Liputan6.com, Jakarta - Nasihat-nasihat yang diberikan orang tua dan guru selalu memberikan manfaat untuk kita. Terlebih lagi nasihat itu sesuai dengan apa yang sedang kita rasakan saat ini.
Perkataan orang-orang sepuh kadangkala sepintas kurang dimengerti. Agak lain dari nasihat kebanyakan orang. Namun, di balik omongannya itu banyak pesan dan hikmah yang ternyata sangat berarti buat kehidupan kita.
Advertisement
Almaghfurlah KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen adalah orang tua sekaligus guru yang semasa hidupnya selalu memberikan nasihat kepada banyak orang. Meski sudah tiada, pesan-pesan kehidupannya itu masih relevan dengan kondisi yang dialami orang-orang sekarang.
Advertisement
Baca Juga
Salah satu nasihat Mbah Moen adalah tentang rezeki. Mengeluh tentang rezeki memang nyaris pernah dialami oleh setiap orang. Tak sedikit yang membandingkan rezeki sendiri dengan orang lain.
Mbah Moen pernah berpesan, seharusnya orang Islam tidak usah perhitungan dengan rezeki yang telah Allah SWT berikan. Allah SWT saja yang Maha Pemberi Rezeki tidak perhitungan kepada hamba-Nya.
“Makanya kamu jadi orang mukmin tidak usah perhitungan. Menghitung buat apa? Kamu itu sudah dijatah, rezeki itu pasti ada. Kalau ada orang mukmin kok rezekinya tidak ada, memang tidak sempurna imannya,” kata Mbah Moen dikutip dari YouTube ppalanwarsarang.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Tanda Iman Kurang Sempurna
Mbah Moen mengatakan, orang yang perhitungan terhadap rezeki akan kepikiran terus. Sampai akhirnya ia mengeluh dengan kondisinya. Menurut Mbah Moen, orang-orang seperti ini belum sempurna keimanannya.
Ulama Nahdlatul Ulama ini mengutip firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah An-Nur ayat 38. Inti dari ayat tersebut adalah Allah SWT memberi rezeki kepada siapa saja yang Dia kehendaki tanpa batas.
“Jadi orang mukmin itu diberi rezeki yang tidak usah dihitung. Itu tandanya orang mukmin (yang sempurna),” imbuhnya.
Oleh karenanya, Mbah Moen mengajak orang-orang yang selalu mengeluh dengan rezeki diterima lebih baik perbaiki Islam-nya. Kemudian fokus berikhtiar dengan bekerja.
“Bekerja itu termasuk yang melakukan fardhu kifayah, seperti petani. Kamu bertani tidak usah hitung labanya, wong sudah tidak ada labanya. Sudah dikerjakan saja, diniatkan melakukan fardhu kifayah,” katanya.
Advertisement
Dunia Adalah Perhiasan Orang Kafir
Dalam kesempatan yang sama, Mbah Moen mengatakan, dunia ini adalah perhiasan orang-orang kafir. Ia mengutip surah Al-Baqarah ayat 212. Berikut ayat dan terjemahannya.
زُيِّنَ لِلَّذِيْنَ كَفَرُوا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُوْنَ مِنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ۘ وَالَّذِيْنَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ وَاللّٰهُ يَرْزُقُ مَنْ يَّشَاۤءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya: “Kehidupan dunia dijadikan terasa indah dalam pandangan orang-orang yang kafir, dan mereka menghina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu berada di atas mereka pada hari Kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.”
“Jadi sekarang Allah SWT, apa yang ada di bumi itu dibuat untuk perhiasan dunia. Makanya kalau kamu ingin bumi dibuat bersenang senang, jangan sampai kamu membabat (menebang hutan untuk dibuat lahan yang baru) apa yang ada di bumi ini,” kata Mbah Moen yang penuh pesan tersirat.