Tatkala Setan Datang Menggoda saat Sakaratul Maut, Kisah Imam Ahmad bin Hanbal

Kisah Imam Ahmad bin Hanbal ketika hendak disesatkan oleh setan di kanan kiri ketika ia sakaratul maut.

oleh Putry Damayanty diperbarui 02 Sep 2024, 11:30 WIB
Diterbitkan 02 Sep 2024, 11:30 WIB
Imam Ahmad bin Hanbal
Imam Ahmad bin Hanbal

Liputan6.com, Jakarta - Manusia tidak akan lepas dari godaan setan. Bujukan itu bisa terjadi kepada siapa saja, bahkan terhadap orang-orang yang dikenal alim dan saleh.  

Sakaratul maut merupakan akhir pertarungan antara iblis dengan manusia yang berupaya mengakhiri hayatnya dengan kalimat tauhid, sebagai puncak pencapaian atas apa yang dikabarkan oleh Rasulullah SAW.

Maka dari itu, Umar bin al-Khathab senantiasa berpesan, “Ajarilah orang-orang yang menghadapi kematian di antara kalian dengan kalimat Lailahaillah. Sebab, mereka melihat sesuatu yang tidak kalian lihat.”  

Salah satu kisah yang masyhur di kalangan ulama ahli nasihat ialah sebuah riwayat tentang bujuk rayu setan ketika ada seorang hamba yang menghadapi sakaratul maut.

Beliau adalah Imam Ahmad bin Hanbal. Ketika menghadapi ajal, setan berdiri di sebelah kiri dan kanannya dengan tujuan untuk merusak akidah dan keimanannya. Berikut kisah selengkapnya merangkum dari laman NU Online.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan ini:


Tipu Daya Setan saat Sakaratul Maut

Kejadian hadirnya setan di hadapan orang yang sakaratul maut pernah dialami langsung oleh Imam Ahmad bin Hanbal, seperti yang dikisahkan oleh putranya Abdullah bin Ahmad. 

Jelang sang Imam wafat, Abdullah bin Ahmad berada di sampingnya seraya bersiap memegang kain untuk mengikat kedua rahangnya. Sang Imam tampak berkeringat.

Disangka sudah mengembuskan nafas terakhir, ia kemudian kembali tersadar dan berucap, “Tidak, menjauhlah! Tidak, menjauhlah!” Ia mengatakan itu hingga berkali-kali. 

Setan yang ada di sebelah kanan tampil dalam wujud ayah dari orang tengah sakaratul maut tadi. Sedangkan setan yang di sebelah kiri tampil dalam wujud ibunya.

Layaknya seorang ayah kepada anak yang sangat dicintainya, setan di sebelah kanan berkata, “Wahai anakku, dari dulu ayah sangat sayang kepadamu, ayah sangat cinta kepadamu. Namun ayah meninggal dalam keadaan memeluk Nasrani. Sebab, Nasrani adalah agama terbaik.”

Setan di sebelah kiri yang tampil dalam wujud ibunya juga berkata serupa, “Wahai anakku, perut ibu dulu sebagai tempatmu, air susu ibu sebagai minumanmu, dan kedua paha ibu sebagai pijakanmu. Namun ibu meninggal dalam keadaan memeluk  Yahudi. Sebab, Yahudi adalah agama terbaik.”  

Riwayat ini disebutkan oleh Abu al-Hasan al-Qasi al-Maki. Riwayat semakna juga disebutkan oleh al-Ghazali dalam Kasyfu ‘Ulumil Akhirah. 

Oleh Abdullah bin Ahmad, Sang Imam ditanya, “Wahai ayah, apa yang engkau inginkan dari perkataan itu?” 

Sambil terbata-bata, ia bercerita, “Tadi setan berdiri di sampingku sambil menggigit jari-jarinya. Ia berkata, ‘Wahai Ahmad, aku kehilanganmu (tak sanggup menyesatkanmu).’ Aku menjawab, ‘Tidak, menjauhlah! Tidak menjauhlah!’” 

Demikian pula ketika Imam Abu Ja‘far wafat, orang-orang yang menghadirinya berkata, “Ucapkanlah: ‘La ilaha illallah!’” Namun, Sang Imam malah menjawab, “Tidak! Tidak!” 

Tatkala tersadar, mereka bercerita dan Sang Imam menjelaskan, “Tadi aku kedatangan setan di sebelah kanan dan kiriku. Salah satunya berkata, ‘Meninggallah engkau dalam keadaan memeluk Yahudi, sebab ia adalah agama terbaik.’ Yang lainnya juga berkata, ‘Meninggallah dalam keadaan memeluk Nasrani, sebab ia adalah agama terbaik.’ Maka dari itu, tadi aku mengatakan, ‘Tidak! Tidak!’”  

Ketika Allah menghendaki akhir seorang hamba dalam keadaan baik, maka Dia akan menurunkan rahmat melalui malaikat Jibril. Dengan turunnya malaikat Jibril, wajah si hamba akan diusap dan segala yang meliputinya akan hilang.

Di saat yang sama, dua setan yang berusaha menggodanya akan terusir. Menurut  Imam Al-Ghazali, salah satu upaya mengundang turunnya malaikat Jibril di hadapan orang yang sedang sakaratul maut adalah mewudhukan orang tersebut. 


Hikmah Kisah

Dari penjelasan dan petikan kisah di atas, dapat ditarik beberapa pelajaran berharga:

1. Sakaratul maut merupakan pertarungan berat antara seorang hamba dengan setan yang menggodanya. Bahkan, selamat dan tidaknya seorang hamba di akhirat dapat dicirikan dari kemampuannya menghadapi godaan tersebut.

2. Orang yang sedang menghadapi sakaratul maut, hendaknya didampingi dan dituntun mengucapkan kalimat “La ilaha illallah.”

3. Manakala ada penolakan dari orang sakaratul maut yang dituntun mengucap kalimat “La ilaha illallah” hendaknya kita berbaik sangka. Sebab, boleh jadi ia telah berhasil menyingkirkan godaan setan, seperti yang dihadapi Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Abu Ja‘far.

4. Salah satu upaya mengundang rahmat Allah bagi orang yang sedang menghadapi sakaratul maut adalah mewudhukan orang tersebut. Sebab, sesuai dengan pendapat al-Ghazali, malaikat Jibril senantiasa hadir di hadapan orang sakartul maut yang memiliki wudhu.

Wallahu a’lam.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya