Liputan6.com, Jakarta - Syekh Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani adalah ulama masyhur yang bertaraf internasional dari Banten, Indonesia. Semasa hidupnya, Syekh Nawawi al-Bantani pernah ditunjuk sebagai Imam Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.
Syekh Nawawi merupakan putra dari ulama Banten, Syekh Umar bin Arabi al-Bantani yang lahir pada 1230 H/1813 M. Ibunya bernama Zubaedah yang merupakan ibu rumah tangga biasa.
Sejak kecil, Syekh Nawawi bersama saudara-saudaranya mendapat pendidikan agama Islam dari ayahnya. Ilmu-ilmu yang dipelajari meliputi pengetahuan dasar bahasa Arab, fikih, tauhid dan tafsir.
Advertisement
Baca Juga
Setelah tiga tahun bersama ke ayahnya, Syekh Nawawi mulai belajar ke berbagai pesantren. Salah satunya adalah Kiai Sahal, seorang ulama Banten yang tersohor kala itu.
Syekh Nawawi dikenal sebagai ulama yang sangat produktif menulis kitab. Karya-karyanya sangat banyak dan menjadi bahan belajar para santri saat ini. Saking masyhurnya, Syekh Nawawi mendapat julukan Sayyid Ulama al-Hijaz atau pemimpin ulama Hijaz.
Selain menjadi Imam Masjidil Haram, Syekh Nawawi mendapat kesempatan mengajar di sana. Murid-muridnya berasal dari berbagai negara, termasuk ada yang dari Indonesia.
Pengarang kitab Tijan ad-Darary ini wafat di Tanah Suci dan dimakamkan di Ma’la, Makkah pada 1314 H/1897. Syekh Nawawi meninggalkan banyak legacy yang hingga kini masih dimanfaatkan oleh para santri.
Selain mempelajari kitab-kitab karangan Syekh Nawawi, kita juga bisa mengambil hikmah dari berbagai kisah semasa hidupnya. Salah satunya adalah kisah karomah saat Syekh Nawawi membuktikan kebenaran bahwa ular dan belut itu berbeda di depan ulama Arab Saudi.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Kisah Karomah Syekh Nawawi
Dikisahkan oleh Katib Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat, KH Ade Fatahillah, suatu ketika Syekh Nawawi membawa belut yang dikeringkan ke Makkah. Belut yang mirip ular itu menjadi pembahasan ulama Arab saat makan bersamanya.
“Mahadihi?” kata ulama Arab, dikutip dari NU Online Jabar, Rabu (8/5/2024).
“Belut,” jawab Syekh Nawawi.
“Kaifa haram, kalhayat seperti Ular,” ujar ulama tersebut.
Syekh Nawawi menjawab ular dan belut berbeda. Namun, ulama Arab itu bersikukuh bahwa keduanya sama. Akhirnya timbullah pertengkaran.
Advertisement
Hadirkan Ular dan Belut
Untuk menghalau pertengkaran dan membuktikan kebenaran perbedaannya, Syekh Nawawi dengan sekejap menghadirkan ular dan belut yang masih hidup. Ini suatu karomah, entah dari mana mengambilnya karena di Arab tidak ada belut.
"Ini belut yang hidup dan ini ular, bagaimana?” tanya Syekh Nawawi.
“Terlihat benar, tasyri,” timpal ulama Arab.
Mengambil pelajaran dari kejadian tersebut, maka Syekh Nawawi pulang ke Indonesia dan mengarang kitab Balut, kitab tentang penjelasan hewan belut dan hewan-hewan lainnya.
Demikian salah satu kisah karomah Syekh Nawawi di Arab Saudi. Tentu saja karomah tersebut terjadi atas kehendak Allah SWT. Wallahu a’lam