaan lupa, maka di pagi harinya boleh niat dengan catatan dia belum melakukan sesuatu yang membatalkan puasa,” tutur Buya Yahya.
Kalau sudah makan dan minum di waktu puasa, maka puasanya tidak bisa dilanjutkan karena sudah melakukan sesuatu yang membatalkan puasa. Ia wajib imsak agar mendapatkan pahala kesempurnaan Ramadhan.
“Dia wajib imsak, tidak boleh makan dan minum. Dia seperti orang yang berpuasa. Cuma nanti dia wajib mengqadha,” pungkas Buya Yahya.
Wallahu a’lam.